The hardest thing do is walk away from someone you're still in love with,
It's really a painful choice...*
Setiap orang memiliki porsi bahagia mereka masing-masing. Terkadang tanpa sadar kita terlalu asyik melihat kebahagiaan orang lain tanpa tau bahwa kita juga sudah memiliki porsi bahagia milik kita sendiri. Kita lupa bahwa masih banyak orang-orang manyayangi kita lebih dari orang yang pernah menyakiti.
Begitulah keadilan dari Tuhan yang kadang tidak kita sadari.Luna semakin sedih saat akan mendatangi dr. Gladys ia tidak sengaja melihat Aaron dan keluarga kecilnya sedang bercengkrama di depan ruangan poli Obgyn. Luna langsung pergi dari sana sebelum Aaron atau Dea menyadari kehadirannya.
Ia merasa saat ini adalah titik kembalinya ia pada lubang kesedihan yang sama.Luna tidak bisa menahan air matanya saat ia bertemu dengan dr Gladys. Ia memeluk dr. Gladys erat seperti membutuhkan pegangan. Hal ini membuat Gladys bingung bukan main.
"Hey... hey doctor celebrity lo kenapa..? What's going on darla..." tanya dr. Gladys heran sambil berusaha melepaskan pelukan Luna.
"Apa gue gak pantas punya bahagia gue sendiri?" tanya Luna sambil terisak.
"Duduk dulu gih. Duduk dulu biar tenang." kata dr. Gladys. Namun saat mereka sudah duduk sejajar Luna kembali menitikkan air mata dengan terisak-isak dan ITU membuat dr. Gladys khawatir. Dengan cepat dr. Gladys memberikan tissue agar Luna dapat menyeka air matanya.
"Kenapa cantik?" Tanya dr. Gladys namun Luna masih diam sambil memperhatikan jemarinya. Harusnya ia tidak menolak lamaran Alkins sejak dulu. Harusnya ada sebuah cincin yang tersemat pada jari manisnya saat ini.
"Oh gue tau Alkins nyakitin elo ya?" tanya dr. Gladys spontan. Siapa lagi yang bisa menyebabkan Luna sedih kalau bukan pria itu.
Luna menggeleng pelan.
"Si Alkins tembok es itu ngapain lo? Pasti ini dia biang keroknya" tanya dr. Gladys tidak sabar. Dan Luna menjawabnya dengan gelengan kepala lagi.
"Coba jelasin deh Lun. Gue mana bisa tebak-tebak apalagi baca pikiran lo. Gue dokter jantung yang biasa main main sama EKG, bukan cenanyang ataupun dukun santet yang bisa ngeramal." kata dr. Gladys sekenanya.
"Dys... Apa gue kelamaan ya gantungin Alkins?" tanya Luna pelan dan dr. Gladys melongo.
"Ini yang harusnya nangis bombay itu si Alkins yang dua tahun lo anggurin... Eh maksudnya lo gantungin. Kok malah elo yang nangis kejer gini sih. Lo itu lagian kelewatan amat, dua tahun gak sebentar Luna..." Kata dr. Gladys gantian memarahi Luna.
"Dia mau pergi..." wajah Luna tampak murung saat mengatakannya.
"Kemana?" tanya dr. Gladys penasaran.
"Afghanistan." Jawab Luna dengan suara lemah.
"Sumpehhh?" dr. Gladys terpekik kaget dan Luna hanya bisa mengangguk pasrah.
"Apa dia udah gak sabar kali ya nungguin gue yang gak pernah ngasih dia kepastian. Gue masih takut sama komitmen kak. Aaron aja bisa gitu. Bisa aja kan pas udah mau hari-H nanti Alkins ninggalin gue." Luna tertunduk lesu.
"Lun... Alkins ya Alkins, Aaron ya Aaron. Mereka ITU dua orang yang berbeda. Apa selama ini Alkins pernah buat lo kecewa, yang ada lo yang terus-terusan gak jelas. Coba deh jangan narik kesimpulan sekenanya."
"What should I do kak?" tanya Luna dengan suara seraknya.
dr. Gladys menarik napas pelan. "Lo tanya dulu deh kepastiannyaa, biar lo tau dia pergi kenapa. Pasti ada alasan penting kenapa Alkins pergi. Asumsi gue lo masih nebak-nebak kan. Coba deh lo ngomong dari hati ke hati sama Alkins. Alkins bukan orang yang kaya gitu deh kayaknya. Bukan gue belain tapi selama ini ceweknya ya cuman elo kan dan kayaknya cuman elo yang bisa buat dia tertarik sama cewek di KIH ini." kata dr. Gladys bijak.
KAMU SEDANG MEMBACA
dr. Aked
General FictionBisakah aku berjanji untuk menjadi penawar luka hatimu. Sehingga painkiller pun tidak berguna. Alkins Samudera Aked~ Bukan kah seorang dokter hanya menyembuhkan luka fisik saja, tau apa soal hati. Laluna Kinara Kim~ Hanya sebuah kisah romansa b...