6. Surprising Person

25.3K 2K 29
                                    

Even if everyone leaves, even if everyone turns against me...
Even if you take pity over my pathetic self...
The world tells me that I can’t but...
The crying me of the past is now smiling...

*

Bukankah suatu alasan klasik jika seseorang yang sudah menemani kita belasan tahun dan telah menyatakan cinta bisa pergi meninggalkan kita begitu saja hanya karena ia merasa bahwa selama ini salah meletakkan rasa, salah mengartikan bahwa kenyamanan yang diperoleh dari kita adalah sebatas hubungan persaudaraan.
Shit...

Yang lebih menyakitkan adalah ia selama ini ternyata mencintai sahabat yang selalu menjadi sandaran kita.
Double shit...

Luna tidak sanggup, sungguh, berapa lamapun ia mencoba lari toh akhirnya hari ini datang juga. Hari dimana pria itu datang dengan senyum bahagia sementara dirinya masih saja berkubang pada masa lalu yang dirasa cukup kelam.

Luna menghembuskan napas lelah, memandang kearah matahari yang sebentar lagi terbenam. Seperti ada beban yang seharusnya ia singkirikan sejak lama. Ia tidak boleh menyakiti dirinya sendiri lebih dalam lagi, terlebih efeknya akan berimbas pada sang ayah ataupun orang lain di sekitarnya. Ia tersadar 2 bulan lalu setelah memutuskan berhenti dari segala aktifitas selebritasnya dan kembali menjalani yang seharusnya ia jalani. Ia harus menjalani hidup lebih baik lagi.

Luna menyeka lelehan air mata yang tadi muncul ketika ia berlari menuju rooftop setelah permisi meninggalkan pria itu yang masih bertamu di ruangan ayahnya. Ya seorang pria yang pernah melambungkan dan menghempaskan perasaan Luna dulu. Itulah alasan mengapa Luna meninggalkan titel dokter yang susah payah ia raih dan beralih profesi menjadi seorang model.

Dengan nanar Luna memahami bahwa bagaimana bisa pria itu tersenyum dan memandangnya dengan tatapan teduh sementara dirinya mati-matian menahan kesakitan yang amat dahsyat. Ia butuh pelepasan yang setimpal dari itu. Rasanya sesak sekali menyadari bahwa hanya ia yang belum move on. 

"Bisakah kau berhenti menarik ulur ingusmu itu. Kau terlalu berisik dan mengganggu istirahatku yang akan semakin singkat jika kau terus bersikap menyedihkan seperti ini..." seseorang mengagetkan Luna sehingga ia terlonjak kaget dan ketika Luna berbalik ternyata dr. Aked sedang tiduran di kursi panjang dekat taman kecil yang memisahkan antara landasan Heli dan sebuah taman cantik nan asri milik gedung rumah sakit ini. Ia sedang memejamkan matanya dan dengan gerakan yang anggun menoleh ke arah Luna.

Luna salah tingkah dipandangi seperti itu. Tatapan itu sama, masih sama seperti 6 bulan lalu saat ia kecelakaan dan bertemu di ER rumah sakit ini. Tatapan dingin menyelidik yang terus ia dapatkan semenjak bekerja bersama dr. Aked.

Dengan kikuk Luna mencoba mengajak dr. Aked bicara dan mengalihkan perhatian si dokter lemari es agar tidak mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan  dirinya yang sebenarnya menyedihkan ini.

"Punya tissue gak...? Aku lupa bawa nih." kata Luna seenaknya.

dr. Aked mengernyit heran, bisa-bisanya wanita aneh yang jadi asistennya ini meminta tissue kepada nya, yang notabene adalah seorang pria, mana mungkin ia membawa hal-hal girly seperti itu.

"Punya gak sih, udah penuh nih..." Luna mendekat ke arah dr. Aked sambil menunjuk ke arah hidungnya yang sudah penuh dengan cairan kental yang menjijikkan.

Sebelum sempat mendekat lebih jauh dr. Aked menghentikan langkah Luna dengan membuat tanda berhenti dengan jamarinya. Kontan saja Luna langsung berhenti karena tatapan dr. Aked menjadi sangat horror.

"Pakai ini." dr. Aked melemparkan sapu tangan miliknya ke Luna.

"Beneran boleh pake ini?" tanya Luna tak yakin.

dr. AkedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang