Even joining hands, tears fall...
You're a torment...
Why is one step away always so far as to make me breathless?
Even turning away your head when my face is there...
You're a torment...Even you're saying anything would be nice for me...
If my breathing meets yours, my tears would fall...
It's a torment in which you silence my self...*
Luna hanya diam dan terlihat melamun saat meeting bulanan department neurosurgery yang membahas tentang perkembangan kinerja para dokter dan juga kasus yang saat ini mereka tangani. Luna masih memikirkan masalah kepergian Alkins ke Afghanistan dua minggu lagi dan juga percakapan panas mereka tadi pagi. Entah Luna yang terlalu emosional Dan sensitif atau Alkins yang bicara kelewat pedas padanya.
Luna sempat mengadu ke Manda tentang hal ini dan malah mendapatkan omelan panjang dari mantan managernya itu. Manda benar-benar sudah menjadi team Alkins dan tidak berpihak padanya kali ini.
Manda malah menganjurkan agar Luna minta maaf pada Alkins. Namun ego Luna masih terlalu tinggi untuk sekedar minta maaf pada Alkins, apalagi mengizinkan pria itu pergi.
Tadi setelah pembicaraan mereka yang Alkins lakukan adalah banyak mendiamkan Luna selama perjalanan menuju KIH. Walaupun tidak banyak bicara, biasanya Alkins akan menanggapi obrolan Luna dengan menatapnya atau memberikan senyuman. Namun tadi saat di perjalanan Alkins hanya menatap lurus ke depan tanpa mau membalas percakapan yang Luna bangun.
Luna hampir menangis kalau saja saat turun tadi Alkins tidak memeluknya dan mencium keningnya seperti biasa. Itu menandakan bahwa pria itu tidak seratus persen marah pada Luna.
Luna menghembuskan napas berat. Ia benar-benar merasa bersalah telah bersikap seperti tadi pagi. Ingin minta maaf namun Alkins saja susah diajak bicara.
"dr. Luna... dr. Luna... Hello dr. Laluna Kinara Kim."
dr. Rely menyenggol lengan Luna dan menyadarkan Luna dari lamunannya. Ternyata suara yang memanggilnya adalah dr.Will dari team 3 yang menjadi moderator dalam meeting ini. Ia terhenyak menyadari semua orang di aula ini menatapnya penuh tanda tanya."Ya... ya..." Luna gelagapan dengan ekspresi bingung meminta penjelasan pada dr. Rely karena beliau ada di samping Luna sejak tadi. dr Rely menunjuk ke arah dr. Will yang berdiri diatas podium.
"Saya menanyakan kasus besar yang akan ditangani oleh team anda dalam minggu ini dr. Luna. Ada laporan mengenai kasus Malignant Glial Tumor yang masuk pada laporan kasus besar. Bisakah anda jelaskan pada kami detail nya?" dr. Will dengan sabar menjelaskan kembali pertanyaan yang tadi tidak sempat Luna dengar.
Luna langsung berdiri Dan mengambil microphone yang diberikan dr. EMA padanya.
"Ah sorry... I wasn't focus... Pasien saya ialah Ny. Gaya Herdiana, 32 tahun, seorang ibu rumah tangga dan juga seorang banker. Telah dirawat sejak tiga hari yang lalu di bangsal Neurosurgery. Awalnya beliau masuk dengan keluhan sakit kepala hebat disertai muntah di pagi hari, lalu penurunan fungsi pengelihatan dan juga adanya pengelihatan ganda apalagi setelah melakukan pekerjaan berat. Pasien mengatakan juga bahwa ia beberapa minggu lalu sempat mengalami gangguan koordinasi yaitu gampang limbung dan juga pelupa. Hasil CT-scan didapatkan adanya peningkatan tekanan intracranial pada area occipital, pada Electrocephalogram terdapat kelainan aktivitas listrik otak yang mengindikasikan adanya masalah di bagian occipital. Telah dilakukan biopsi jaringan dan hasilnya bahwa tumor yang diidap pasien ini ialah jenis malignant. Pilihan terapi yang dipilih pasien ialah operasi, Resection of Occipital Craniotomy. Surgery schedule will be held on two more days." jelas dr. Luna dengan sangat detail.
KAMU SEDANG MEMBACA
dr. Aked
General FictionBisakah aku berjanji untuk menjadi penawar luka hatimu. Sehingga painkiller pun tidak berguna. Alkins Samudera Aked~ Bukan kah seorang dokter hanya menyembuhkan luka fisik saja, tau apa soal hati. Laluna Kinara Kim~ Hanya sebuah kisah romansa b...