You look at my tears as if it were nothing...
You continue to talk calmly again...
You told me cruelly that you couldn’t deny...
That you had absolutely no attachments or regrets...*
Waktu berjalan cepat dan berlalu begitu saja untuk sebagian orang. Tapi tidak dengan Luna yang kembali menjalani hari-harinya menjadi seorang dokter yang bernaung pada departemen bedah saraf, yaitu department yang lumayan sibuk. Aktivitas dan ritme kerja yang luar biasa dan dapat memabukkan bagi orang awam.
Setelah melakukan tiga kali pertarungan hebat di atas meja operasi secara beruntun bersama team dr. Aked akhirnya Luna dapat kembali ke ruangan. Setelah mereka semua membersihkan diri dan melepas seragam operasi, dr. Aked tiba-tiba menghilang bak ditelan bumi. Tak ada satupun yang mengetahui keberadaannya bahkan ponselnya saja dimatikan.
Luna kesal bukan main saat akan memberikan laporan paska operasi dan tergesah-gesah dari ruangan ICU paska bedah menuju restroom para dokter setelah melakukan operasi, ia bahkan tidak menemukan sosok menyebalkan itu dimana pun. Sungguh membuatnya naik pitam.
Luna curiga bahwa dr. Aked suka menghilang seperti vampir-vampir di film keseyangannya, the Twilight Saga Series.
Dan itu diamini oleh seorang residen yang membenarkan bahwa dr. Aked suka menghilang setelah operasi dan menonaktifkan ponselnya."Duh kemana sih ini bocah? " Luna menggerutu kesal.
"Cari siapa kak.... kok mirip Kinara Kim sih. Umm dokter baru ya?" seorang residen tahun pertama mendatangi Luna di depan restroom dan memperhatikan Luna secara mendetail. Namun Luna cuek-cuek saja agar ia tidak diperhatikan secara berlebihan.
"Ah kamu bisa aja, banyak yang bilang mirip Kinara Kim sih. Hahaha Saya Luna dari bagian Bedah Saraf. Liat dr. Aked gak? Dari tadi ditungguin gak keliatan batang hidungnya padahal laporan paska bedah yg dia tangani harus di entry ke pusat data pasien sesegera mungkin." Luna tidak menutupi kekesalannya pada dr. Aked.
"Oh saya Veny, residen tahun pertama. Beneran mirip Kinara Kim loh kak. Hehehe Biasanya dr. Aked emang menghilang sekitar sejaman lebih gitu abis banyak rentetan operasi." Jelas Veny sambil memeriksa hasil lab pasiennya.
"Kaya vampire aja ilang-ilang. Berasa Edward Cullen aja" Luna menggerutu.
"Emang mirip kok kak sama Edward Cullen. Dingin dan keras." kata Venny nyengir.
"Huh dasarrrr.... aku balik ke kantor departemen aja deh. Senang bertemu dengan kamu Venny." ucap Luna mengakhiri sesi ngobrolnya dan meninggalkan Venny di depan restroom for surgeons.
Luna menghela napas dalam dan memperhatikan cup yang berisi Americano less sugar khas Starbucks yang ia pasan melalui aplikasi driver ojek online. Ia membutuhkan kaffein berlebih setelah menyelesaikan rentetan jadwal menggila bersama dokter sakit jiwa tapi membuatnya penasaran.
Bagaimana tidak ia menjuluki dr. Aked gila karena berani menerima operasi mayor sekaligus tiga secara beruntun. Itu namanya cari mati, ya kaki Luna sudah mati rasa sepertinya.
Ia tidak pernah semiris ini menjalani hari-harinya. Bagaimana tidak, Luna terbiasa melenggang manja diatas catwalk dan semua tersedia karena ia seorang bintang tapi disini dia harus puas menjadi asisten team dari dr. Aked di rumah sakitnya sendiri.Luna memutuskan menemui seniornya di departemen kardiologi.
Ia ingin menghirup udara yang berbeda. Karena berada department bedah saraf cukup menyesakkan rongga dadanya.Sepertinya ia mulai menyesali keputusannya untuk kembali menjadi dokter terlebih karena taruhan tidak penting dengan sang ketua komisaris, yaitu Papanya sendiri.
"I told you that I'll keep my promise, Dad. So don't terror Manda. She was so scared of your people..."
"I just wanna you get back your true life line, My love..."
KAMU SEDANG MEMBACA
dr. Aked
General FictionBisakah aku berjanji untuk menjadi penawar luka hatimu. Sehingga painkiller pun tidak berguna. Alkins Samudera Aked~ Bukan kah seorang dokter hanya menyembuhkan luka fisik saja, tau apa soal hati. Laluna Kinara Kim~ Hanya sebuah kisah romansa b...