Jangan lupa ninggalin komen loh😚😚
FRTR 36B-Never Said Those Words
Wajahnya menunjukkan keterpaksaan untuk duduk di sini, di depan Arya, mereka berdua balik ke dalam kafe, dan sudah bisa diduga kalau Keanna duduk bersama keresahannya. Dari tadi, belum ada yang berbicara bahkan sampai pesanan minuman mereka pun sampai. Mereka betah sekali membisu; tanpa ada yang berinisiatif untuk membahas sesuatu. Jika Arya, dia memang sengaja; kapan lagi bisa duduk semeja seperti ini, memandangi wajah itu yang dulu bahkan tidak pernah diliriknya. Ah, dia rasa sudah terlalu lama bernostalgianya. Ingat Arya, kau ada di sini untuk menggali informasi, tapi boleh sih sambil menyelam minum air.
"Apa kabar, Kea?" Terlambat untuk menyatakan hal ini, namun basa-basi sajalah dulu.
Keanna menyedot minumannya tak minat. "Masih bisa napas."
"Dan... cantik?" goda Arya, meski gadis itu sinis kepadanya.
Keanna jadi mendongak, tapi dia berusaha tidak termakan pujiannya. "Untung gye nggak ganteng." Dia terdengar menyindir, hingga berhasil membuat Arya menorehkan senyum tipis yang menyudut seperti perasaannya.
"Dulu itu Ke, dulu," kata Arya, dan dia tahu jika Keanna paham kalau dia telah berubah; bagaimanapun, dialah orang yang membuat dirinya berubah.
Tolong, Keanna tidak bisa berlama-lama duduk di depan lelaki yang sempat tidak menghargainya, jadi dia mendesis singkat. "Udahlah, cepet lo mau ngomong apaan? Gue nggak punya waktu buat ladenin nostalgia yang babi-babian."
Jika ada perlombaan sindir-sindiran, maka Arya bisa memastikan, jika Keanna akan memenangkannya. Mulut itu pandai sekali berkata-kata yang menusuk, menghujam, ataupun menyayat-nyayat, sekaligus mengorek berbagai memori yang telah terjadi di antara mereka.
"Sok sibuk," kata Arya, dia ingin cemberut, namun tak akan ada gunanya di hadapan Keanna.
"Emang, gue emang sibuk. Gue bukan seseorang yang punya banyak waktu buat menjelajah berbagai tempat sekalian hati orang, terus ninggalin gitu aja, dan cuma mau balik kalo orang itu mau," timpal Keanna, tidak memberi belas kasihan kepada Arya tentang segala inisiatifnya dalam mendekatinya lagi.
"Sindir aja terus, sampe permintaan maaf gue bisa dikondisikan," ujar Arya, ingin menyindir Keanna balik, tapi perempuan itu tidak menunjukkan ekpresi bahwa dia paham dengan kode yang Arya lontarkan.
"Kalo maaf bisa diterima semudah membalikkan tangan, apa kabar air mata gue yang udah berjatuhan?" Mata Keanna menyipit sembari tangan kanannya mengambil tas dan menyelempangkannya. "Lo mau ngehapus air mata itu, tapi di saat udah kering? Jadi buat apa? Udah ah, gue pergi."
"Keanna, gue di sini juga bukan buat minta maaf. Lo jangan geer." Perkataan Arya ini berguna untuk mencegat kepergian temannya itu, atau wanita yang pernah dia sakiti; semua itu terbukti dari percakapan saling sindir mereka berdua.
Keanna sedikit berbalik. "Terus buat apa?"
"Makanya duduk dulu," perintah Arya sambil menunjuk kursi yang tadi hampir saja Keanna tinggalkan. "Dengerin gue, dan setelah itu lo bisa pergi ke mana pun yang lo mau."
Sebenarnya, ada bisikan di dalam hati Keanna tentang rasa rindu yang bangkit lagi akibat menyanyikan lagu tadi dan kedatangan pria ini di hadapannya yang tanpa dia duga sama sekali.
"Oke." Keanna duduk kembali.
"Ini tentang adik gue," Arya telah siap menjelaskan. "Gue tau kalo lo datang ke pernikahan Rain waktu itu, biarpun... lo nggak nongol di hadapan gue ataupun dia."
Keanna meneguk minumannya karena sedotan tadi sempat dia lempar saat menyindir Arya yang kedua kalinya. "Terus?"
Arya menggaruk kepalanya sekilas. "Lo tau nggak ada alumni dari sekolah kita yang namanya.... Alexis Ratu? Lexianna Ratu? Alexa Ratu? Argh!! Lo sih malah ngajak gue nostalgia, gue jadi lupa nama lengkapnya siapa yang bener."
"Aenjey aja deh Ar," timpal Kea, dia malah jadi disalahkan. "Lo pikun dibikin sendiri, malah marahin gue... bodo."
"Ya... pokoknya itulah namanya. Ada ratu ratunya, entah ratu apaan dia," kata Arya lagi seraya mengibaskan tangannya.
Benar. Wajah cantik seseorang memang bisa mengalihkan dunia, termasuk pikiran Arya. Dia jadi lupa nama yang harusnya dia gampang ingat.
"Hm, jadi kenapa sama nama itu?" Reaksi Keanna tak banyak berubah, dia masih tidak minat, dan hanya mengikuti arus saja.
"Don't know, gue disuruh cari tau soal dia sama suaminya Rain. Gue rasa lo pasti kenal dia kan? Lo dulu itu biangnya gosip di sekolah, pasti lo banyak tau tentang nama-nama orang dan riwayatnya," ucap Arya, dan dulu dia juga termasuk bahan gosip Keanna, sehingga sekarang gadis itu sok membersihkan riak di tenggorokannya.
"Kenapa lo nggak cari tau aja sendiri? Lo malah lebih gampang, secara lo anaknya pemilik sekaligus kepala sekolah sekarang," sambut Keanna, entahlah, dia merasa jika Arya memang hanya mencari-cari alasan untuk bisa berbicara dengannya.
Iya, Keanna rada geer, tapi tidak apalah, selama geer tidak melanggar hukum.
"Nah karena itu gue nggak bisa," Arya menyandar. "Kalo gue yang cari tau, maka Bokap gue pasti tau, terus kalo beliau tau, ntar mertuanya Rain tau, terus semua makin ribet."
Keanna menggeleng. "Ih gue nggak ngerti. Jadi, maksudnya semua ini dirahasiakan? Em... emang kenapa?"
"Orang yang namanya Lexy itu...," tadinya Arya ingin menjelaskan semuanya, namun dia lihat kalau lama-kelamaan Keanna makin menampakkan rasa penasarannya, dan dia tidak bisa untuk tidak punya niat memanfaatkan sisi kepo wanita itu."Rumit ah, kapan-kapan aja gue ceritain. Pokoknya lo cari tau tentang dia, abis itu... kita bincang-bincang lagi."
Keanna berdecak di dalam hati; dia bertanya, sejak kapan Arrarya bisa modusin cewek? Biasanya cowok....
"Apa untungnya buat gue?" Keanna memutari gelas minumannya dengan telunjuk.
Arya menggidikkan bahunya. "Pertama, suaminya Rain, yang nyuruh gue itu mungkin bisa gue minta buat ngasih lo pekerjaan. Kedua, mungkin... hati ini bisa lo milikin sepenuhnya tanpa perlu bersusah payah kayak dulu?"
Sialan. Keanna melihat Arya menyeringai dengan ketampanannya. Faktanya, dia memang butuh pekerjaan tetap, apalagi banyak kebutuhan yang menuntutnya sambil tetap harus hidup.
Baiklah, Keanna tidak akan memikirkan jika dia ingin membenci pria ini, dan pura-pura saja tidak mendengar tentang keuntungan nomor dua. "Sini nomor hape lo, itu kan yang lo mau?" katanya, yang akhirnya jatuh ke dalam perangkap 'sambil menyelam minum air'nya Arya.
Arya tentu dengan senang hati bertukar nomor dengan wanita ini. "Ganti nomor hape mulu, kayak teroris."
"Terserah lo mau ngomong apa," kata Keanna yang sejak awal mengupayakan agar jantungnya tidak berdegup terlalu kencang, dan keceplosan bilang; move on itu susah, terutama soal menghapus kenangan yang indah-indah, apalagi kenangan pahitnya.
"Gue nggak langsung inget dia itu siapa. Si Lexy Lexy itu, mungkin dulu dia nggak terkenal di sekolah, makanya gue nggak tau," kata Keanna yang sudah mengorek nama itu dalam ingatannya juga.
Arya mengangguk setuju. "Gue juga."
"Lo mah ngapain inget nama cewek, lo kan nggak doyan," sindir Keanna lagi, dan dia memang puas sekali membuat Arya ingin meneriakkan kepada dunia bahwa; gue bukan gay lagi.
"Gue berharap, kuping gue budeg saat ini," ucap Arya, lalu si Keanna bisa menerbitkan senyumnya lagi karena dirinya.
~•••~
😂😂😂😂Maap lama apdet, dan semoga nggak bosen sama From Rain to Ron yak, btw, Keanna sama Arya boleh tampil dikit yak, buat mengungkapkan beberapa hal termasuk tentang Lexy...........😏😏
KAMU SEDANG MEMBACA
TAG [ 2 ] : From Rain To Ron
RomanceBukan cerita dewasa, tapi tetap saja cerita anjuran untuk 17+ #87 Roman Gimana sih rasanya jadi seorang cewek yang patah hati karena cinta pertamanya; diincar selama genap delapan tahun, tahu-tahu menghamili cewek lain? Sakit? Gak usah ditanya! Ter...