FRTR-33-Same Old Feeling

16.1K 1.4K 101
                                    


Happy reading, kutunggu komennya😚 maap pendek, tapi usahain fast ap kok😏

FRTR-33-Same Old Feeling

Mereka sudah sampai di rumah Ron yang butuh waktu kurang lebih setengah jam dari kediaman keluarga keduanya. Sekarang, Ron tengah menggandeng Rain, dan seakan ada lem super di sana, genggamannya begitu erat, di saat Ron masih sulit untuk menyembunyikan senyumnya. Dia bersorak di dalam hati; akhirnya hari ini datang juga, di mana dia bisa membawa wanitanya pulang ke rumah sendiri. Pulang, yang berarti mereka akan tinggal, hidup bersama, menua bersama, dan semoga saja Tuhan bisa mengabulkan permintaannya untuk bahagia. Sepasang pengantin yang baru saja membuat rencana untuk mulai saling mencintai, meski belum ada sepuluh menit, hati Rain sudah ingin mengingkari.

Rain mengigit bibir bawahnya saat kakinya melangkah masuk ke dalam rumah Ron. Bagaimanapun ketegangan itu tentu ada; dia sudah jadi istri orang, dan akan ada banyak tugas yang menanti, termasuk tugas melayani secara lahir. Rain menggelengkan kepalanya, dia yakin dirinya belum siap, lagian dia juga lagi mengandung. Dia mendongak, dan melihat punggung Ron, lalu beralih ke genggaman tangannya. Dia berpikir, apakah lelaki ini mau mengerti? Ah, pokoknya lelaki itu harus berlapang dada, kalau ada beberapa kewajiban Rain sebagai istri yang masih belum bisa dia penuhi.

Ron meletakkan koper Rain di dekat sofa, kemudian dia menoleh. "Mau langsung tidur atau makan nih?"

Kan bener!

Rain melotot, mana muka Ron semringah sekali. "Kita nggak tidur sekamar kan?!"

Sebenarnya Ron kaget, karena Rain begitu to the point sekali. Tapi yang ada, dia malah merasa lucu saat dia melihat wajah tegang itu. Baiklah, apakah boleh Ron jail sedikit?

Ron sok cemberut. "Sekamar dong... masa nggak...?"

Mukanya kekanakan sekali, sok unyu, nggak inget umur, tapi semua itu tidak bisa merubah pendirian Rain.

Rain melepas gandengannya, sambil berjalan menuju sofa, dia berusaha mengurangi kegugupan serta ketegangannya, dan dia berkata, "Ya nggaklah. Eng ... nggak!"

Ron jadi tertawa kecil, dia berjalan mendekat ke Rain dan dia mengacak-acak rambutnya. "Aku tau kali. Itu udah jelas. Tenang Rain, janji kamu buat mulai mencintaiku aja udah lebih dari cukup."

Tidak sampai di situ perlakuan Ron yang lembut, dia lalu sedikit membungkuk dan mengecup puncak kepala Rain sekilas. "Tapi hanya untuk saat ini," lanjutnya.

Rain tertegun, sampai dia tidak bisa membalas perkataannya, selain hanya dehaman saja.

"Tapi boleh aku minta sesuatu dari kamu, Rain?" kata Ron yang memegang koper Rain lagi.

Rain menoleh. "Apa?"

"Temenin makan ya, sebelum kamu tidur," kata Ron, dan permintaannya terlalu sederhana, dan mana mungkin Rain tidak bisa memenuhinya.

Wanita itu mengangguk. "Tapi Kak Ron yang bikin makan malam. Aku mual sama bau bumbu."

Ron tersenyum lebar dan menunjukkan jempolnya. "Oke!"

"Makan apa?" tanya Ron.

"Apa aja," jawab Rain, dan di dalam hati, Ron sempat-sempatnya berpikir; kalau Rain mau makan apa pun, kenapa dia tidak 'memakan' dirinya saja?

Ron mengumpat di dalam hati, pikiran kotor itu tahu-tahu datang lagi. Lebih baik dia masak aja deh, dan siapa tahu pikiran itu bisa hilang lagi. Sesampainya di dapur, saat Ron melihat kulkas, dia ingin mendinginkan badannya di dalam sana.

~°°~

Di rumah keluarga Asthama, ada satu orang yang belum bisa memejamkan mata, meski sudah pukul satu dini hari. Arya duduk di ruang keluarga, dia biarkan televisinya menyala, sementara dia lebih asyik menghisap rokok mahalnya. Dia tersenyum tipis saat menyadari lagi; bahwa teriakan kesal Rain, tampang merajuknya, kebawelannya, mulai malam ini akan menjadi hal yang langka. Dia adalah adik satu-satunya, mereka hanya dua bersaudara, jadi jika ada salah satu yang menghilang, maka akan terasa sekali perbedaannya.

"Sial ya, gue dilangkahi," kata Arya, tanpa teman bicara.

Di meja kaca itu, ada sebuah kamera, asbak, dan kopi hitam. Sudah pasti, Arya itu juga bagian dari orang yang mendokumentasikan pernikahan Rain hari ini.

Daripada Arya bengong terus-terusan, lebih baik dia periksa saja hasil jepretannya. Dia ambil kamera itu, dan dia mulai melihat-lihat isinya. Dia tersenyum saat melihat tampang datar Rain saat ada di panggung, padahal tampang Ron itu gembira sekali.

"Mereka jodoh juga," gumam Arya, dia mematikan batang rokoknya.

Dia akui kalau hari ini, adiknya tampil begitu cantik, meski ada yang berbeda dari kebanyakan pernikahan yang sudah biasa dia lihat dan hadiri. Gaunnya itu loh, bukan putih gading atau putih yang lain. Tapi Arya akui, bahwa mental Ron begitu baja, dia bisa bersabar menghadapi dan menuruti segala kemauan adiknya.

Dia melihat foto yang lain lagi, dan saat dia melihat foto yang ketiga ini, dia zoom agar bisa melihat dengan jelas-orang-itu, orang yang membuatnya merasa bahwa ada kehampaan di dalam hatinya. Arya tak menyangka bahwa orang itu ternyata datang juga, padahal segala pesannya hanya dia baca, dan teleponnya tak pernah dia angkat. Namun orang itu, masih mau datang, meski tak ada seorang pun yang mengetahuinya.

Arya tersenyum simpul, dia memantik sebatang rokok lagi. "Lihat aja Ke, gue udah punya alasan buat ketemu elo."

Arya ingat dengan perbincangannya bersama Ron sebelumnya. Ron ingin tahu, siapa sebenarnya adik iparnya, dan Arya bisa memanfaatkan hal itu untuk menemui cinta lamanya kembali.

Jika Rain itu anggun, maka wanita yang sedang Arya pikirkan, lebih anggun lagi.

~•••~

Entahlah, Lexy bakal (menurut kalian) dia bakal jahat apa enggak nantinya. Hahaha....

Nyesek nyesnyes tiap nulis FRTR😥

TAG [ 2 ] : From Rain To RonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang