7. Maaf...

1K 67 2
                                    

Sang mentari perlahan memasuki bilik dengan lancang. Membangunkan manusia-manusia di dalamnya.

"Ka, Erika!" Reina menepuk pundak Erika pelan.

"Mmmm... apa?" Ucap Erika yang masih setengah sadar.

Tapi tiba-tiba saja Erika langsung melonjak kaget dan duduk.

"Rei lo dah sadar? Oh my God! Akhirnya sadar juga..." ucap Erika girang. Reina hanya menatap Erika datar.

Tok..tok..tok

"Masuk!" Jawab Reina dan Erika bersamaan.

"Eh... udah bangun!" Ucap ayah sambil membawa nampan berisi sarapan untuk Reina.

"Eh papa!" Gumam Reina.

"Udah enakan?" Tanya ayah kepada Reina.

"Pa, Ka siapa yang bawa aku kesini? Perasaan kemarin aku di tempat yang sepiiiiii banget!" Tanya Reina dramatis.

"Erlang!" Ucap ayahnya dan Erika kompak. Hal itu sukses meembuat Reina melotot.

"Yaudah Rei, kamu makan dulu sana! And you Erika, kebawah aja kalau mau makan!" Ayah tersenyum licik.

"Ish papa, bawain makanan Erika juga kali..." ucap Erika sambil cemberut.

"Kan lo gak sakit!" Reina mengetuk kepala Erika.

"Yaudah, gue keluar bye!" Erika melangkahkan kakinya keluar kamar.

"Pa..." lirih Reina.

"Hmm?" Ayahnya menaikkan sebelah alisnya.

"Kemarin... bener Erlang yang nganter aku? Kok papa izinin dia sih. Papa marahin dia gak? Terus dia gimana pa?" Tanya Reina beruntun.

"Duh berasa Justin Bieber yang lagi diwawancara. Satu-satu nanyanya." Ayah terkekeh pelan.

"Ishh papa serius! Lagian Justin Bieber gantengnya jauh kali dibanding papa!" Reina menyengir lebar, melihat ayahnya yang melotot.

"Anak durhaka! Yang ngelahirin kamu siapa, Nak? Harus inget kamu!" Ayahnya memperingatkan Reina.

"Kan mama yang ngelahirin, masa papa? Gak nyambung deh. Lagian, baper amat, Pak. Bercanda doang," Reina tersenyum lebar-lebar.

"Iya papa emang baper, saking bapernya, sampe suka senyum-senyum sendiri di kamar!" Gurau ayah dengan jayus.

"Pasti sama tante yang di depan ya bapernya?! Gak boleh papa! Inget umur. Nanti Rei bilangin mama lho." Ancam Reina.

"Baper banget sih Reina... bercanda doang kali. Papa itu setia, cintanya sama mama abadi. Kayak Habibie dan Ainun, kayak Romeo Juliet---"

"Kayak bi Ijah sama pak No?" Potong Reina, yang sukses mendapat pelototan dari ayahnya. Reina hanya menyentuh lebar, kemudian berkata "Ceritain Erlang dulu pa!" Pintanya.

"Ok... jadi semalem Erlang dateng sambil gendong kamu. Dia kayaknya diminta Erika nyari kamu. Papa awalnya mau marah sama dia, tapi dia itu jujur dan baik kalau menurut papa. Ya jadi gak marah deh!" Ayahnya menyunggingkan senyumnya lagi.

"Aslinya gak kaya gitu pa! Dia jahat banget. Dia bikin Reina patah hati tau gak!" Menyadari apa yang diucapkannya, Reina langsung membekap mulutnya dengan tangan

"Hah? Kamu jatuh cinta sama dia? Reina.... ya ampun gak nyangka papa!" Reina buru-buru mencubit lengan ayahnya.

"Papa!" Reina mendengus kesal.

"Tau gitu, papa marahin Erlang habis-habisan semalem. Yaudah sekarang aja marahinnya!" Ujar ayah yang membuat Reina bingung.

"Kok? Emang papa tau rumahnya dimana?" Tanya Reina bingung.

MINGGUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang