FRTR-7-Her answer

21K 1.9K 81
                                    

FRTR-7-Her answer

Senyuman terlukis di wajah Ron yang beberapa hari ini mulai ditumbuhi jambang. Ia tidak terlihat tua, malah terlihat lebih sempurna. Ia tersenyum karena melihat Rain sedang duduk di depan gerbang rumahnya sambil berjongkok dan sesekali memeriksa ponselnya. Ia sudah mengirimi Ron pesan yang isinya mengatakan kalau ia menunggunya di sini.

Sejujurnya, Rain bukan hanya jual mahal, ia juga sedang bingung. Apa yang Kenzo katakan pada Ron, benar adanya. Gadis itu hanya sedang bingung dengan semua kejadian yang tidak ia harapan untuk terjadi. Rain tidak mau kalau sampai benih Ron benar-benar tumbuh dan berkembang di dalam perutnya dan di sisi yang paling fatalnya adalah ia harus menjadi kakak ipar dari cinta pertamanya?

Rain seperti makan buah simalakama. Takut hamil tanpa seorang suami, juga takut hidup bersamanya tanpa cinta.

Garis takdir sudah menghancurkan impian indah Rain setiap malam. Garis takdir sudah mulai memporak-porandakan kehidupannya, kehidupan percintaannya yang kini terasa runyam.

"Ganteng belum ya?" Ron sangat senang karena akhirnya ia bisa bertemu dengan Rain. Sebelum turun dari mobil untuk memulai rencananya, ia berkaca dulu di spion tengah. Menata rambutnya, tersenyum memeriksa deretan putihnya, memeriksa kadar bau naganya dan mencium kedua ketiaknya secara bergantian.

"Aman," kata Ron seraya menjentikkan jari. Tarik napas dan buang secara perlahan, ia pun keluar dari mobil dengan raut wajah yang dibuat dingin.

Piala Oscar patut dihadiahi kepada Ron berkat akting dinginnya di hadapan Rain saat ini.

"Ngapain kamu ada di depan rumahku?" tanya Ron berusaha tidak mengumpat saat sekilas membaca iklan yang ditempel di gerbang rumahnya.

Kenzo somplak! Abis lo sama gue entar! Batin Ron geram. Ia baru paham kenapa ada yang mau membeli rumah bertingkat dua itu dengan uang sebanyak lima juta saja. Ron masih waras untuk tidak menuliskan iklan setolol itu, biarpun ia memang agak tidak waras jika berada bersama kawan-kawan dekatnya.

Rain terkejut, ia bangkit berdiri sembari membersihkan celana. "Kak ... Kak Ron." Untuk Rain, dia tidak habis pikir dengan dirinya yang bersuara mencicit begitu. Dia takut kalau Ron benar-benar pergi entah ke mana.

Kalau bukan demi menjalankan rencana yang ia susun di dalam perjalanan menuju ke mari, Ron sudah pasti akan mengemis-ngemis permintaan maaf dari Rain lagi secara berlebihan. Berlutut, mencium tangan Rain dan meneriakkan pada dunia tentang semua kesalahan-kesalahannya.

Ron sekilas menengadah ke langit. "Mau hujan kayaknya. Ayo masuk."

Beruntunglah Rain sedang tidak aware dengan keadaan cuaca yang sebenarnya jauh dari kata mendung. Saking kelimpungannya, cewek itu tidak sadar kalau sedang dikadali oleh kadal keji bernama panggilan Ron ini.

Ingin rasanya Ron menggandeng tangan Rain sembari berjalan beriringan masuk ke dalam rumah. Sialan! Ia harus bersikap dingin dan tak peduli lagi dengan kebingungan cewek itu!

Rain mencermati pakaian yang Ron kenakan. Tiba-tiba saja ia berlagak bak herder milik polisi yang mampu mengendus bau asing dari kejauhan. Tapi ternyata susah bagi Rain untuk menentukan bau parfum apakah yang melekat di kemeja Ron. Parfum pria atau wanita?

Satu-satunya tanda yang paling meyakinkan bahwa Ron tidak menginap di rumah wanita lain adalah kerapihan kemeja itu. Ah, tapi bisa saja Ron mempunyai kemeja cadangan yang ia taruh di rumah teman kencannya. Oke, mendadak Rain menjadi kesal.

TAG [ 2 ] : From Rain To RonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang