2. Awal Kehancuran

2.6K 130 27
                                    


Dear diary...

Selamat malam mama...
Gimana keadaan mama sekarang?
Mama pasti seneng kan diatas sana, gak kayak Reina.
Reina kesepian banget ma...
Semuanya udah pergi dari Rei.
Semenjak mama pergi, semuanya berubah.
Kak Ezra juga ninggalin Reina.
Dia bilang, Rei penyebab mama meninggal...
Dia bilang Rei pembunuh ma.

Ma, Rei bener-bener kesepian.
Rei takut... Rei bukan pembunuh.
Rei bukan pembunuh!!!

DEP!!!

hiks....hiks......

"Rei bukan pembunuh ma......"

Flashback 9 tahun yang lalu

"Sayang!! Awas!!!!"

DUARRR!!!!!

"Maaaa!"

"Mamaaaaa!"

"Maa, bangun!"

Semua orang saat ini sudah berkumpul mengelilingi gadis kecil yang terisak, sambil memeluk tubuh mamanya yang berlumuran darah.

"Siapapun, telfon ambulance! Cepattt!" Perintah seorang bapak-bapak tua.

Tak lama, ambulance datang...

Gadis kecil tersebut menaiki ambulance bersama ibunya, dan lelaki tua itu.

Rumah sakit....

"Maaa bangun maaa!!!" Gadis kecil itu terus terisak.

"Adik! Kamu tunggu disini dulu, kita akan menangani semuanya!" Ucap seorang suster, saat mereka telah sampai di depan UGD.

"Gak, Sus! Dia mama saya! Saya mau sama dia! hiks..hiks..." Isaknya lagi.

"Tapi adik harus menunggu disini!" Suster tersebut meyakinkannya lagi. Bapak tua menahan gadis kecil tersebut, agar tidak ikut masuk ke dalam.

"Maaa....mama harus sadar. Demi Rei ma..." Reina, nama gadis itu. Gadis berusia 8 tahun yang saat ini sedang menatap pintu UGD dengan pandangan kosong. Air mata tak luput membanjiri pipinya.

"Adik... maaf bapak masih ada urusan. Adik saya tinggal ya. Ayah adik sudah bapak hubungi, sebentar lagi ia akan kemari!" Ucapan bapak tua itu dibalas dengan senyuman dan anggukan kepala Reina. Dia gadis yang tabah, bahkan ia masih bisa tersenyum saat ini.

Bapak tua tersebut meninggalkan Reina seorang diri. Tak lama seorang bapak yang berbeda berjalan menghampiri Reina.

"Reina! Sayang!" Ujar bapak tersebut sambil berlari dan memeluk Reina.

"Pa!! Pa, mama pa! Mama ada di dalam!" Ucap Reina sambil terisak.

"Iya sayang... kamu yang tabah. Mama pasti sembuh. Pasti!" Ternyata dia ayah dari gadis kecil itu. Lelaki itu meyakinkan anaknya agar tetap tabah.

"Harusnya tadi Rei yang ditembak. Harusnya tadi mama gak usah nyelamatin Rei. Ini semua salah Rei, harusnya yang di dalam sana Rei, pa..." Reina menangis di dalam pelukan papanya.

"Gak sayang... kamu gak salah. Ini takdir. Kamu pasti kuat, mama pasti sembuh. Yakin, Nak!" Disini dapat dilihat kasih sayang seorang ayah yang benar-benar tulus kepada anaknya.

Tak lama dokter keluar dari ruangan.

"Dok, bagaimana kondisi istri saya, Dok?" Tanya ayah Reina yang langsung menghampiri dokter tersebut. Ia melihat wajah yang tidak dapat ditebak dari sang Dokter.

MINGGUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang