Here I am, can you hear it...?
I‘m dreaming to be with you...
The one and only...
I believe that you will protect me...
I’ll always be with you so my heart won’t hurt...
To be with you...*
"WHO ARE YOU?" Bentak tentara wanita di depan Alkins sambil terus mengacungkan pistol ke arah Alkins. Sikapnya sangat siaga seperti tentara kebanyakan.
"A volunteer from Indonesia." Kata Alkins setenang mungkin tanpa basa basi dan kedua tangannya masih di arahkan ke atas kepala. Ia tahu bahwa nyawanya akan melayang kalau ia bertindak gegabah.
"Indonesia...? Don't lie or I'll shoot you. You don't wear a UN emblem and you don't seem like an Indonesian..." Bentak tentara wanita itu lagi. Namun Alkins tidak gentar, digertak seorang wanita bukan hal yang menakutkan baginya. Walaupun wanita di depannya ini sangat berwibawa.
"I'll show you my identity card..." Alkins mengambil dompetnya lalu berusaha mengeluarkan kartu pengenal dari sana.
"Show me right now..."
Tiba-tiba suara derap langkah beberapa orang terdengar mendekati ke arah clinic.
"Oh my God... Astaga Dragon." Teriak dr. Luis terngiang saat melihat Alkins ditodong pistol oleh seorang tentara wanita. Nyalinya langsung ciut dan menyentuh titik terbawah.
Seorang pria berpakaian militer Inggris mendekati Alkins dan tentara wanita tersebut.
"Lieutenant Clarissa, please keep your gun away. dr. Aked is the family of Captain Marco..." Kata pria yang tiba-tiba masuk ke dalam clinic bersama beberapa tentara dan juga para relawan. Perintah itu membuat tentara wanita bernama Clarissa itu menurunkan pistolnya lalu memberi hormat layaknya bawahan pada atasannya pada pria itu.
"Leave the three of us." Kata pria itu pada semua orang yang ada di depan pintu clinic kecuali Clarissa dan Alkins.
Clarissa langsung memandang pria itu penuh tanya kenapa Marco punya saudara padahal setahu nya Marco sudah tidak punya siapa-siapa karena saudari maupun kedua orang tua Marco sudah meninggal.
"He is...? I'm sorry Sir... Marco hasn't siblings..." Kata Clarissa mengintrupsi dengan nada tidak percaya lalu menunjuk ke arah Alkins. Ia menggali ingatan terdahulu mengenai informasi keluarga tunangannya itu.
"I'll explain later... And the fact that he is Marco's brother." Kata pria itu pada Clarissa dan Clarissa langsung mengangguk mengerti.
Pria itu menatap ke arah Alkins dengan penuh wibawa lalu menjabat tangan Alkins.
"Hello dr. Aked... Let me introduce myself, I'm Colonel Loden. I sent out a mailing list for you about Captain Marco. Sorry I didn't tell you that Captain Marco was missing after a bomb explosion that exploded in the hideout of the Taliban group. His body is not found anywhere. The military declared that Marco's captain was dead. And the last letter written by Captain Marco that you are his guardian besides Lieutenant Clarissa. I didn't know that you'll be here... Indonesian military contacted me and tell us about you, so I and my army come here... I'm sorry for your lost..."
Alkins mengerutkan kening, ia bingung karena Colonel Loden mengatakan bahwa sudah menyatakan bahwa Marco telah meninggal namun surat yang ia terima beberapa bulan lalu menyatakan bahwa Marco dalam keadaan koma.
"MI6 told me that he's on comma in a somewhere. I thought you know about this." Kata Alkins mengklarifikasi info yang ia dapat sebelumnya. Sambil mengingat-ingat awal mula bagaimana ia bisa memutuskan untuk datang ke Afghanistan.
KAMU SEDANG MEMBACA
dr. Aked
General FictionBisakah aku berjanji untuk menjadi penawar luka hatimu. Sehingga painkiller pun tidak berguna. Alkins Samudera Aked~ Bukan kah seorang dokter hanya menyembuhkan luka fisik saja, tau apa soal hati. Laluna Kinara Kim~ Hanya sebuah kisah romansa b...