"Bi, Reina boleh minta es sama handuk kecil?" Tanya Reina sopan kepada si Bibi."Eh... boleh non. Silahkan!" Ujar bibi sambil menyodorkan semangkuk besar es dan handuk kecil.
"Makasih bi..."
"Iya. O iya nama saya bi Leila!" Ucap Bibi itu sambil menyodorkan tangannya.
"Reina" dibalasnya tangan bi Leila dengan jabatan tangan.
"Duh... beruntung sekali ya den Erlang bisa mendapatkan, Non!" Ucap bi Leila sambil tersenyum.
"Hehe... saya balik dulu ya bi. O iya bi, P3K dimana ya?" Tanya Reina lagi.
"Eee... ada di ruang tamu, tetapi sudah habis. Coba non cari di kamar adiknya den Erlang!" Ucap bi Leila sambil menunjuk ruangan yang tadi dilewati Reina.
"Oh.. yaudah bi!" Reina kemudian berlalu meninggalkan Bi Leila.
Kriek! Dibukanya pintu secara perlahan.
Reina berusaha berjalan sepelan mungkin agar tidak menganggu seorang gadis kecil yang sedang tertidur dengan nyenyak disana.
Reina mengambil beberapa obat-obatan di P3K.
Ketika ia ingin keluar, tanpa sengaja ia melihat adik Erlang yang tertidur di atas ranjang.
Di lihatnya dengan jelas anak itu.'Astaga dia tidak memiliki rambut!' Pekik Reina dalam hati
'Apa dia kanker?' Pikirnya lagi.Reina yang merasa sangat lancang memasuki kamar seseorang, langsung berjalan keluar.
"Ka Erlang..." panggil anak itu dengan suara pelan.
Merasa dipergoki, Reina segera menolehkan kepalanya dan menyengir ke gadis kecil tersebut.
"Aaaa... kakak siapa?" Pekik gadis itu kaget.
"Eehhh.. kakak gak jahat, sumpah! Kakak temennya Ka Erlang!" Jawab Reina gelagapan.
"Tunggu... kakak... Kak Reina ya?" Tanya gadis itu dengan senyum mengembang.
'Heh kok tau'
"Kok tau?" Tanya Reina perlahan.
"Ya taulah... Kak Erlang sering cerita tentang kakak. Dia nunjukin foto kakak juga. Ternyata kakak cantik banget ya..." gadis itu tersenyum dengan mata yang berbinar-binar.
"Ah kamu bisa aja... Nama kamu siapa?" Tanya Reina langsung.
"Nina kak!" Gadis yang bernama Nina lagi-lagi tersenyum dengan manis.
"Nina.. bobo lagi ya... kakak mau ngobatin Kak Erlang dulu!" Ucap Reina sambil mengangkat barang-barang yang dibawanya.
"Loh Kak Erlang kenapa?" Tanya Nina khawatir.
"Dia jatuh tadi." Jawab Reina singkat.
"Huu... gaya sih jadi orang. Pasti dia lari-larian tadi!" Nina memanyunkan bibirnya.
"Hehe yaudah, kakak ke tempat Kak Erlang dulu ya!"
"Yah... kakak, kan Kak Erlang bisa ngobatin dirinya sendiri. Kakak disini aja sama Nina!" Bujuk Nina kepada Reina.
"Maunya sih gitu... tapi nanti Kak Erlang kesusahan gimana? Gini deh kakak janji nanti balik lagi kesini!" Ucap Reina sambil mengacungkan kelingkingnya.
"Bener ya?"
"Iya!" Nina kemudian mengaitkan kelingkingnya di kelingking Reina.
"Yaudah kakak pergi dulu bye!" Reina mengecup kening Nina pelan kemudian berlalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MINGGU
Ficção AdolescenteKetika tinggal aku sendiri yang mengharapkanmu. Di hari MINGGU kita. ●○● Hancur. Hanya itu mungkin saat ini yang bisa dideskripsikan dari seorang Aku. Mungkin aku adalah orang paling menderita di dunia ini. Yaa... menderita. Tapi semua berubah saat...