Chapter 7 || Siap

973 91 43
                                    

Setelah kemarin terjadi insiden pernyataan cinta dari Dega kepada Rere, mereka berdua semakin lengket tak terpisahkan. Setiap istirahat, Dega akan cepat-cepat ngacir ke kelas Rere dan menunggunya di depan kelas. Senyum bahagia terukir di bibir keduanya, bagaikan pasangan akan selalu bahagia. Semoga.

"Milan, mau ikut ke kantin?"

"Nggak," jawab Milan sinis.

Rere mendengus. "Jutek banget." Matanya melirik Dega penuh arti. "Yaudah."

"Gue panggil Alex kesini deh," tawar Dega kemudian mengetikkan pesan agar Alex datang menemani Milan.

Milan membelalakkan matanya geram. Baru saja ia ingin memprotes, Alex sudah datang dengan kotak makan berwarna biru di pelukannya. Senyumnya mengembang ketika melihat Milan yang melongo menatapnya.

"Hai," sapanya ringan lantas duduk di samping Milan.

Rere menyengir senang. "Gue titip Milan ya, Lex." Tangannya menarik Dega menjauh. "Yuk."

Sepeninggal Rere dan Dega, suasana kelas menjadi hening, karena hanya ada beberapa anak yang tinggal di kelas. Milan masih sibuk dengan catatannya, entah memang serius mencatat atau ingin melupakan sejenak kehadiran cowok di sebelahnya.

"Laper nggak, Mil?" tanya Alex sambil membuka tutup bekalnya. "Mama bawain makanan. Mau?"

Milan mengernyit heran. Seorang Alexandro Andromeda dibawakan bekal oleh ibunya?

Seakan mengerti pikiran Milan, Alex langsung tersenyum gugup. "Eh, ini buat lo maksudnya. Dari Mama."

Milan tersenyum kemudian mengangguk-angguk kecil. Tangannya merampas kotak bekal Alex lalu menguasainya.

"Rakus."

"Bodo."

"Pelan-pelan makannya, Milan," tegur Alex.

Milan tersenyum lebar sambil melanjutkan suapan demi suapan nasi goreng ke dalam mulutnya. "Mau?"

"Mau," jawab Alex girang. Telunjuknya menunjuk-nunjuk mulutnya. "Aaa."

Satu sendok penuh nasi goreng masuk ke dalam mulut Alex. Mereka berdua makan dengan tenang, diselingi gurauan renyah khas Alex, juga dibarengi dengan suapan untuknya.

"Mil."

"Apa?"

Alex menopang kepalanya, menatap Milan lekat. "Suka cowok kayak gimana?"

"Kayak Alvaro Mel," jawab Milan asal.

Alex merenggut. "Ih, serius." Ia menegakkan tubuhnya. "Yang kayak gue, suka nggak?"

"Nggak."

Alex melotot mendengar jawaban Milan, kontan menarik kedua pipi cewek itu gemas. "Kok gitu sih? Jawab yang bener."

"Eng-gak."

Alex memandang Milan sedih. Matanya berubah sayu seiring dengan bibirnya yang merenggut. Ia menyilangkan lengannya di depan dada sambil menunduk.

"Kenapa lu?" Milan mencolek bahu Alex jahil. "Ngambek ya?"

Alex menjauhkan dirinya dari sentuhan kecil Milan. "Nggak."

Milan tersenyum manis menanggapi ambekan Alex yang sangat lucu. Cowok itu tetap konsisten dengan posisi awalnya, merenggut dan enggan menatap matanya. Tiba-tiba Milan bangkit dan duduk di meja depan Alex. Matanya menatap Alex lurus tanpa berkedip. Ia ingin meruntuhkan benteng pertahanan Alex, yang sepertinya berhasil. Karena sekarang cowok itu tengah bergerak tak nyaman sambil menahan diri untuk tidak membalas tatapannya.

"Alex," panggil Milan manja sembari mengelus rambut cowok di hadapannya.

"Hm."

Milan terkekeh namun tetap mengusap lembut kepala Alex. "Kok ngambek?"

"Ng–nggak," tukas Alex gugup.

"Apa? Nggak denger."

"Nggak," jawab Alex dengan suara mengecil.

Milan mengernyit kemudian mendekatkan kepalanya ke arah Alex. "Apa?"

Alex tersenyum miring dan dengan cepat menoleh untuk memberikan kecupan di pipi kiri Milan. Ia dapat merasakan tubuh cewek itu menegang sebelum akhirnya memundurkan kepalanya dan menunduk.

Sial, Sial. Rasa panas serta rona merah perlahan menjalar di kedua pipinya. Milan berdeham kecil sambil tetap menghindari pandangan Alex yang seakan menusuknya. Ia masih merasakan lembab di pipinya, membawanya pada kenyataan.

"ALEX IH NAKAAL!" pekiknya seketika, menghujani Alex dengan pukulan-pukulan keras di bahu.

Terjadi perdebatan kecil antara Milan dan Alex yang mempermasalahkan tentang kecupan kilat di pipi Milan. Alex tertawa keras melihat wajah Milan yang sangat pias. Cewek itu menahan amarahnya sekuat tenaga, berusaha tetap tenang.

Alex mengontrol tawanya susah payah. "Udah ah, capek," ujarnya pelan. "Mau balik. Dadah."

Belum selangkah, tiba-tiba cowok itu membalikkan badannya dan berbisik. "Siap-siap ya."

Milan mengernyit. Siap-siap apa?

+++

"Milaaan," rengek Rere manja ketika cewek itu sampai di kelasnya. "Ayo pulang."

Milan menaikkan alisnya. "Dega mana?" Matanya melirik Ratu. "Adera?"

"Itu dia," kata Rere. "Mereka hilang."

"Hilang?"

Ratu mengangguk. "Iya. Nggak tau pada kemana."

"Ayo pulaang." Rere menyeret lengan Milan di sebelah kanan dan Ratu di kirinya. Mereka bertiga berjalan beriringan keluar kelas, tanpa menyadari tiga orang tengah mengikutinya di belakang.

Tiba-tiba saja, Milan merasakan sikunya ditarik dan menjauhkannya dari kedua sahabatnya. Kepalanya menoleh dan mendapati Alex sedang menatapnya datar.

"Sini deh." Cowok itu membawanya ke lapangan outdoor yang ramai dengan anak baseball yang akan melaksanakan latihan mingguan. "Jangan ketawa ya."

Milan mengerutkan kedua alisnya bingung. Ia berdiri diam menunggu Alex mengatakan sesuatu. Laki-laki berponi itu lantas menggigit bibir bawahnya gugup, sambil sesekali menyugar rambutnya. Milan masih menanti Alex yang terlihat sangat lucu ditengah kegugupannya.

Perlahan, Alexandro mengangkat kepalanya dan menatap lurus ke arah matanya. Dua menit setelahnya, Milan dibuat bungkam ketika Alex berbicara dengan suara yang seharusnya teredam ramainya suasana lapangan. Namun, entah bagaimana Milan dapat mendengar Alex dengan jelas ketika ia berkata,

"Would you take me as your boyfriend who will always makes you happy no matter what?"

Kemudian, sayup-sayup sorakan riuh memasuki indera pendengarannya. Beberapa anak telah bersorak 'Terima, Terima' bersautan, yang diketahui dipimpin oleh kedua sahabatnya beserta Dega dan Adera. Milan menunduk dalam sambil menahan senyum. Sementara Alex, menunggu dengan harap-harap cemas, antara diterima atau tidak.

"Ya," jawab Milan lirih.

Mungkin salah tingkah, setelah mendapat jawaban, Alex malah kabur menuju lapangan dan berpura-pura berlatih.

+++

3 Mei 2016—10:48 PM

Halo semua. Apa kabar? Udah makan? Udah mandi? Udah mikirin pacar? Apa gak punya? Hayo?

Ya, gue tau ini lama tapi ya karena lg ngestuck bener-bener ngestuck. Kayak. Jeger. Berenti. Gitu. Ah apasih. Semoga memuaskan ya!

me, myself, and i,

andien.

Sincerely, MilanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang