1. The Beginning

73.1K 3.1K 102
                                    

In the beginning it was all black and white. We don't know what is it exactly...?
Which one thing should we choose?

*

Bunyi sirene ambulance mengaum bagaikan alarm bahaya bagi para petugas Emergency Room atau biasa disebut sebagai Instalansi Gawat Darurat. Walaupun sangat jarang ada senyum bahagia yang mengiringi bunyi sirine ambulance tetapi seluruh paramedis harus selalu bersemangat agar bisa sigap menghadapi kemungkinan yang datang.

Pagi itu adalah hari dimana awal dimulainya hitungan pertanggalan di tahun masehi. Setelah terlewatinya malam pergantian tahun pastilah tersisa segelintir euforia yang menyambangi rumah sakit. Lalu lalang manusia bak terjadinya perang dunia ketiga dan ini pemandangan paling padat dan sangat biasa di ER pada awal tahun seperti ini.

Terlihat beberapa dokter, baik dokter umum serta spesialis dan perawat sibuk melakukan tindakan medis dan pemberian terapi kepada pasien-pasien di ER. Bunyi monitor yang sedang memantau kondisi terkini pasien seolah menjadi alarm siaga bagi seluruh dokter dan perawat yang sedang berjaga. Mereka dituntut agar selalu awas terhadap kondisi-kondisi pasien yang sewaktu-waktu bisa berubah. Awalnya pasien terlihat baik bisa jadi code blue atau yang sedang code blue bisa tertolong

Di bilik kode red terlihat seorang dokter berperawakan tinggi menjulang kira-kira 185cm layaknya anggota basket NBA, ya dialah dr.Alkins Aked atau biasa dipanggil dr. Aked. Ia sedang sibuk memberikan terapi dan memantau pasien melalui monitor bersama beberapa intern, residen dan perawat yang siap siaga jika pasien mengalami penurunan kesadaran bahkan mengalami gagal napas.

Tiba-tiba dr. Aked dipanggil seorang perawat yang mengatakan bahwa ada pasien mengamuk saat akan dilakukan perawatan pembersihan luka. Perawat tersebut mengatakan jika si pasien tidak kooperatif sejak sadar atau pada kondisi kesadaran composmentis, yaitu tingkat kesadaran penuh. Perawat itu benar-benar mengeluh karena perangai tidak koperatif dari pasien itu.

"Aku akan kesana setelah memantau efek pemberian Ventolin pada nyonya ini, berikan aku data status pasien itu ns.Lia." ucap dr.Aked datar.
Ns.Lia meletakkan data status pasien tersebut beserta lembaran pengkajian awal dan status emegency pasien diatas trolley emergency tanpa banyak bicara. Ia tahu bahwa dokter yang satu ini tidak menyukai orang yang banyak komentar.

Sepeninggalan ns.Lia, dr.Aked melihat profile dari pasien yang kelihatannya sedikit manja mengingat Ns. Lia nampak menggerutu saat menyampaikan kondisi pasien tadi. Ia menelusuri pengkajian triase yang dilakukan dokter triase dan seberapa banyak luka yang terlihat.

Setelah menuliskan beberapa perintah terapi ia lalu menyerahkan lembaran itu pada seorang intern agar melampirkan permintaan terapinya kepada pihak farmasi. Ia dan beberapa residen berjalan mendatangi pasien yg benama Laluna di bilik 2 kode yellow.

Terdengar teriakan marah dari arah tempat tidur pasien itu. Alkins mengernyitkan keningnya, perasaannya tidak enak karena bisa jadi ia langsung tidak menyukai pasiennya itu. Apalagi sepertinya pasiennya ini tipikal wanita ribet seperti para mantan adik kembarnya.

"Don't touch me....!!! Shit....!!!" teriak si pasien. Ia berusaha untuk turun dari ranjang rawatan.

"Biarkan saja nona ini Ns.Alif, pergilah kerjakan pekerjaan yang lain. Kita sangat sibuk pagi ini, jangan habiskan waktu hanya pada satu pasien." dr.Alkins berkata kepada salah satu perawat yang dari tadi berusaha membujuk pasien itu.

"Tapi dok, lukanya belum dibersihkan dan kita belum memeriksa secara keseluruhan..." Kata Ns. Alif memelas.

"Aku akan menanganinya..." Kata Alkins datar.

dr. AkedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang