26. A Matter of Time

21.4K 1.8K 105
                                    

A silent sound rising up from somewhere,
Forced to go round and round,
Red blood pulsing hard in this chest,
If someday there is a view at the end of the world.
Is it a dream I held beyond the time?

*

satu jam yang lalu...

Alkins mondar mandir di depan keempat temannya, yaitu Fathur, Moriko, Juan,  dan Luis. Ia bingung bagaimana cara melamar yang baik. Namun ia terlalu gengsi untuk menanyakan langsung kepada mereka.

"Kalau lo tetep gamau ngomong ya lebih baik gue balik ke dormitory aja daripada liat lo mondar-mandir gak jelas kaya setrika panas gini. Gue butuh tidur sebelum jaga malem di ER lagi. Hidup sebagai anesthesiologist isn't easy man..." kata dr. Fathur dengan wajah lelah menahan kesal karena Alkins yang mengajak mereka berkumpul tapi sejak 30 menit lalu hanya mondar-mandir saja tanpa berniat memulai pembicaraan. Tentu menumbuhkan kekesalan bagi setiap orang.

"Kenapa ngumpulin kita disini sih tapi lo nya diem Al...? Jangan bilang lo mau resign dan balik ke Inggris tiba-tiba." sambung dr. Moriko dari department onkologi yang sedari tadi sibuk membalas chat residennya karena ada pasien mereka yang kondisinya semakim menurun.

"Gue mau breakfast sama Deriana nih... Penting amat ya curhatan lo...?" kata dr. Juan sambil memainkan bolpoint.

"Masalah apa sih Al? Tumben lo butuh kita buat kasi solusi. Biasanya apa-apa lo main tunggal. Sampe urusan titit juga lo gak mau ikutan kita-kita." tanya dr. Luis penasaran.

Tadi Alkins menghubungi teman-temannya untuk berkumpul di ruangan milik dr. Luis. Ia bermaksud menanyakan bagaimana cara melamar seorang gadis dengan cara yang baik. Ia masih awam dalam hal ini, apalagi mengenai wanita toh terakhir kali ia bersinggungan dengan wanita sekitar 10 tahun lalu.

Alkins menarik napas dalam. Ia pasti akan ditertawakan. Namun apa boleh buat, keempat temannya ini lah yang saat ini bisa memberikan solusi. Jika bertanya pada Adirga sama saja menjerumuskannya pada jurang kehancuran karena adiknya itu masih suka bermain-main dengan kebebasan.

Sebelumnya Alkins sudah menyiapkan cincin yang ia beli bersama Stefie seminggu yang lalu. Awalnya ia hanya iseng beli cincin itu karena ia menyukai designnya saat si perancang mengatakan bahwa cincin itu limited edition karena dirancang langsung olehnya dan hanya ada satu model. Saat itu ia hanya berniat menemani Stefie mengambil perhiasan pesanan Stefie di salah toko jewelry langganan kakaknya itu. Namun malah jadi membeli karena bujuk rayu Stefie dan si designer.

"Buddies... Do you know how to propose a girl?" kata Alkins yang langsung membuat keempat temannya mendadak diam dan bengong. Ini pertama kalinya Alkins membicarakan wanita semenjak mereka sering nongkrong bareng. Dan kali ini Alkins meminta pendapat untuk melamar? Yang benar saja. Wanita mana yang mau dilamar oleh manusia setengah es begini.

"Who....?" kata mereka serentak. Antara kaget dan senang. Akhirnya Alkins membicarakan perihal tentang wanita.

"Luna..." kata Alkins dengan santai dan menimbulkan kegaduhan dari teman-temannya begitu nama itu terucap.

"Tunggu Al... Luna Luna... Luna yang mana ini, perasaan gue lo gak punya pacar deh... Luna Luna..." dr. Luis sedang memikirkan seseorang yang bernama Luna di sekitar mereka.

"What the fuckkk... Laluna Kinara Kim?" seru dr. Juan histeris saat menyebutkan nama panjang Luna.

"Kamprettt... shock gue." dr. Moriko menimpali sambil menatap Alkins nanar. Ia sungguh terkejut dengan kenyataan ini. Bagaimana bisa Alkins mendapat jackpot terbesar sepanjang masa seperti itu.

dr. AkedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang