FRTR-38-Her Drama King

13.4K 1.3K 129
                                    

Happy reading and don't forget to Vomment🙆

Oh iya, aku baru bacain keseluruhan komen di bab 36, btw.... Ya.... Aku tau kok seberapa porsi penambahan karakter lain kayak Keanna dan Arya, Leon dan Lexy. Btw, mereka nggak bisa kalo nggak aku munculin (apalagi kemungkinan untuk satu bab penuh) karena aku butuh mereka juga sebagai penjelas tentang cerita Rain dan Ron yang dulu dan sekarang🙆 Akhirnya aku pilih alurnya rada lambat, karena kisah mereka kupilih nggak cuma tentang bobo bareng, menganu, marah, mencintai, menganu, anu.... Anu(?)😳😳 gitu aja terus ampe upin ipin punya anak cem adudu😂

Oke, makasih semua saran dan pengingat dari kalian, aku terima positifnya....💑

Bahasanya campuran ya, nggak semua baku dan berpatokan sama EBI.

Capek juga lama², gak lepas dalam bikin humornya😫 lain kali aku revisi kok🙆


FRTR-38-Her Drama King

Lebay nggak sih?

Demi totalitas dalam menjalankan rencananya, Ron rela keluar dari rumah Rain lagi, dan memanfaatkan hujan yang sedang turun dengan derasnya di luar sana. Mungkin rada bego, tapi semua siasat harus dia dilakukan, karena dia pengin bahagia brooh. Bosan tahu jadi pengemis cinta yang selalu butuh tenaga untuk berjuang, entah itu lewat makanan ataupun senyum dari sang pujaan.

Kebetulan, di rumah Rain cuma ada wanita itu dan ibunya, pembantunya tadi sempat berpapasan dan katanya mau ke minimarket buat beli bahan topping donat dadakan. Terus ke mana si Arya? Dia belum pulang, dia masih meluyur dan yang namanya juga bujangan, dia bebas buat pulang kapan saja, yang dia mau. Jadi tidak akan ada yang tertawa dan mengatai Ron gila; ngapain malam-malam malah mandi pakai air hujan? Untung nggak ada tambahan kembangnya, yang siapa tahu bisa dipakai sekalian buat buang sial sih.

Ron menggigil. Ya ampun, namanya orang ganteng, kalo doi basah-basahan bukannya bikin illfeel, tapi bikin dia terlihat tambah memesona.

"Gini amat nasib gue ya, Tuhan...," gerutunya yang sudah bersedekap dada.

Setelah yakin kalau basahnya sempurna; dari ujung kepala sampai sepatunya bahkan terkena juga, dia masuk kembali ke dalam rumah, tapi bukan dalam keadaan-dia-habis-menguping-obrolan-istrinya-tentang-anak. Mukanya dia buat innocent soal kalimat ambigu Rain yang seakan tidak menginginkan anaknya untuk lahir ke dunia, melainkan hanya muka seorang suami yang cemasnya luar biasa saat dia tidak bisa menghubungi ponsel istrinya.

Satu, dua, tiga....

"Rain! Rain!" seru Ron yang tahu bagaimana dalam mendramatisir keadaan.

Dia menyerukan nama istrinya, seperti takut bahwa dia takkan pernah diketemukan. Dia berlarian memeriksa sudut-sudut ruangan terdekat; heboh sendiri, padahal dia sudah tahu Rain ada di ruangan yang mana.

"Rain! Kamu di mana?!" pekik Ron lagi, yang diselingi batuk bohongannya.

Rain yang mendengar seseorang menyerukan namanya, kemudian mengerjapkan matanya di dalam dekapan Miranda, dan ibunya pun mengenali suara itu.

"Loh? Itu Ron, kan Rain?" Miranda melepaskan pelukannya dan menatap anaknya heran.

Miranda membalikkan tubuh anaknya yang seperti membeku, padahal itu adalah suara suaminya. "Samperin gih, kan bener dia pasti khawatir sama kamu."

"Huh?" Rain menengok ke belakang. "Harus ya, Mah? Kan ... kan kita lagi marahan. Aku lagi sebel sama dia...."

"Plis Rain, jangan jadi istri yang songong sama suami, ntar uang belanjamu juga dikurangin," timpal Miranda dengan nada memperingatkan. "Cepetan samperin!"

TAG [ 2 ] : From Rain To RonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang