FRTR-12-Same Old Love

18.8K 1.6K 66
                                    

FRTR-12-Same Old Love

Miranda tersenyum ramah; melihat siapa yang datang sepagi ini ke rumahnya. Ron membalasnya dengan berkata, "Pagi, Tante."

Namun, wajah ramah Miranda hanya bertahan beberapa saat. Keramahannya tergantikan dengan tatapan selidik. Ada Ron sepagi ini di rumahnya, dan tadi ia jelas dengar dari mulut Arya kalau Rain menangis seturunnya dari taksi. Jadi Miranda mempercayai kata hatinya kalau Ronlah si biang masalah.

"Ada apa pagi-pagi begini? Mau nanyain ada tisu gak di rumah tante, ya Ron?" sarkasme Miranda membuat Ron kaku seketika.

Ron tak menyangka kalau Miranda bisa dengan mudahnya membaca segalanya.

"Maaf, Tante," kata Ron laksana pengecut.

Miranda agak tak kuat melihat wajah bersalah Ron. Ia mengenal lama pria di depannya, dan tabiatnya pun sudah ia hafal di luar kepala.

"Kamu apain anak tante Ron?" tanya Miranda usai membuang napas; mengajak Ron berterus terang.

Ron gugup; tak tahu harus memulainya dari mana saking malunya dan terlalu bersalah. Ia sudah memperawani anak dari wanita yang sudah ia anggap seperti ibunya sendiri. Pokoknya, dosa Ron itu banyak!

"Jangan-jangan kalian udah pacaran?" tebak Miranda mengikuti instingnya; mengulangi pertanyaannya.

Andai saja jawabannya: iya, Ron akan tersenyum semringah. Tapi faktanya, mereka tak punya hubungan yang seberharga itu. Alhasil, Ron hanya mampu melotot, berubah sedih dan tersenyum getir di sela-sela menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Gak gitu juga sih, Tante," ujar Ron.

"Ya sudahlah. Anak muda zaman sekarang suka sekali main rahasia-rahasian," balas Miranda pasrah karena obat penasarannya takkan mudah didapatkan.

Ron mulai melirik ke samping Miranda; mencari-cari keberadaan Rain. "Dia udah pergi ke kam-"

"Belum. Tadi anaknya lari ke kamar, bilangnya... sakit," potong Miranda.

Sontak Ron kaget bercampur cemas. "Hah?! Sakit? Sa ... Rain sakit? Tante?"

Miranda kini terkejut dengan sikap Ron; kecemasan pria itu. "Iya tadi katanya sakit. Sakit bibir. Mungkin maksudnya sariawan kali ya?"

Kecemasan Ron tergantikan dengan kekehan kecil yang sekuat tenaga ia sembunyikan. "Oh. Mungkin gitu, Tante."

Penyebab Rain sakit bibir ya tentu saja Ron, dan pelakunya ngakak di dalam hati mendengar ucapan Miranda. Rain memang berbeda, dan perbedaan memang selalu membuat segalanya lebih menarik sekaligus menantang.

"Samperin aja di kamar," kata Miranda yang mengingat kalau ia harus cepat-cepat pergi menemui kawan sosialitanya.

Ron menunjuk dirinya. "Saya? Boleh?"

Miranda mengangguk disertai senyuman milik seorang ibu yang menginginkan hal baik terjadi pada anaknya. "Dekati dia sekarang, daripada gak sama sekali."

Kalimat yang membuat Ron tertegun. Kalimat itu seakan menyindirnya; membabat habis dirinya. Miranda tidak tahu menahu soal perasaan Ron untuk anaknya, tapi ia bisa berkata seperti itu karena tak mau kehilangan kesempatan emas ini. Kesempatan di mana ia bisa besanan dengan sahabatnya.

Kalau buat Miranda, ini adalah kesempatan emas. Jadi bagi Ron, ini adalah kesempatan berlian.

Beberapa menit kemudian, Ron sudah ada di depan pintu kamar Rain. Sudah ratusan kali Ron keluar masuk rumah ini dan ini juga bukan kali pertamanya Ron masuk ke kamar Rain. Tapi ini kali pertamanya Ron masuk ke kamar Rain yang sudah menjadi wanita seutuhnya. Wanita yang sudah bisa dimiliki oleh seseorang dan ia harap kalau orang itu adalah dirinya.

Padahal tinggal mengetuk saja sambil memanggil nama gadis itu. Namun yang Ron lakukan malah berjongkok seraya menjambaki rambutnya lebay.

"Ini kamar... ada kasur, ada guling dan ada... Rain," omongnya ngawur.

Berbicara soal hasrat dan tempramen yang buruk di kala Rain menolaknya mentah-mentah. Ia takut dirinya melakukan hal yang lebih berbahaya dan membuat Rain semakin membencinya. Ron memang bajingan kelas kakap, dan ia bangga akan sebutan itu.

Setelah yakin kalau pikiran negatifnya pergi jalan-jalan, Ron berdiri kemudian mengetuk pintu itu.

"Rain," panggilnya.

Bunyi benda yang dilempar; mengenai sasarannya membuat Ron terhenyak. Kelakuan Rain sudah ia duga, ia hafal. Semua orang yang dianggap mengesalkan oleh Rain pasti mengalami hal ini.

"Kok lempar-lempar bantal? Kenapa gak lempar cinta aja?" kata Ron lirih dengan wajah yang patut diberi ciuman saking sok imutnya.

"KAK RON SIALAN!" pekik Rain dari dalam kamar, "dasar sialan!"

Dari mana Rain tahu kalau Ron bakal ada di depan kamarnya dan mau mengetuk pintunya?

Sebenarnya gadis itu mengintip pertemuan Ron dan Miranda dari lantai dua, ia langsung masuk kamar saat Ron terlihat mulai naik tangga. Dan Ron tak ambil pusing fakta kecil seperti itu, ia hanya menganggapnya kebetulan belaka.

"Rain," kata Ron dan ia dihadiahi lemparan bantal lagi.

Ya seperti itu saja, sampai Lexy dan Leon punya anak kembar sebelas.

Dalam satu kali putaran, Ron berhasil membuka pintunya.

"Udah gue duga," gerutu Ron saat kakinya melangkah ke dalam kamar namun tak menemukan orang yang ia cari.

Tidak ada Rain di sana. Balkon kamar memang terbuka, tapi mana mungkin Rain segila itu sampai meloncat ala wonder woman.

Seperti Miranda yang hafal akan kelakuan Ron. Ron juga hafal dengan kelakuan Rain.

"Umpetan di mana tuh anak lemot?" Ron mengedarkan pandang.

Manik matanya berhenti di almari; menjelajahi benda itu.

Ron tersenyum geli. Rain memang tidak pernah berubah, tapi cintanyalah yang berubah.

Cintanya yang berubah.

Dan Ron akan mencoba merubahnya kembali.

~•••~

Tbc! Vomment! Yay! AKU GEMAS SAMA RON SUMPAH!

INI KARAKTERKU PALING FAVORIT SEJAUH INI!

MAAF SAM (from invisible love) DAN DYLAN (from rosemareene), AKU MENGKHIANATI KALIAN... HAHAHAHA...

TAG [ 2 ] : From Rain To RonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang