FRTR-30-Who is She Exactly?

15.4K 1.4K 84
                                    

Kutunggu vommentnya😚😚 Ini fast up loh😚😚

FRTR-30-Who is She Exactly?

Rain memandang tak nafsu kepada makanan yang sudah diletakkan di depannya sejak lima menit lalu, yang dia lakukan hanya mengaduk-aduknya, padahal saat di rumah tadi, dia sangat ingin makan mi ini. Ingat-ingat soal rumah, dia jadi tahu alasan mengapa selera makannya memudar begitu saja.

"So, gimana bisnis property elo? Lancar?" tanya Arya sambil menikmati makanannya.

Ron memesan makanan yang sama dengan Arya, berupa steak medium rare. "Everything is good. Kemarin abis dapat kontrak di daerah Jaksel, dan lumayanlah."

Arya menghapus saus yang mungkin menempel pada bibirnya. "Selumayan-lumayannya, pasti banyak kan?"

"Itu enggak usah ditanya," kata Ron yang malu-lalu, jika membahas soal keuangannya, padahal dia sudah mulai jumawa, bahkan dia berharap kalau Rain akan memandanginya dengan penuh kekaguman.

Tapi semuanya itu memang hanya harapan saja, Rain tidak mengeluarkan sepatah kata pun, dan tampangnya masam sekali.

"Rain, dimakan dong," ucap Arya yang jadi tidak enak hati jika begini; dia adalah salah satu orang yang hafal dengan kebebalan hati adiknya.

Tiba-tiba Rain meletakkan garpunya. "Gini ya, aku enggak tau! Aku enggak tau kenapa aku bisa sampai sebel banget sama dia!"

Rupanya Rain memperlihatkan kekesalannya kepada Lexy, secara tidak sadar, dan hal itu membuat Ron dan Arya bingung.

Sebentar, makanan pesanan Rain tidak diberi sesuatu yang aneh-aneh kan?

"Rain?" Arya mencoba menyadarkan adiknya, dan Rain langsung menatap kedua pria itu bergantian.

Kemudian dia memandang ke makanannya, dan sedikit menenguk jus jeruk hangat miliknya. "Aku ... ke toilet dulu."

Ron refleks memundurkan kursinya. "Mau aku temenin?"

Rain menggeleng spontan juga. "Enggak, makasih."

Dan begitulah, buncahan kebahagiaan yang ada di dada Ron, memudar lebih cepat daripada perkiraannya. Ya, dia tahu kalau kata 'sayang' itu tidak akan terulang lagi dalam waktu dekat; semua itu hanya bentuk spontanitas, dan sebagai permintaan perlindungan Rain kepadanya.

Muka murung Ron diketahui dengan cepat oleh Arya. "Sabar. Semua butuh waktu."

Pria itu mengiris-iris dagingnya. "Coba lihat gue, lo masih mending daripada gue."

Ron tersenyum tipis. "Kea belum balik?"

"Udah," Arya memandang Ron, "Tapi hatinya belum."

"Cewek susah ya dipahami? Apalagi ibu hamil kayak adik elo itu," pungkas Ron yang memang cuma bisa bercerita soal 'keadaan' Rain hanya kepada orang-orang terdekat dan terpercaya.

"Udah hukum alam kali Ron. Memang prialah yang seharusnya mengejar wanita, karena kepala keluarga itu lelaki, bukan perempuan." Arya lebih muda daripada Ron lima tahun, namun karena sebentar lagi dia akan menikahi adiknya, maka sudah seharusnya Ron yang memanggilnya 'abang', namun hal itu tak perlu dilakukan, hanya nama saja, itu sudah cukup.

"Tapi kapan Rain bakal berhenti lari, bro?" Ron menyandarkan kursinya. Biasanya kalau dia mulai terseret ke dalam pusara kekalutan, dia akan merokok, tapi situasinya tidak memungkinan.

TAG [ 2 ] : From Rain To RonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang