Terima kasih telah mencintaiku tanpa syarat.
I love you...*
Singapore
Luna sejak kemarin banyak terdiam bagaikan kehilangan jiwa. Ia masih berusaha memahami keadaan ini namun seakan menyelam di air keruh, ia kehilangan arah. Hasil test Covid-19 padanya dan Mama Aked sudah keluar. Ia dinyatakan negatif namun Mama Aked ternyata positif. Hal ini semakin membuatnya terpukul.
Mama Aked harus diisolasi terpisah dengan Luna. Sehingga saat ini Luna sendirian di ruangan baru yang sudah di desinfeksi. Walaupun negatif Luna masih harus diobservasi hingga 13 hari ke depan. Hal ini membuatnya tidak terbebas begitu saja. Ada protokol yang mengharuskan dirinya diisolasi hingga batas waktu yang sudah ditentukan.
"Mrs. Aked...!" Sebuah suara memanggilnya melalui loudspeaker.
Lupa pun terhenyak dan melihat ke arah kaca yang terhampar di depan ruangannya. Segera Luna membuka tirai itu dan nampak Alkins berdiri didepan disana.
Luna terpaku sebentar.
Kembali suara dari loudspeaker itu terdengar. "Your husband wanna talk to you. Silahkan pakai earphone yang ade di dekat tirai. Gunekan itu untuk cakap-cakap. Terima kasih." Kata suara itu lalu Luna segera memasang earphones itu ke telinganya.
Walaupun memakai baju hazmat dan masker yang menutupi hampir seluruh wajahnya namun Luna dapatmengenali bahwa itu Alkins.
Dari sorot mata itu terlihat bahwa itu adalah Alkins.Mata Alkins menyiratkan rasa frustasi dan lelah, hal ini membuat Luna merasa sangat bersalah dan tertunduk lesu.
"Are you okay? Kenapa ponselmu mati."
Luna dia tak menjawab.
"Kamu demam atau ada keluhan lain?" Tanya Alkins mulai khawatir karena Luna hanya diam.
"Maafkan aku..." Jawab Luna dan suaranya terdengar pelan juga sangat pilu.
Alkins sudah menahan diri namun ia sungguh tidak tahan melihat istrinya harus dipisahkan darinya oleh kaca pembatas seperti ini dan seakan jaraknya jauh sekali.
Dengan tangan gemetar Alkins menempelkan sebuah kertas ke kaca dan tertulis 'AKU MENCINTAIMU, SUNSHINE...SEMANGAT YA'.
Luna menangis. Dan Alkins membiarkan Luna menumpahkan isi hatinya.
"Kamu harus kuat. 13 hari lagi dan aku bisa memelukmu, Sunshine..."
"Aku minta maaf." Kata Luna mengulangi kalimatnya.
"It's okay... Don't be too stressed." Kata Alkins menyemangati.
"Maafkan aku, Sayang. Maafkan aku yang gak bisa jaga Nena. Maafkan aku membahayakan Mama. Maafkan aku."
Luna kembali terisak dan tak terkendali.
"Sunshine... Sunshine... Listen to me." Alkins mencoba menenangkan.
"Aku istri yang buruk ya?" Kata Luna memotong apa yang akan Alkins katakan.
"Kamu hanya sedikit keras kepala. Tapi aku sayang." Kata Alkins mencoba menenangkan.
Luna mencoba tersenyum karena tau Alkins mencoba membuatnya nyaman dengan situasi ini.
"Aku menantu yang buruk ya?" Tanya Luna lagi.
"Tidak, Mama selalu ada di pihakmu. Kadang aku iri."
Luna masih mencoba tersenyum.
"Aku ibu yang buruk ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
dr. Aked
General FictionBisakah aku berjanji untuk menjadi penawar luka hatimu. Sehingga painkiller pun tidak berguna. Alkins Samudera Aked~ Bukan kah seorang dokter hanya menyembuhkan luka fisik saja, tau apa soal hati. Laluna Kinara Kim~ Hanya sebuah kisah romansa b...