FRTR-9-Mom's order
Kediaman keluarga Harjosuwarno ramai oleh dentingan alat makan, namun kalah ramainya dengan ocehan di dalam hati pria yang memakai celana khaki itu. Ron berulang kali protes kepada Tuhan, kenapa ia tidak dilahirkan sebagai anak tunggal saja? Kenapa pula Leon tidak pernah berpikiran untuk mengganti kelaminnya? Dengan senang hati, Ron mau-mau saja membayar mahal operasi ganti kelamin untuk Leon jika adiknya itu ternyata abnomal. Tapi sudah ada bukti nyata bahwa Leon bukanlah pria melambai, atau pria yang tak pernah menegang jika dipeluk seorang wanita. Leon sudah punya calon istri, bahkan sudah mempunyai seorang anak!
Astaga! Tapi tetap saja Leon masih begitu memikat gadis yang tengah duduk satu meja dengannya. Ron pun merasa heran sendiri. Apa ia kurang ganteng? Apa ia kurang mapan? Apa ia kurang wangi? Hingga Rain tak sekalipun meliriknya.
Sejak acara makan malam dimulai, Rain hanya fokus pada Leon yang malam ini makan dengan terburu-buru.
"Makannya yang pelan aja sayang. Nanti kalo keselek garpu gimana?" Anna berdecak melihat betapa cepatnya Leon mengunyah dan menelan setiap nasi yang ia sendok.
Leon menelan kasar nasi itu. "Leon takut kejebak macet Mah. Kasian Lexy nungguin Leon di sana."
Rain tersenyum menyudut, senyum yang mengartikan rasa sakit hati itu kembali. Manusia memang lama sekali untuk move on kalau sudah menemukan tambatan hati yang mereka rasa cocok. Begitu juga dengan Rain, ia terlalu sulit untuk menerima kehadiran orang lain.
Lantaran Anna begitu menginginkan anak perempuan, Rain yang tadi sekadar main bersama Miranda sembari memberikan hadiah untuk anak Leon yang baru lahir, dicegatnya saat ia hendak ikut pulang. Sekalian saja, Anna pun mau meminta bantuan dari Rain untuk membantunya mengurusi acara pernikahan Leon dan Lexy yang harus mundur karena ternyata Lexy melahirkan tiga bulan lebih awal dari prediksi dokter. Jelaslah, Rain mengiyakan permintaan Anna setengah hati.
"Rain, nambah dong. Masa makannya cuma setengah centong?" Perkataan Anna membuat Rain mendongak.
"Oh iya," dia tersenyum kikuk, "gampanglah Tante, nanti aku nambahnya."
Kini gantian Ron tersenyum setengah hati memandang cara makan Rain yang tak lahap. Ia tak yakin kalau dirinya bisa jadi seorang ayah. Sejauh ini, Rain tak mengeluhkan apa-apa dan porsi makannya pun normal.
"Mamah seneng bisa kumpul kayak gini." Anna menoleh ke kanan dan kirinya; di mana Ron dan Leon duduk.
"Udah lama sekali mamah gak makan bareng anak mamah yang ganteng-ganteng. Sekarang ditambah sama anak cantik. Mamah bersyukur banget!" Kebahagiaan tercetak di wajah Anna. Memang jarang sekali Ron mampir ke rumah. Pria itu tak mau sering-sering pulang karena tadinya ia sudah menyerah. Tapi sekarang, bibit-bibit semangat untuk mendapatkan Rain mulai tertabur lagi.
"Lebih lengkap lagi kalo ada Lexy," kata Anna lagi. Rain langsung merasa kalau perhatian Anna pun sudah terbagi, malah ia merasa bukan apa-apa lagi.
"Kak Lexy... boleh pulang kapan tante?"
Anna tampak mengingat-ingat. "Hm, seminggu lagi."
"Cepet ya Tante. Kalo baby-nya?" Rain kembali bertanya, "Di rumah sakit terus?" Ron ber-cih saat mendengar kalimat Rain tersebut. Kalimat yang mempunyai makna tersirat, makna yang mengatakan bahwa gadis itu mengingin-inginkan Lexy dirawat lebih lama lagi di rumah sakit. Sejujurnya bagi Rain, Lexy tak perlu kembali. Anaknya saja tidak apa-apa, kalau ibunya? Hanyutkan saja ke kali Ciliwung. Selesailah sakit hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAG [ 2 ] : From Rain To Ron
RomanceBukan cerita dewasa, tapi tetap saja cerita anjuran untuk 17+ #87 Roman Gimana sih rasanya jadi seorang cewek yang patah hati karena cinta pertamanya; diincar selama genap delapan tahun, tahu-tahu menghamili cewek lain? Sakit? Gak usah ditanya! Ter...