Chapter 22

1.8K 80 3
                                    

Terhitung sudah satu minggu sejak tragedi menghilangnya 2 (dua) gadis dari SMA ERLANGGA. Dan menurut info dari berbagai pihak, kedua gadis itu masih duduk di bangku kelas XI (sebelas).

Dan sekarng berita itu bahkan di muat di berbagai surat kabar, orang tua Nita dan Salsa juga menjanjikan hadiah yang sangat besar kepada siapa saja yang bisa menemukan putrinya dalam keadaan selamat. Para guru dan siswa lain yang iba juga ikut membantu mencari keberadaan Nita dan Salsa. Meski duo curut ini biang usil di sekolahnya, tapi Alhamdulillah banyak yang respect sama mereka. Eh wkw.

Hari-hari terasa berat untuk di lalui oleh Doni, Farel dan juga Edo. Farel dan Edo masih enggan untuk masuk sekolah. Sedangkan Doni, dia emang udah free dari segala jenis rutinitas sekolah. Sementara Mirna dan Reni masih di rawat dengan intensif di rumah sakit. Ayah Nita terus mencari keberadaan putrinya. Lain halnya dengan Wisnu, Ayahnya Salsa yang masih belum bisa di hubungi sampai sekarang. Reni di rawat oleh Doni dan Ineke, emaknya Doni.

"Masih gak mau sekolah, Rel?." Doni menghampiri Farel yang sedang duduk di ruang tunggu rumah sakit, dan menyerahkan satu gelas kopi kepadanya.

"Belum, Don."

"Lo harus sekolah kali, mau sampe kapan lo bolos terus?."

"Don, sekolah gak bakalan ancur dan rugi kan kalo gue gak sekolah seminggu?."
Doni menyeringai sambil meletakan gelas kopinya.

"Itu kata-kata si matre kan kalo lagi bolos?." Farel tidak menjawab pertanyaan Doni, dia hanya mengusap wajahnya frustasi.

"DONIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII"

Teriakan khas dari Ineke.
Doni yang menyadari itu langsung bangun dan menghampiri Ibunya yang sudah berada di depan pintu ruang rawat Ibunya Salsa.

"Ini rumah sakit, Ma. Bukan hutan, ngapain teriak teriak coba?."

Dan dengan sangat kesal atas perkataan anaknya itu, Ineke langsung menjewer telinga Doni.
"Kamu aja sama Farel yang budek. Mama dari tadi manggil kalian, tapi gak ada yang denger sama sekali, jadi yaudah, Mama teriak aja. Eh sekarang malah Mama yang di salahin, kan harusnya kamu yang salah, kalo kamu gak ngelamun juga Mama gak bakalan teriak, Don."

"Sssssttttt.. Udah, Ma. Kebiasaan deh, di tanya satu kalimat di jawab seribu kalimat. Ini, Ma. kuping Doni panass nihhh." ucap Doni geram karna kebiasaan Mamanya itu, tapi Doni sayang Mamanya kok, hehehh.

Farel yang dari tadi melihat Ibu dan anak itu hanya tersenyum, dan segera menghampiri Tante Ineke.

"Hai, Tante. Maaf yah, tadi kita gak denger." kata Farel sambil salim ke Tante Ineke dan memeluknya.
Tante Ineke hanya tersenyum kepada Farel, dia tau kalo Farel pasti sedang banyak pikiran karna kehilangan dua sahabatnya.

Lah terus kenapa sama Doni galak? Doni kan juga merasa kehilanagan?kalo sama Doni beda, kalo ngejewer Doni itu adalah salah satu bentuk kasih sayangnya hahaha.

"Gapapa Farel, oh iya ini tante mau minta tolong Kamu sama Doni. ambil beberapa barang yang ada di bagasi mobil tante ya, terus bawa kesini, tadi repot banget soalnya."

Farel dan Doni pun segera mengiyakan perintah dari Ineke. Ya, semenjak Mirna dan Reni di rawat, Ineke lah yang kebagian repotnya, setiap hari dia selalu membawakan makanan dan keperluan lainnya, karna terkadang Bi Ijah suka ga sempet buat masak. Sedangkan orang tua Farel dan Edo memang tidak berada di Indonesia, jadi mereka tidak bisa membantu apapun selain Doa.

*

"Ta, Nitaaaaaa."
Salsa mengguncang tubuh Nita dengan kasar, agar gadis itu terbangun.

"Kenapa, Sal? Ada yang sakit? Atau lo laper? Aus gitu?."

Perfect Partner [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang