FRTR-31-In the Name of Love

14.5K 1.3K 85
                                    

FRTR-31-In the Name of Love

Suasana kediaman Harjosuwarno sudah mulai ramai, di mana para tamu undangan yang dipilih, sudah datang untuk menyaksikan kedua anak manusia akan disatukan dengan atas nama Tuhan, nantinya. Para tamu kebanyakan adalah keluarga, klien Pratama Asthama dan Jullius Harjosuwarno - ayahnya Aaron, dan teman-teman dekat anggota keluarga ini. Sekarang ini, di depan cermin, Ron sedang berkaca, dia sudah tampil begitu gagahnya dengan jas, dan tidak ada brewok di wajahnya. Dia memang sudah pantas sekali untuk menikah, di umurnya yang hampir menginjak tiga puluh, tiga tahun lagi.

"Saya berjanji," Dia sedang latihan mengucapkan janji suci. "Saya berjanji."

Berulang kali dia mencari nada yang pas untuk pelafalannya dengan cara berdeham, sambil sesekali menyeka keringat dinginnya. Degdegan! Itu tidak dapat disangkal oleh Ron!

Pintu yang terketuk, membuat Ron terkesiap.

"Ron, ini gue." Di balik pintu itu, ada tamu-tamu spesial yang Ron undang jauh sebelum dia yakin bahwa hari seperti ini akan terlaksana juga.

"Masuk, Zo!" jawab Ron yang hafal dengan suara berat itu.

Saat pintu terbuka, Kenzo langsung menyemburkan tawanya. "Anjir! Lo beneran nikah juga hari ini!" Itulah yang terlontar dari mulut duda itu saat melihat sebertanggung jawab apa Ron sekarang.

"Iya, gua juga nggak nyangka!" sambung Willy yang nongol dari belakang Kenzo. "Lo mau nikahin anak orang juga ternyata."

"Pergi lo semua, kalo lo ke sini cuma buat bikin gue tambah gugup!" Ron melempar sisir yang tadinya dia genggam.

"Bener nih pergi?" Willy memancing. "Kalo gue pergi, cincin nikahnya kebawa gue dong?"

"Lah iya! Gue lupa!" Ron tepuk jidat. "Lo pembawa cincin ya!"

"Kan lo yang maksa gue elah...."

"Ya udah Will, lo jangan pergi. Biar Kenzo aja yang gue usir, sebelum dia makin rese!"

Kenzo bersedekap. "Rese-rese gini juga, gue adalah teman seperjuangan elo. Jahat lo, Ron."

"Biarin. Wleee...." Ron balik berkaca dan kembali berlatih, mengucapkan janji sehidup semati, hingga nanti maut saja yang harus memisahkan dirinya dan Arraine Anindya Asthama.

~°°~

Jika rasa gugup Ron hanyalah sebanyak tiga puluh persen dari seratus, maka milik Rain sebanyak dua setengah kali lipatnya. Iyalah, ini kali pertamanya dia menikah, namun bukan pernikahan yang dia bayangkan, di mana dialah yang mengatur segalanya, dan soal mempelai....

Rain menggelengkan kepala, mengenyahkan pemikiran untuk mundur dari acara yang sakral begini. Dia masih punya pemikiran waras untuk tidak membuat aib keluarganya makin menjalar ke mana-mana.

"Selesai," kata si perias pengantin. "Ya ampun, cantik banget mempelainya."

Rain tersenyum tipis menanggapi pujian itu. "Makasih, Tante."

Dia menatap pantulan dirinya di cermin, dan memang wajahnya kelihatan berbeda, lebih dewasa, serta lebih anggun dari biasanya.

"Selamat ya atas pernikahannya, Rain," kata periasnya lagi sambil membereskan make up yang sudah selesai dipakai.

TAG [ 2 ] : From Rain To RonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang