#34 The Last Part II

1.6K 193 31
                                    

#34 The Last Part II
Why?
LeeHyunRa
Caramel Macchiato

Will you stay by my side?
Will you promise me?
If I let go of your hand
You'll fly away and break – Butterfly, BTS


Mimpi.

Seulgi harap – apa yang didengar dan dilihatnya hari ini adalah mimpi.

Bagaimana bisa suaminya, Wonwoo – pergi meninggalkannya dengan cara yang sama. Sama dengan cara orangtua Seulgi meninggalkannya dulu. Ini sungguh tak adil. Mengapa semua orang yang Seulgi cintai harus berakhir seperti ini?

Apa Seulgi ini memang pembawa sial? Bagaimana bisa semuanya, ayah, ibu dan kali ini Wonwoo.

Tidak. Ini semua pasti mimpi – ya, Seulgi yakin seratus persen malah lebih. Jika semua yang terjadi hari ini adalah mimpi.

Tapi, airmata yang menetes diatas paha Seulgi – seolah berkata lain. Airmata itu nyata. Sakit ini nyata dan kecelakaan itu memanglah nyata.

Seulgi masih terpengkur dalam duduknya dengan lelehan airmata yang tak bisa ia tutupi. Seulgi sedih. Seulgi marah. Seulgi kecewa. Mengapa semua ini harus terjadi dalam hidup Seulgi yang tak sempurna ini.

Awalnya Seulgi berpikir, bahwa lebih baik ia yang meninggalkan Wonwoo – tapi, apa ini kenapa pada akhirnya dia yang ditinggalkan? Dan besar kemungkinan pula Seulgi ditinggalkan selamanya oleh Wonwoo.

Tidak. Ini semua tak adil. Setidaknya Wonwoo harus hidup dengan bahagia – sehingga Seulgi memiliki alasan untuk tetap bertahan. Bertahan bersama jabang bayi yang saat ini Seulgi kandung.

Ya. Seulgi hamil.

Seakan tuli – Seulgi secara sadar mengabaikan suara ponselnya yang sedari tadi berdering, tanda bahwa seseorang tengah meneleponnya. Seulgi tak peduli dan Seulgi tak ingin peduli.

Seulgi tak ingin berbicara dengan siapapun. Seulgi tak butuh siapapun. Seulgi hanya butuh Wonwoo. Bagaimana bisa Seulgi membesarkan anak ini seorang diri? Tanpa sosok suami – Wonwoo jahat. Mengapa ia harus pergi secepat ini.

"Kau tak bisa meninggalkanku, Won – bagaimana dengan anak kita?" lirih Seulgi yang semakin terpuruk dalam kesedihannya.

---

[Flashback]

Bulan ini, adalah bulan keempat – Seulgi mencoba menjauh dari sang suami, Wonwoo. Tekad Seulgi untuk berpisah telah bulat. Ini demi kebaikan Wonwoo – alasan inilah yang selalu digunakan oleh Seulgi untuk menguatkan hatinya bahwa mereka memang harus berpisah.

Pagi di bulan Juli, hari ketujuh belas – yang tak lain adalah hari dimana sang suami bertambah satu tahun umurnya. Seulgi tersenyum kecut. Ia ingat bagaimana sibuknya ia mempersiapkan ulang tahun sang suami satu tahun yang lalu.

Tanggal tujuh belas selalu menjadi tanggal keramat dan ditunggu-tunggu oleh Seulgi. karena di hari itu – Seulgi akan memberikan kejutan bagi sang suami. Entah itu berupa hadiah ataupun berupa malam yang panjang.

Tapi itu dulu.

Tidak untuk sekarang – mereka telah berpisah, walaupun belum resmi. Tapi, itulah adanya. Kini terdapat sekat nyata yang telah Seulgi bangun antara dirinya dan Wonwoo. Sekat yang mau tak mau memisahkan kehidupan mereka.

Gerak tangan Seulgi yang sekiranya tengah mengaduk teh hijau, seketika terhenti – saat perutnya tiba-tiba mual, seolah meminta Seulgi untuk memuntahkan sesuatu. Dengan segera, Seulgi berlari menuju wastafel kamarnya dan mengeluarkan objek yang sejak tadi merangsek untuk keluar.

Tapi, nihil. Tak ada muntahan yang keluar. Tubuh Seulgi semakin lemas. Dengan menopang tubuhnya pada keramik wastafel, Seulgi memutar matanya untuk mencari kalender tempat ia mencatat sesuatu. Catatan bulanannya sebagai wanita.

Why? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang