We try so hard to hide everything we're really feeling from those who probably need to know our true feelings the most.
People try to bottle up their emotions, as if it's somehow wrong to have natural reactions to life.
*
Kali ini Luna terbangun lebih awal dari biasanya. Ada perasaan sedih yang mendalam saat memandang wajah Alkins di pagi hari seperti ini. Wajah prianya yang akan pergi meninggalkan dirinya sebentar lagi.
Luna menyentuh wajah Alkins perlahan lalu memainkan jemarinya di sana. Wajah Luna mendung seketika. Ia segera membebaskan diri dari pelukan erat Alkins lalu berjalan tergesah ke arah kamar mandi.
Luna duduk termenung di dalam bathup sejenak lalu tiba-tiba saja air mata mengalir dari pelupuk matanya. Dengan segenap tenaga ia menutup mulutnya agar suara isakan tangisnya tidak terdengar keluar.
Tangisan Luna bukan tanpa alasan, ia baru saja memimpikan perpisahan dengan Alkins lalu tanpa sadar ia menghitung dalam hati berapa hari lagi Alkins akan meninggalkan dirinya ke Afghanistan.
Seminggu lagi... batinnya.
Luna sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menutupi kesedihan dan ketidakrelaannya ditinggal pria yang baru saja menjadi tunangannya. Ia juga berusaha kuat dihadapan semua orang termasuk Alkins. Namun ia tetaplah manusia biasa yang hatinya tidak terbuat dari baja yang tidak mampu menahan segala emosi manusiawi saat seseorang yang berharga akan pergi. Ia hanyalah manusia lemah dan gampang bersedih.
Luna keluar dari bathup lalu menghidupkan shower ketika ia tidak mampu lagi menahan isakan tangisnya yang semakin kencang. Ia mengguyur tubuhnya dengan air yang mengalir dari shower, berusaha meredam luapan emosi yang tiba-tiba muncul di pagi hari tanpa bisa dibendung lagi.
Entah mengapa ia jadi sangat sensitif begini.*
Luna telah selesai dengan rutinitas paginya. Ia bermaksud untuk bersikap baik-baik saja sampai saat Alkins pergi nantinya. Pagi ini adalah rahasia kecil yang tidak boleh diketahui Alkins.
Saat Luna keluar dari kamar mandi ia dikagetkan oleh Alkins yang berdiri tepat di depan pintu dengan raut wajah dingin dan menusuk. Tentu saja hal ini mengejutkan Luna yang sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja. Mata Luna bengkak dan wajahnya sembab walaupun ia berusaha menutupinya dengan mandi air hangat.
"I'm okay..." Kata Luna pelan sambil menunduk saat Alkins dapat mengendus ketidakberesan yang tergambar di wajah Luna.
"Really...?" Kata Alkins tidak percaya.
"Hmmm..." Luna bergumam untuk menetralisir kecanggungan.
"Seorang Luna tidak pernah menundukkan wajah seperti ini..." Kata Alkins serius. Lalu memegang wajah Luna, menelusuri guratan kesedihan yang berusaha disembunyikan.
"Eh... Apaan sih Al... Kamu liatin aku kaya gitu, gimana aku gak nunduk coba..." Elak Luna sambil berusaha bergurau.
"What's going on...? Your eyes." Tanya Alkins ingin tau, tidak biasanya wanitanya bersikap seperti itu. Ada yang tidak beres sepertinya.
"Gapapa Mr.Icy, I washed my hair terus ya masuk buih jadi merah gini deh." Jawab Luna sekenanya.
Luna lalu berusaha menghindari Alkins dengan langsung menuju ke changing room. Tanpa Luna tahu bahwa Alkins malah mengikutinya dari belakang. Seakan tau ada yang tidak beres dengan Luna.
Alkins melihat keanehan wanitanya itu saat menyadari bahwa Luna tidak pernah meninggalkannya di ranjang walaupun wanita itu bangun lebih awal. Luna pasti menunggu Alkins bangun sebelum melakukan rutinitas paginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
dr. Aked
General FictionBisakah aku berjanji untuk menjadi penawar luka hatimu. Sehingga painkiller pun tidak berguna. Alkins Samudera Aked~ Bukan kah seorang dokter hanya menyembuhkan luka fisik saja, tau apa soal hati. Laluna Kinara Kim~ Hanya sebuah kisah romansa b...