Chapter 23

1.6K 66 3
                                    

Jika ada yang lebih menyakiti dari kehilangan, mungkin rasanya tidak semenyakitkan ini, jika aku tidak di takdirkan untuk mendampingimu, maka izin kan aku untuk menjadi pelindung mu ~ Farel Anggara Putra

Seperti kemarau yang merindukan hujan, dan bagaikan langit dengan awan hitam tanpa bintang..
Disinilah aku, berdiri dengan jiwa yang rapuh, hati yang tersakiti karna kehilangan sosok yang sangat aku cintai. ~ Doni Saputera

***

Rasanya sangat lama sekali Nita dan Salsa menghilang, dan sampai detik ini pun belum ada tanda-tanda dimana keberadaan nya. Detektif swasta, pihak kepolisian, bahkan seluruh anggota keluarga telah menyerahkan semua kemampuan nya untuk mencari Nita dan Salsa, tapi sampai saat ini belum membuahkan hasil apapun.

Segala cara sudah di lakukan demi menemukan Salsa dan Nita. Doni serta Farel hampir setiap hari menelusuri jalan demi mencari orang yang mereka sayang.

Siapa yang tidak akan merasa tersakiti jika kehilangan? Tidak ada satu pun yang merasa baik-baik saja jika merasakan rasanya kehilangan. Bagaikan daun yang tak ingin mengering kala kemarau tiba, begitulah Doni dan juga Farel. Seolah mereka berdua tidak akan pernah lelah mencari keberadaan Salsa dan Nita. Meski kondisi fisik dan hatinya tidak sejalan dengan tekadnya, Tekad untuk menemukan dua gadis yang mereka cintai.

Tidak ada yang berpura-pura kuat lagi disini. Semuanya merasakan rapuh, terutama Doni dan Farel. Meski mereka cowok, mereka tak munafik. Mereka menangis dengan nyata, menangis menahan rindu yang mendalam, menangis betapa bodohnya mereka yang tak mampu menjaga Salsa dan Nita. Tapi, semua yang terjadi tak ada gunanya menyalahkan diri sendiri. Yang jelas, jangan berhenti berusaha untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Hasil terbaik untuk menemukan Salsa dan Nita.

Cinta memang terkadang membuat seseorang merasa lemah, membuat seseorang merasa dirinya dibodohi oleh cinta. Begitu juga dengan kehilangan, seakan dunia ikut runtuh saat merasakan kehilangan orang yang dicintainya. Tidak ada yang tahu keadaan Salsa dan Nita seperti apa. Masih bertahan hidup, atau tinggal nama. Doni dan Farel selalu menampik dua pernyataan itu ketika singgah di otaknya. Kini keduanya sama-sama rapuh, namun saling menguatkan.

**

Kini pasukan pencarian Salsa dan Nita berkumpul di rumah Farel. Farel yang nyuruh, supaya mereka lebih bebas kalau ada yang mau nginep sehabis mencari Salsa dan Nita.

Farel berada di kamarnya seorang diri. Entah sudah berapa lama dia didalam kamar ini.

"Mau sampe kapan lo pergii, Ta. gue kangen." Farel terisak pilu. "Mau sampe kapan kalian nyiksa batin kita gini. Sampe kapan nyuk, aaarrrrrggghhhhhhhh sampeee kapannnnn?."

Ya, Farel terlihat sangat frustasi, baru kali ini dia menangis meluapkan segala emosinya dengan penuh, Farel yang biasanya kokoh dan menjadi tameng untuk Doni, kini berada di titik kerapuhannya. Farel tidak bisa mengendalikan dirinya lagi.

Doni yang mendengarkan suara Farel dari tangga langsung menghampiri kamarnya secepat mungkin. Di ketuk pintu kamarnya itu, namun sama sekali tidak ada jawaban, hanya tangisan Farel yang terdengar. Akhirnya dengan tergesa-gesa Doni mendobrak pintu kamar Farel.

"FAREL!.. GILAAA LO YA!."

Doni langsung menghampiri Farel. Farel sekarang sangat hancur. Kamar? Oh tidak, itu bukan kamar, karna kamar tidak ada yang semenakutkan ini. Botol minuman alkohol berserakan dimana mana, pajangan yang biasa tertata rapih kini berserakan entah dimana, pecahan kaca juga sangat banyak.. Farel benar-benar frustasi. Farel benar-benar kalut dan hancur. Seakan jiwanya hilang sebagian.

Doni yang melihat sahabatnya yang menyedihkan itu langsung menghampirinya. Sahabat? Sudah pantas mereka berdua disebut sebagai sahabat. Mantan musuh seolah sudah tak ada lagi dalam diri mereka. Karna sampai kapanpun kebencian ditanamkan didiri seseorang, pasti akan sirna dalam waktu yang cepat bahkan lama sekali pun. Doni langsung merebut botol black label dari genggaman Farel.

Perfect Partner [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang