Chapter 9

2.3K 110 2
                                    

.
.
.
Gemericik air hujan sangat terdengar. Angin yang seakan memasuki raga hingga menembus ruas-ruas dalam tubuh, seolah membuat seseorang ingin memeluk tubuhnya karena dingin.

Iqbaal menatap tetes demi tetes air hujan dari depan kelasnya sambil membawa satu cappucino hangat. Membayangkan betapa beruntungnya menjadi hujan. Hujan bisa membuat seseorang mengingat kenangan dimasa lalunya, seperti dirinya. Hujan bisa menyejukkan banyak orang. Dan Hujan juga bisa membuat seseorang merasa ingin di peluk detik itu juga. Seindah itukah Hujan? Padahal cuma air yang jatuh dari atas awan menuju permukaan bumi. Air yang mampu membuat Iqbaal merasa dirinya beruntung bisa melihat Hujan.

Saat hujan datang menyapa seperti ini membuat Iqbaal terdiam. Terdiam mengingat kenangan indah di masalalunya yang sampai detik ini belum ada celah untuk bisa mengubur masalalu itu dalam-dalam.

Hujan, semoga bisa menghapus segalanya dengan mudah. Semudah gue jatuh cinta sama Salsa. - Iqbaal.

"IQBAAL." teriak Salsa dari kejauhan.

Iqbaal menoleh dengan kaget. "Salsa?."

"Gara-gara lo nilai Bahasa Arab gue di kurangin." omel Salsa.

"Ko bisa?." tanya Iqbaal heran.

"Pake nanya lagi, kan lo yang bilang sama Pak Waluyo kalo elo yang ngerjain, bukan gue!." ucap Salsa dengan suara lengkingannya yang membuat satu kelas Iqbaal bertanya-tanya ada apa diluar.

"Eh siapa lo, marah-marah sama Iqbaal." ujar salah satu cewek dengan pakaian super ketat. Yang keluar dari kelas Iqbaal.

"Bukan urusan lo." cetus Salsa.

Iqbaal membawa Salsa pergi dari lingkungan kelasnya. Iqbaal membawa Salsa ke tangga yang menuju kelas Salsa. Mereka berdua duduk ditangga itu berdua. Tak ada satu orang pun yang melewati tangga itu.

"Malah ngajak gue kesini, bukannya tanggung jawab elahh." ujar Salsa kesal.

"Ya gue harus apa?."

"Astaga Iqbaal, lo pea apa gimana sih? Bilang lah ke Pak Waluyo supaya nilai gue bagus."

"Mana bisa sih, gak semudah itu kali." ucap Iqbaal santai sambil menyeruput cappucino yang masih di genggamnya.

Salsa langsung mengambil cappuccino yang ada di genggaman Iqbaal dan langsung meminumnya habis tanpa sisa. "Makasih, enak juga. Urusan kita belum selesai." ucap Salsa yang menyerahkan kembali gelas plastik itu kepada Iqbaal dan meninggalkan Iqbaal sendirian di tangga.

Iqbaal hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum penuh arti melihat tingkah Salsa. Mungkin Iqbaal memang sudah benar-benar jatuh cinta dengan Salsa.

Semudah itukah Jatuh Cinta? Hanya dengan tatapan mata Iqbaal bisa jatuh cinta dengan Salsa.

Salsa duduk sendiri dibangku samping kelasnya sambil memakai earphone. Kakinya tak pernah berhenti untuk digerakan.

"Ngapain lo?." tanya Nita yang tiba-tiba ada disampingnya.

"Dengerin lagu. Bete banget ya, Ta. Tau gitu kita gak usah sekolah aja."

"Iyah, gak tau juga bakalan free class seharian. Ujan pula. Malem minggu juga. Aduhhhhh ade galau jadinya."

"Najis! Jijik, Ta. Gue dengernya mau muntah." jawab Salsa yang langsung melepaskan earphone dari telinganya.

"Hahahahah, Sal. Farel tuh." ucap Nita.

Perfect Partner [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang