#7 Closer

3K 266 21
                                    

Closer (SeulWoo Couple)
Story by LeeHyunRa [Caramel Macchiato]
©2016
1169 Words

Jarum jam telah menunjukkan angka 2 dini hari dan hingga saat ini sosok yang aku tunggu masih belum menampakkan batang hidungnya sama sekali. Bagiku hal ini seperti de javu - mengingat sepuluh hari yang lalu, sebelum aku menggugat cerai dirinya aku pun melakukan hal yang sama yang kini aku lakukan sekarang. Menunggu tanpa kepastian kapan ia akan pulang. Apa mungkin kali ini ia akan pulang dengan membawa seorang jalang lagi, seperti yang ia lakukan sebelumnya? Tapi, bukankah ia telah berjanji padaku bahwa ia tidak akan membawa jalang lain ke rumah ini? tapi, haruskah aku percaya pada janji manisnya yang mungkin saja akan ia ingkari dalam hitungan hari ini. Bukankah Jeon Wonwoo adalah seorang pendusta sejati?

Pandanganku yang sebelumnya terfokus pada layar datar dihadapanku, kini mulai teralih saat kudengar daun pintu disampingku mulai terbuka –tanda bahwa seseorang tengah membukanya dari luar. dan aku harap itu adalah Wonwoo seorang tanpa embel-embel wanita lain yang menempel mesra pada tubuh suamiku.

“Kau masih belum tidur?” Ujarnya saat ia mulai melangkah masuk kedalam rumah dan menemukanku tengah terduduk nyaman diatas sofa hitam miliknya.

“Menurutmu?” balasku sekenanya yang berhasil membuat mata Wonwoo mulai menatap tajam kearahku. Aku tau, ia tengah marah sekarang – mengingat ia tak suka jika seseorang mengabaikannya dan membalas perkataannya dengan singkat. Sungguh lucu bukan? Ia akan marah jika seseorang mengabaikannya, padahal ia juga sering mengabaikan orang lain – egois. Dapat kurasakan kini Wonwoo tengah mencium keningku lembut sebelum ia mulai membuka suaranya kembali “Bukankah sudah ku bilang, kau tak perlu menungguku. Dasar anak nakal”

Aku pun hanya bisa terdiam mendengar suara rendah Wonwoo yang kini mulai memarahiku, layaknya anak kecil yang tidak mendengar perintah orang tuanya. Bukannya marah atau tersinggung, tapi jujur, aku sangat menyukai bentuk perhatian lain yang diberikan oleh Wonwoo padaku. Ya, meskipun pada kenyataannya ia mengucapkan kata kasar padaku – tapi, bagiku itu adalah kata-kata manis yang pernah aku dengar. Kalian mungkin menganggapku idiot atau bodoh. Tapi inilah cinta, cinta selalu membuat orang tak bisa berpikir jernih bahkan dalam waktu sesaat.

--

“Kau dari mana?” tanyaku penasaran saat mataku menangkap sosoknya yang baru saja keluar dari kamar mandi.

“Aku tadi bertemu Mingyu dan bermain sebentar” jawabnya sedikit ambigu.

“Bermain? Maksudmu kau bermain dengan yeoja lain diluar sana?” Wonwoo pun hanya bisa terdiam saat mendengar pertanyaanku yang penuh akan rasa penasaran dan curiga bercampur menjadi satu.

“Itu bukan urusanmu” Jawabnya tanpa dosa dan membuat hati ini sedikit tertohok saat mendengar jawabannya itu. Bukan urusanku? Bagaimana bisa? Bukankah dia itu suamiku? Itu berarti dia adalah milikku – batinku menjerit.

“Hey, bukankah sudah ku bilang sebelumnya – aku tak bisa berhenti bermain dengan wanita diluar sana – jadi aku harap, sebagai istri kau bisa mengerti dan berhenti menanyakan hal-hal yang bukan urusanmu” ucap Wonwoo dingin tanpa perasaan.

“Urusanmu bukanlah urusanku?” gumamku tak percaya sambil menyungginkan senyum kekecewaan yang tak bisa aku tahan. “Sebenarnya kau anggap aku ini apa Wonwoo-ssi?” teriakku pada akhirnya setelah sekuat tenaga menahan semua yang kurasa.

Kulihat kini Wonwoo terdiam ditempatnya sambil menatap kearahku dengan pandangan menggelap, Dengan perlahan sosok dihadapanku ini mulai melangkah ke tepi kasur, sebelum ia mulai membuka suaranya. Suara yang berhasil membuatku membeku dalam beberapa saat.
“Kau itu hanyalah istriku, oleh karena itu kau harus berada disampingku dan dibawah kendaliku – tanpa terkecuali. Tidakkah itu cukup. Sudahlah- hentikan semua obrolan omong kosong ini, aku lelah. Dan aku butuh tidur” tutur Wonwoo dengan suara yang seperti biasa dingin.

Kini, ku lihat Wonwoo mulai merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur kami dengan posisi yang sengaja membelakangiku. Dia Marah – batinku menebak. Kutatap punggung dihadapanku ini dengan tatapan memuja, punggung yang selama dua tahun ini selalu memberiku kehangatan dan kenyamanan. Sebelum akhirnya kedua hal tersebut menghilang tanpa sisa. “Sebenarnya apa salah ku, Wonu?” isakku tak mengerti.

--

“Aku ingin bekerja, Wonu” pintaku yang berhasil memecah keheningan diacara sarapan pagi kami. Wonwoo pun segera menatapku dengan tatapan tajamnya – seperti biasa, saat aku mengutarakan apa yang aku inginkan,

“Bekerja? Untuk apa?” balasnya tetap dingin dan singkat.

“Hanya ingin” cicitku pelan. Dapat ku dengar sosok dihadapanku ini tengah mendengus kesal, sebelum ia kembali membuka suaranya. “Baiklah, kau boleh bekerja. Tapi kau hanya boleh bekerja di Kantorku – tak ada yang lain” putusnya yang berhasil menerbitkan sebuah senyum di wajahku.

“Benarkah? Kau serius kan? Terimakasih Wonu-ya” seruku senang – saat akhirnya Wonu mengizinkan ku untuk pergi bekerja. Wonwoo pun hanya membalas ucapan terimakasihku ini dengan sebuah senyum kecil, sebelum ia mulai menyesap kopi paginya.

“Lalu, aku akan bekerja sebagai apa? Tunggu, apa aku perlu membuat resume dan melakukan interview sebelumnya? Bukankah itu berarti aku harus mempersiapkan semuanya sekarang. Benar bukan?”

“Kau tak perlu melakukan semua hal bodoh itu – kau langsung ku terima tanpa perlu resume dan interview atau apalah itu. Em, untuk posisimu – kau akan menjadi sekertaris pribadiku bersama Mingyu – aku beri kau waktu 5 menit untuk bersiap, cepatlah” ucapnya tegas, sebelum matanya kini mulai tenggelam dalam rentetan tulisan yang tercetak jelas pada Koran paginya.

Tanpa babibu, aku pun mulai berlari pelan menuju kamar kami untuk berganti baju dengan pakaian yang lebih cocok dan jangan lupa, aku hanya diberi waktu 5 menit untuk bersiap. Arghh.. jika aku sampai telat, walapun hanya satu detik – dapat ku pastikan, jika malam ini aku akan terjebak dalam kungkungan tubuh sexy dan menggodanya.

--

“Seulgi, ini adalah rekan kerjamu selama disini – Kim Mingyu dan Mingyu, ini adalah Kang Seulgi” Ucap Wonwoo singkat saat kami baru saja sampai diruang kerjanya.

“Annyeonghaseyo, Seulgi Noona” sapa pria jangkung dihadapanku ini seraya membungkukan tubuhnya sopan. Tanpa ragu aku pun mulai membalas sapaannya itu dengan sopan, “Annyeong Mingyu-ssi”.

“Kim Mingyu, kau tak perlu memanggilnya noona – ini di kantor dan kau harus memanggil namanya secara formal. Satu lagi – Selain kau, tidak ada seorang pun di kantor ini yang tahu jika aku telah menikah dan Seulgi adalah istriku. Jadi, aku harap kau bisa menjaga rahasia ini – dan kau Kang Seulgi, bersikaplah profesional padaku – jangan pernah memangilku dengan panggilan Wonu atau apalah selama kita di kantor. Kalian mengerti?” titahnya penuh wibawa dan kami berdua hanya bisa menganggukan kepala kami – tanda bahwa kami paham dengan semua perintahnya.

“Baguslah. Jika kalian telah mengerti – kalian boleh keluar dari ruanganku sekarang”

“Baik Sajangnim” Ucapku dan Mingyu – tanpa diduga kompak dan tanpa menunggu lama, kami pun mulai melangkah keluar dari ruangan yang kelewat luas ini.

--

“Seulgi-ssi, kau cantik” bisik Mingyu saat kami baru saja keluar dari ruangan suamiku sendiri. Tanpa ku duga pujian yang diberikan oleh rekan kerja baruku itu berhasil membuat pipiku memerah tanpa alasan.

“Terimakasih, Kau juga tampan, Mingyu-ssi” balasku sopan.

“Hey, noona tak perlu se-formal itu jika kita sedang berdua, cukup panggil Mingyu-ya atau Gyu saja. Bagaimana noona?” pinta Mingyu seraya menampilkan senyum manisnya.

“Nde? Ba..baiklah, Mingyu-ya”

“Nah itu lebih baik, noona. Sekarang, aku akan menunjukkan dimana tempat kerja noona. Kajja” ujar Mingyu ramah dan tanpa aku duga sosok jangkung ini mulai meraih lenganku, menggenggamnya erat lalu tanpa babibu mulai menariknya ke tempat yang ia tuju. Aku pun sempat terkejut saat kulit kami saling bersentuhan erat – tapi entah mengapa saat aku melihat senyum manisnya, perasaanku pun secara perlahan mulai menghangat. Tunggu, perasaan apa ini – mengapa kini jantungku berdetak tidak seperti biasanya? Apa yang salah denganku?

TBC

Why? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang