Chapter 13 || Pelangi dan Hujan

842 71 17
                                    

"Kamu masih marah?"

Milan mengabaikan cowok yang sedang bersandar di sampingnya dalam diam. Ia berdeham pelan kemudian memakan bakso di hadapannya dengan ganas.

Alex yang melihat itu lalu meringis dan menelan ludahnya berat. Otaknya berpikir keras mencari cara untuk membuat Milan memaafkannya, atau setidaknya mau berbicara padanya. Terhitung duabelas jam sudah cewek itu mengabaikannya seperti ini. Padahal dirinya dengan sabar mengajak Milan pergi kemanapun dia mau. Namun sepertinya Alex harus memikirkan cara lain.

Senyum lebar terbentuk di bibir Alex, sangat lebar sampai-sampai Milan mengira cowok itu terkena gangguan jiwa seketika. Kemudian tanpa mendapatkan izin dari Milan, Alex bangkit berdiri dan meninggalkan kedai bakso langganannya dengan sumringah.

Milan melongo dengan garpu menggantung di udara, siap menusuk siapapun yang menganggunya. "Sialan. Ini siapa yang mau bayar?"

Dengan kesal, Milan meletakkan satu lembar limapuluhan di meja kemudian pergi membawa amarah bersamanya.

Serta rencana buruk untuk menghancurkan Alexandro Andromeda.

+++

Alex mengernyitkan keningnya sembari sesekali bergumam. Duapuluh menit yang lalu ia pergi meninggalkan Milan dan mampir ke sebuah toko bunga di ujung jalan. Matanya menyapu seluruh isi toko dengan seksama. Alex berasumsi cara ini akan berhasil mendapatkan hati Milan kembali.

"Jadi? Mau yang mana?"

"Tulip atau," Alex maju selangkah kemudian menoleh ke arah penjaga toko, "Aster?"

"Buat pacarnya ya, mas?"

Alex mengangguk kecil. "Lagi ngambek sama saya. Hehe."

"Saya tau yang bagus."

Alex tersenyum lebar ketika sebuah rangkaian bunga berada di tangannya. Ia segera menyusun kata dalam otaknya seiring kakinya melangkah mantap keluar toko. Alex berpikir optimis untuk rencana kali ini, berhubung Milan adalah tipe cewek yang mudah jatuh dalam pesonanya, setidaknya ia berpikir begitu.

Kepalanya menoleh ke kanan dan kiri setibanya ia di tempat dirinya meninggalkan Milan sendiri.

"Pak, cewek yang tadi disini kemana ya?" tanya Alex gusar.

"Udah pergi atuh, Kang."

Alex membelalakkan matanya lalu segera pergi setelah sebelumnya berterimakasih pada penjual bakso tersebut. Ia berjalan menyusuri trotoar sambil tetap menajamkan pandangannya. Banyak orang berlalu lalang pada sore hari seperti ini, dan itu bukan hal yang mudah untuk menemukan Milan diantara banyaknya penghuni kota.

Berulang kali ia mencoba menghubungi cewek itu, namun tetap operator sialan yang menjawab panggilannya. Jantungnya berdegup lebih cepat hanya dengan memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang dapat terjadi pada Milan. Ia meremas buket bunga di genggamannya lebih erat, berusaha menenangkan dirinya.

Sepuluh menit berlalu, matanya menangkap seorang perempuan dengan dress motif bunga berwarna merah sedang duduk sendiri di trotoar pinggir jalan dengan kaki menjulur ke depan. Mulutnya tanpa henti menyesap es krim di tangannya, sambil sesekali terlihat menghela napas keras.

Senyum kecil tersungging di bibir Alex ketika cowok itu berdiri di hadapan Milan yang mendongak menatapnya.

"I've been looking for you," kata Alex pelan, "and here you are with your ice cream."

Sincerely, MilanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang