17. Cinta?

800 53 9
                                    


Reina hari ini harus bangun pagi-pagi, karena ayahnya yang akan dinas di luar kota. Diburu-buru agar ayahnya tidak telat ke bandara.

"Cepet dong sayang, papa udah telat ini! Rugi nanti tiketnya!" Ayahnya berseru kepada Reina. Sedari tadi ia hanya mondar-mandir panik.

Reina berlari meninggalkan ayahnya "Cepet pa!" Ucap Reina meledek.

"Dasar kamu itu! Malah ditinggal papanya," Omel ayahnya. Pada akhirnya, mereka berangkat meninggalkan pekarangan rumah berdesain Victorian tersebut.

"Ngebut pak No! Ngebut! Anggep diri kamu Valentino Rossi pak No! Saya udah telat ini!" Ayah Reina bersorak sambil menepuk-nepuk pundak pak No, yang kelabakan.

"Papa ganteng... Valentino Rossi itu moto GP, pak No itu harusnya pembalap F1. Haduhh! Gemez gemezzzz...." Reina memutar kedua bola matanya jengah.

"Papa inshaf, Rei!" Sahut ayahnya ngasal.

"Khilaf pa! Khilaf! Astaga, papa ngomong aja typo. Cekacekaceka," Reina menggelengkan kepalanya heran.
"Ya apalah itu! Ini pertaruhan hidup mati soalnya!" Reina tidak menggubris ayahnya lagi. Ia hanya diam melihat ayahnya yang sibuk menepuk-nepuk pundak pak No.

"Reina duluan pa!" Reina pamit kepada ayahnya, ketika mobilnya telah sampai di depan gerbang sekolahnya.

"Hmm" Balas ayahnya dengan gumamam. Reina mengernyitkan keningnya bingung.

'Lha si Papa, di pamitin malah begitu'

Tanpa pikir panjang lagi, akhirnya Reina keluar dari mobilnya dan berlari ke dalam sekolah.

Ia berlari dengan cepat.

"Reina!" Panggil seseorang. Sontak Reina menoleh kepada sang Empunya suara. Ternyata orang itu Angga.

"Hei," Sapa Reina balik.

"Telat juga?" Tanya Angga langsung.

"Menurut lo aja," Reina menjawab singkat sambil mengedikkan bahunya acuh.

"Mau bareng?" Angga mengulurkan tangannya kepada Reina.

"Mau. Tapi gak usah gandengan juga kali!" Reina dan Angga terkekeh bersama. Pada akhirnya, mereka berjalan bersama dengan santai. Beberapa pandangan mengarah pada keduanya.

Bisik-bisik tetangga yang lebih tepat disebut ngerumpi.

'Bukannya mereka musuhan?'

'Kok Reina sama Angga?'

'Itu anak kok jadi baikkan?

'Gue nge ship mereka. Sweet kayak di novel-novel'

'Gue lebih ke Erlang sih'

Dan berbagai bisik-bisik lainnya.

"Apa banget sih, jalan bareng aja di gosipin," Gumam Reina yang sudah mulai jengah.

"Wajar kali. Kan awalnya kita musuhan, tapi sekarang? Lempeng-lempeng aja!"

"Kok kita bisa baikkan sih?" Reina menatap Angga dengan kening yang mengerut di dahinya.

"Gak tau gue. Sebenernya ini salah satu rencana gue untuk ngerjain lo!" Balas Angga setelahnya tertawa. Reina hanya memasang wajah galaknya "Just kidding. Lo jangan bodoh-bodoh lah cewek sinting." Angga tertawa melihat wajah Reina yang bertambah kesal.

"Hmm. Gue pikir, lo gak seburuk itu, jadi gak ada alasan untuk gue jahat ke lo kan? Gue pikir juga, lo cukup baik dan... perhatian kok," Ucapan Angga membuat Reina sedikit malu.

MINGGUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang