FRTR-29-Hopeless Romantic (2)

15.4K 1.5K 154
                                    


Don't forget to Vote and Comment😚


FRTR-29-Hopeless Romantic (2)


Sudah ada jabang bayi di dalam perut, Rain tersadar, masa iya dia masih saja untuk menolak pernikahan yang tidak dia inginkan itu. Masih untung prianya mau bertanggung jawab, meski ia belum sepenuhnya yakin bahwa masa depannya akan indah, dan penyebab lirikan mata papahnya terhadap Ron, sama dengan alasan dirinya yang tak yakin kalau kebahagiaan akan bisa dia dapatkan lewat pria yang telah menghamilinya.

"Pagi, Pah," sapa Ron yang rajin sekali, pagi-pagi sudah bertamu di rumah Rain dan dia hendak mencium punggung tangan pria berkumis itu.

Tapi Tama menarik tangannya. "Om, bukan Pah." Nada yang tegas, menyiratkan hati yang belum tersentuh.

Bisa kita lihat, dari siapakah sifat keras kepala Rain diturunkan. Keras kepala, dan keras untuk berpindah hati. Keras dan sulit. Bagaimana dia bisa cepat berpindah halauan, saat seringkali dia melihat dengan mata kepalanya sendiri, tentang bagaimana manisnya Leon dan Lexy bercengkerama.

Shit, Rain galau again.

Rain tidak akan move on segampang dia berkata-kata kasar. Move on itu perlu kesabaran, dan kesadaraan, saat kenyataan tak bisa sesuai dengan impian. Sakit ih kalau ingat-ingat waktu yang dulu. Rain terlambat untuk mengatakan; biasanya segala sesuatu yang terlambat, tak ada bagus-bagusnya.

Ron mendengus dalam hati, Tama itu galak kepadanya. Tapi ia harus tetap tersenyum, dan mencari-cari obrolan yang tepat untuk memulai pembicaraan di hari libur ini.

"Om, peringkat Asthama naik ya? Saya dengar ada pemenang Olimpiade dari sana," kata Ron, yang sebelumnya sudah mengulik sedikit.

Sialnya, Tama hanya berdeham seadanya, dan kembali menyeruput kopi, lalu malah meninggalkannya untuk duduk di kursi di beranda, membaca koran.

Tama adalah pemilik sekolah elit yang pernah menjadi tempat Leon menimba ilmu, jadi dia tahu, seberapa besarnya perbedaan yang ada di antara kakak-adik itu. Seperti Rain, dia juga tidak percaya kalau Leon akan melakukan sesuatu yang tak pernah terbesit di dalam pikiran mereka. Amat disayangkan, bukan lewat Leonlah, Tama akan menjalin hubungan bersama keluarga Harjosuwarno, tapi melalui pria yang karena nilainya jeblok, dia tak bisa masuk ke sekolahnya.

Rain melihat sikap dingin ayahnya dari dalam, karena kebetulan gordennya sedsng dicuci, dan Rain menghela napas.

Undangan sudah disebar, katering sudah dipesan, dan dia pun sudah berpikiran untuk cuti kuliah. Rain tak jadi keluar untuk menghirup udara segar, saat dia tak punya alasan untuk mengusir Ron yang pukul sepuluh pagi sudah berada di wilayahnya.

Ron bergelut dengan kekakuan, dia menggaruk tengkuknya grogi. "Ehm ... Rainnya ada, Om?"

Sudahlah, mending dia mencari wanitanya, ketimbang dicueki oleh calon mertuanya.

"Di dalam," jawab Tama datar, dan saat Ron melangkah, dia berkata lagi, "Jangan temuin lama-lama, ingat, belum pantas."

Tama takut Ron akan bertindak gila. Father's negative minds.

TAG [ 2 ] : From Rain To RonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang