Yaps.... Di sini bakal ada tiga kisah cinta, dan udah ketebak sih, siapa aja😏
Rencananya, 13 bab lagi FRTR tamat😂 masih panjang ya....😂
FRTR-36A-Never Said Those Words
Hari pertama setelah pernikahan, Rain hanya mendekam di rumah, dengan ditemani oleh suara berisik televisi yang tidak membuatnya nyaman. Bahkan ibunya sudah menelepon untuk menanyakan kabar dan bilang bahwa dia merindukan anak tersayangnya, namun hati Rain masih saja belum bisa tenang. Bayangkan, hari pertama, sebuah pertengkaran kecil sudah harus dia telan bulat-bulat tadi lagi.
Rain menaruh gelas minumnya kasar ke meja makan, dan menghapus bibirnya dalam sekali usapan. "Ini orang ke mana? Ke rumah Tante-tante yang mana?!"
Lalu di manakah lelaki itu? Sampai pukul enam sore, Ron belum juga pulang ke rumah.
Rain memposisikan kedua tangannya yang tegang di atas meja, menyangga badannya, dan di dalam kepalanya jelas sudah timbul berbagai jenis pikiran negatif. Si Ron, main ke rumah wanita yang mana? Masih ber'segel', janda, atau malah amit-amitnya istri orang?
"Dasar kelakuan," gumamnya lagi, dan dia rasa ada sesuatu yang tengah membakar dirinya; di dalam sana, yang sama jenisnya ketika dia melihat Leon menjaga Lexy saat mereka jalan-jalan pagi, saat wanita itu masih sedang hamil besar.
Shit.
Rain memegang dadanya, dan menggeleng, disertai senyum tipis yang meremehkan keyakinannya sendiri atas perasaan terpendam itu. "Jealous?"
Dan bukan Rain namanya, kalau dia tidak berkilah dengan satu kata yang sudah mencakup segala kekhawatirannya atas Ron malam ini. Dia meneguk air putihnya lagi, tapi bak meneguk minuman keras yang tidak akan pernah dia coba lagi.
"Nggak mungkin," katanya, finish.
Rain akan memilih bodoh amat jika pria itu masih melakoni 'pekerjaan' lamanya, toh itu artinya dia punya alasan untuk keluar dari 'rumah-rumahan' ini, dan tidak usah melanjutkan tantangan dari pria itu; mencoba mencintainya.
Rain merapikan rambutnya ke belakang, dan dia berpikir; Ron saja bisa keluar rumah, dan tidak mengabarinya, kenapa dia tidak bisa?
Jadilah, Rain memesan sebuah taksi, dan pergi ke mana hatinya ingin.
~°°~
Wanita itu selesai menyanyikan salah satu lagu yang sudah menjadi favoritnya sejak lama, dan tentu saja karena didukung dengan suara merdu serta penghayatan yang sempurna, dia sukses dihadiahi tepuk tangan dari orang banyak, termasuk Arya. Lalu Keanna hanya tersenyum seadanya, dan bersikap sopan dengan cara membungkuk sedikit kepada mereka. Sial, padahal rencana Keanna, dia masih ingin menyumbang satu atau dua lagu lagi, tapi gara-gara kehadiran Arya, dia jadi terlalu risih jika orang itu hadir melihatnya.
Keanna turun dari panggung dengan terburu-buru, sementara Arya mendengus; mengetahui bahwa perempuan itu akan menghindarinya lagi. Jadi pilihan yang Arya miliki adalah mengejarnya sekarang atau mencegatnya di luar kafe.
"Lah Ke, kamu udahan?" Manajer restoran itu heran.
Keanna menyengir kaku. "I ... iya, Om. Udahan aja deh, aku soalnya ada urusan penting. Mungkin lain kali, aku masih boleh nyanyi di sini kan, Om?"
Keanna melihat ke arah lain dengan waswas, ya siapa tahu Arya itu nekad sampai mendatanginya ke sini, duduk di depan sana saja sudah bisa membuat Keanna terkejut dan seperti hendak melempar gitar akustiknya ke arah Arya, agar pria itu pingsan dan tidak usah mendengarkan lagu itu.
Manajer restoran tersebut mengangguk mengerti, kemudian dia mengeluarkan dompetnya dan mengambil dua lembar uang ratusan ribu. "Ini, bayaran kamu. Dan kamu masih boleh nyanyi di sini, kapanpun kamu mau."
Keanna semringah saat melihat uang hasil jerih payah sesaatnya itu. "Makasih Om Jefri! Makasih!"
Setidaknya, dia punya cara yang halal untuk mendapatkan uang, bukan?
"Nggak usah dipikirin Ke, gimanapun kamu itu keponakan Om," kata Jefri, biarpun dia dipanggil Om, tapi jangan bayangan dia sebagai pria tua yang berperut one--pack, tapi seseorang yang pantaslah buat dipamerkan di depan orang-orang sebagai gebetan, meski dia kacamataan.
Tidak ada pelukan, karena Keanna sudah ingin pergi dari sini, dan setelah menerima uang itu, Keanna pilih jalan belakang daripada lewat depan. Keanna mengambil tas selempangnya yang dia taruh asal di suatu meja, sambil berharap bahwa Arya tidak mengetahui bahwa lagu tadi dibawakan sambil mengimajinasikan perasaannya; untuknya.
Keanna berjalan menuju pintu belakang sambil berulangkali menggeleng. Dia merasa najis banget, hm, malu? Bahwa lagu itu menyiratkan banyak hal yang pernah mereka alami, bernostalgia dengan banyak suasana tak menyenangkan; Arrarya Asthama.
Saat Keanna membuka pintu itu, dia menghela napas lega. Baguslah, tidak ada Arya di hadapannya, dan harapannya adalah pria itu menyerah padanya. Namun, harapan tinggal harapan saja, karena begitu Keanna menengok ke kiri, kakaknya Rain telah menantinya.
"Lari aja terus, nggak apa. Selamanya, gue masih mau ngejar elo," ucap Arya, yang kelakuannya bertolak belakang dengan adiknya.
Jika Rain membuang cinta, maka Arya sedang amat membutuhkannya.
~•••~
Jangan lupa Vomment😌
Instagram author : @gabriellatte13
KAMU SEDANG MEMBACA
TAG [ 2 ] : From Rain To Ron
RomanceBukan cerita dewasa, tapi tetap saja cerita anjuran untuk 17+ #87 Roman Gimana sih rasanya jadi seorang cewek yang patah hati karena cinta pertamanya; diincar selama genap delapan tahun, tahu-tahu menghamili cewek lain? Sakit? Gak usah ditanya! Ter...