Intermezzo-Ulang Tahun [Leon]

15.2K 1.2K 75
                                    

Selamat membaca ♥

Oh iya, part ini flashback, pake PoV Leon.

Ini cuma kayak bonus cerita, jadi sengaja seuprit. Bab 20, semoga ntar malem jadi😘

Ini notifnya telat kan ya? Wattpad ngeselin! Aku jadi waswas, ntar notif bab barunya ada apa enggak 😭

Kalo enggak ada, bilang ke aku ya....

Intermezzo-Ulang Tahun[Leon]

"Liza? Eh? Bukan? Nana? Oh, sori ... sori, bukan kok! Nana itu nama pembantu gue!" katanya diselingi tawa, dengan bumbu umpatan.

Udah biasa, aku mendengar alasan-alasan omong kosong semacam itu keluar dari mulut kakakku. Lihat aja, nanti beberapa menit kemudian dia akan menelepon cewek lain.

Aku mendumel, sembari menyirami tanaman kesayangan mamah. Biasa, sedang dijajah emak. Harusnya ini adalah kerjaan Bang Ron, tapi dia selalu bisa menggunakan kekuasaannya serta jabatannya sebagai 'kakak' untuk menyerahkan tanggung jawabnya kepadaku.

Rasa-rasanya, aku ingin menodongkan selang air ini ke tubuhnya, agar dia basah kuyup, dan tak jadi mengajak para ceweknya malam mingguan, di saat aku berakhir mengenaskan seperti ini. Astaga, bisakah aku lahir lebih dulu dari dia saja?!

"Toktok...."

"Kan aneh. Udah masuk ngapain pake ngomong toktoktok?"

Suara itu....

Aku yang tadi mencoba fokus menyirami pun, jadi segera menengok ke pagar.

Di sana, sumber suaranya berasal dari seorang gadis kecil yang mengenakan rok tutu warna merah muda. Aku selalu bisa tersenyum saat melihatnya berpakaian seperti itu. Entah kenapa, dia terlihat semakin imut.

"Ngapain lo bocah ke sini?" Bang Ron berkacak pinggang menghadapi gadis tetangga sebelah.

"Suka-suka Rain dong!" jawabnya, dan dia menjulurkan lidahnya, main ejek-ejekan dengan kakakku itu.

Aku tersenyum melihat bagaimana cara Bang Ron mencubit kedua pipi Rain, gadis yang berumur delapan tahun itu.

"Songong ya jadi anak...," kata Bang Ron lagi, dan dia juga lagi-lagi bersikap gemas dengannya.

"Ih sakit tau! Nanti Rain gak cantik lagi kalo dicubitin!" Rain mencoba menyingkirkan tangan kakakku dari wajahnya, namun tidak bisa.

"Pede banget dia!" Bang Ron tertawa, dan dia menengok ke arahku. "Pede banget kan dia, Le!"

Aku mengangguk, seraya mematikan keran air, kemudian ikutan tertawa bersama mereka.

"Auah elap!" Rain cemberut, dan keimutannya bertambah berkali-kali lipat.

Pipinya yang putih, jadi kemerahjambuan gara-gara cubitan gemas Bang Ron.

"Eh, Le. Gue pergi," Bang Ron melihat arlojinya. "Gue bawa kunci rumah."

Wajah bercandanya sudah tergantikan dengan keseriusan, di saat ekspresi keingintahuan Rain timbul.

Anak itu sedikit memiringkan kepalanya. "Kak Ron mau ke mana?"

Tak berapa lama, tangan Rain memegang ujung jaket kakakku. "Rain ikut!"

Bang Ron mengibaskan tangan Rain dari jaketnya, bukan secara kasar, namun tegas. "Anak kecil gak boleh ikutan."

Dia pun melenggang pergi setelah sukses mengacak-acak rambut Rain. "Gue pergi, Le!"

Dan usai ditinggal pergi, aku yang sedang melangkah menuju tempat Rain berdiri, mencermati perubahan ekspresinya.

Gadis kecil itu tampak kuyu, dan ternyata tangannya meremas sesuatu. "Kak Ron lupa hari ini ya? Aku kan ulang tahun."

Kakakku memang sedikit sialan, bukan?

~end~

TAG [ 2 ] : From Rain To RonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang