#5 My Reasons

3.2K 287 15
                                    

My Reasons (SeulWoo Couple)
Story by LeeHyunRa [Caramel Macchiato]
©2016
1046 Words

Satu jam sudah aku membawa istriku kembali kepelukan dan ke rumah kami – apa aku senang? Mungkin. Tapi lebih tepatnya aku merasa lega – karena kini sosok yang ku panggil istriku itu telah berada dibawah jangkauan mataku. Mungkin kalian merasa bingung dengan perlakuan aku saat ini pada Seulgi – ya, jujur aku pun tak yakin apa yang sebenarnya aku rasa padanya. Tapi, yang pasti aku masih mencintainya, mungkin – namun mencintai dengan sudut pandang yang berbeda. Aku masih mengingat dengan jelas obrolan aku dan Seulgi satu jam yang lalu di café – obrolan sengit yang pada akhirnya berhasil membawa Seulgi kembali patuh pada semua perintahku.

“Jadi apa syarat yang kau minta, nyonya Jeon?” Tanyaku tegas dan sengaja menekan kata nyonya Jeon. Ku lihat kini istriku tengah memutar-mutar jari telunjuknya diatas meja – tanda bahwa ia tengah ragu untuk mengutarakan apa yang ia inginkan. Ku sunggingkan sebuah senyum kecil saat kurasa istriku ini akhirnya mulai membuka suaranya.

“Aku ingin bekerja Wonu” cicitnya kecil tanpa memandang kearahku sedikitpun – kemana larinya Seulgi yang tampak berani beberapa menit yang lalu ck.
Ku sesap cappuccino yang sejak beberapa menit yang lalu ku pesan, “Untuk apa kau bekerja? Tidakkah cukup semua uang yang selalu ku berikan padamu sayang? Apa itu masih kurang?”

“Bukan itu maksudku – tapi aku butuh kegiatan Wonu. Aku bosan jika harus diam dirumah dan menjadi sosok ibu rumah tangga yang baik. Aku ingin bekerja” keukeuh Seulgi yang kini mulai berani menatap kedua mataku dengan tatapan penuh pengharapan.

“Memangnya, kau akan bekerja dimana?”
“Johnny telah menerimaku untuk bekerja di Perusahaannya  dan..”

Mendengar nama Johnny terlontar dari mulut manisnya – membuat aliran darahku tiba-tiba meninggi tanpa sebab. Sebenarnya berapa mantan yang ia temui sejak kami berpisah sementara. Sebelumnya Jinyoung dan sekarang Johnny? Sepertinya istriku ini harus ku beri hukuman malam ini. “Tidak. Jika itu Johhny. Aku menolaknya dengan tegas dan tak ada penolakan Jeon Seulgi. Aku suamimu – dan kau harus menuruti perintahku. Jika kau bosan, kau bisa bekerja di Kantorku. Itu lebih baik”

“Ta..tapi..”
“Tidak ada tapi-tapian, Jeon Seulgi. Lalu apa syaratmu yang berikutnya?” putusku yang berhasil membuatnya terdiam beberapa saat untuk berpikir.

“Aku ingin kita pisah kamar” deg. Jantungku terasa berhenti berdetak saat telingaku menangkap keinginan istriku yang kelewat bodoh dan tak masuk akal itu. Pisah kamar? Bagaimana bisa? Bukankah kami ini sepasang suami-istri – ck sepertinya istriku ini memang layak untuk dihukum.

“Tidak. kita akan tetap satu kamar dan bagaimanapun sebagai seorang istri, kau memiliki kewajiban untuk melayani suamimu – dan disini suamimu itu adalah aku”
“Tapi, aku bukan istrimu lagi – tidakkah kau lupa aku telah mengajukan surat cerai padamu sepuluh hari yang lalu” tolak Seulgi yang mulai membawa-bawa masalah perceraian yang sesungguhnya sangat aku benci.

Dengan menyunggingkan sebuah smirk andalanku, tanganku pun mulai menggenggam tangan Seulgi yang menganggur diatas meja dan mulai mengelus tangan istriku ini dengan penuh kelembutan. “Dengar, aku tak pernah sekalipun menyetujui surat cerai itu. Oleh karena itu kau tetap menjadi istri sah-ku dan satu hal lagi – berhenti menyebut masalah perceraian dihadapanku”
Kulihat kini Seulgi tengah menatap kedua tangan kami yang masih bertaut erat. “Mengapa kau selalu menolak semua permintaanku? Tidakkah kau harusnya mempertimbangkan kebahagianku sendiri, Wonu?” gumamnya pelan namun masih dapat kudengar dengan jelas mengingat jarakku dan dengannya tidak terlalu jauh – hanya dibatasi oleh meja berbentuk lingkaran kecil.

“Kebahagianmu? Bukankah kebahagiaan yang kau inginkan adalah aku?” jawabku dengan intonasi suara yang penuh akan rasa percaya diri. Seulgi pun hanya bisa membatu ditempatnya saat mendengar kalimat manis itu keluar dari mulutku sendiri. Bukannya aku percaya diri atau tidak – tapi aku tau, jika istriku ini sangat mencintaiku. Jadi tentu aku tak salah bukan?
“Baiklah. Aku akui ucapanmu itu memang benar. Tapi Wonu-ya, setidaknya bisakah kau mengabulkan permintaan aku yang satu ini? jika kau setuju – maka aku akan kembali ke rumah itu, kembali menjadi istrimu”
“Lalu, apa yang kau mau?”

--

Kreeek

Kualihkan pandangan mata ini yang sebelumnya terfokus dengan layar notebook dihadapanku menuju pintu kamar mandi yang kini mulai terbuka. Siapa lagi pelakunya jika bukan istriku sendiri, Seulgi. Dapat ku lihat kini Seulgi muncul dengan rambut hitam basahnya dan jangan lupa jubah mandi berwarna putih yang kini terbalut sempurna dan itu sangat cocok dengan kulit tubuhnya. Harus aku akui, Seulgi adalah sosok wanita yang sangat cantik dan Sexy – apalagi saat ia tak mengenakan selembar kain apapun. Argh. Kau membuatku gila. Tapi, entah mengapa terkadang aku pun selalu merasa bosan dengan kediaman sifat Seulgi. Aku selalu berharap ia dapat lebih ekspresif dan mungkin aggressive terhadapku. Tapi lihatlah, ia selalu menjadi sosok yang pendiam dan tertutup saat berada disampingku.

Ku tutup layar notebook-ku dengan cukup keras – hingga menimbulkan sedikit suara yang berhasil membuat Seulgi menatap kearahku heran. “Kemarilah” perintahku saat manik mata kami akhirnya beradu. Sungguh – aku telah lama merindukan sentuhan dan tubuh istriku ini, dan harus aku akui aku sangat ingin menyerangnya sekarang – saat ini juga. Dengan langkah ragu, kulihat kini Seulgi mulai menghampiriku dan terduduk manis ditepi tempat tidur kami. “Ada apa? Tidakkah kau berpikir sebaiknya aku berpakaian terlebih dahulu sebelum kita bicara?” Tanya Seulgi dengan kedua tangannya sibuk menutupi bagian dadanya yang sedikit ter-ekspose akibat Jubah mandinya yang tidak menutup sempurna.

Aku pun hanya bisa menyunggingkan senyum penuh kemenanganku, saat satu tanganku mulai meraih pinggangnya dan membuat jarak antara kami semakin menipis. “A..ap..apa yang kau lakukan?” Tanya Seulgi dengan ucapan yang terbata-bata.
“Aku menginginkanmu” ucapku singkat – sebelum bibirku ini mulai mencium leher putih nan jenjang milik istriku. Sungguh, aroma tubuh ini – aku sangat merindukannya. Dapat ku dengar Seulgi mulai mendesah nikmat – tatkala aku dengan sengaja menggigit dan mengecup lehernya penuh nafsu. “Jeon..jahh-nghaaaaa ahhh” desah Seulgi yang semakin membuatku menggila. Di waktu yang sama, dapat kurasakan kini kedua tangan Seulgi mulai mengalung erat dileherku – sengaja untuk memperdalam kecupanku di leher jenjangnya. Setelah puas mengecup area leher, bibirku pun kini mulai menjelajahi tubuh atasnya tanpa terkecuali – dimulai dari bahu putihnya dan berakhir di kedua asetnya yang sangat besar, kenyal dan juga nikmat. Ya, bagian tubuh inilah yang selalu membuatku menggila – arghh. Tidak hanya mengecup namun aku juga dengan sengaja mulai mengigit-gigit kecil putingnya yang menegang. Kegiatanku ini pun semakin membuat desahan Seulgi semakin menggila – bahkan, kini kedua tangan Seulgi tanpa sadar tengah mendorong kepalaku agar semakin memperdalam kecupan dan gigitanku di asetnya. Argghh,, dan ini sunguh nikmat. Dapat kurasakan kini adik kecilku mulai bangkit dari tidurnya – dan shit! Bagaimana bisa ia bangun secepat ini? Jeon Seulgi – kau akan berakhir dibawah tubuhku malam ini. Nikmatilah sayang.

TBC.

Gila? Apa yang telah aku ketik ini? dan kayanya semakin kesini – di ceritan ini bakalan muncul unsur-unsur dewasa deh >.< OHMYGOD maafkan aku. Dan terimakasih untuk yang udah read+vote+comment ^^ Thank youuuu :*

Why? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang