Chapter 9 || Gamang

877 83 11
                                    

"Silahkan, Princess."

Milan mendengus kecil namun tetap menerima tangan Alex yang terulur untuk membantunya turun dari mobil.

"Belajar yang bener ya," ucap Alex lalu mengacak rambut Milan. "Jangan mikirin gue terus."

Milan cemberut kemudian menyisir rambutnya dengan tangan. Kebetulan, dirinya mulai senang menggerai rambut karena pujian Alex beberapa waktu lalu. "Pede banget."

"Tapi lo sering ngeliatin gue 'kan?"

"Ih, enggak!" sergah Milan terlampau cepat.

Alex menaik-naikkan alisnya jahil sambil menyeringai. "Masa? Kayaknya gue sering nangkep basah lo lagi ngeliatin gue deh."

"Khilaf itu," jawab cewek itu malas.

"Ah, yang bener?" Alex mencolek pipi Milan membuat perempuan bermata cerah itu lantas mencubit pinggangnya keras.

"MILAAN!"

Baru saja ingin melangkahkan kakinya, Milan dibuat menoleh karena teriakan keras yang menyebut namanya.

"Berisik tau," kata Milan sinis.

Rere memukul bahu sahabatnya itu gemas. "Lo sombong ya, mentang-mentang punya pacar baru. Pacar lama dilupain."

"Tau nih," sambung Dega sembari merangkul bahu Rere agar mendekat ke arahnya. "Eh, Jangkrik Disko."

"Siapa ya?" Alex mengerutkan keningnya, berpikir. "Fans ya? Mau minta tanda tangan?"
.
Dega mendelik jijik. "Ogah banget." Lengannya mengeratkan rangkulan pada bahu Rere. "Yuk, Re."

Milan mendecih melihat kelakuan mereka berdua. "Ratu mana?"

"Sama Adera kali," balas Rere acuh. "Duluan ye. Hottest couple alive mau lewat."

"Jangan iri, By," ucap Alex.

"Nggak iri."

"Kita unyu kok."

"Mana unyu."

Alex mengecup pipi Milan kilat, kemudian kabur sebelum cewek itu menerkamnya. "Unyu 'kan?"

"ALEX!"

+++

Sepanjang hari berjalan normal bagi Milan. Kecuali sikap guru Bahasa Indonesia nya yang seketika berubah menyebalkan, memintanya ini itu. Karena kelakuan gurunya, kini Milan sedang berjalan menuju XI IPA 1, kelas Alex, Ratu, dan Rere. Kadang ia kesal kenapa tidak berada pada kelas yang sama dengan mereka.

"Misi." Milan mengetuk pintu kelas pelan, kemudian mendorongnya. "Saya mau ambil buku tulis Bu Madea."

Setelah guru yang sedang mengisi pelajaran itu tersenyum mengizinkan, Milan masuk tanpa menghiraukan suasana kelas yang sedang ramai. Ia segera mengambil buku guru bahasa nya itu, dan segera pergi meninggalkan kelas.

Namun sebelum itu, Milan menyempatkan diri untuk mengedarkan pandangannya sejenak. Mungkin lagi freeclass, pikir Milan. Anak-anak kelas unggulan itu memang terbilang berisik, tapi tingkat akademisnya patut diacungkan jempol. Milan dapat melihat beberapa dari mereka sedang sibuk dengan laptopnya, atau barisan paling depan yang menenggelamkan dunianya pada buku.

Sampai matanya menangkap sekelompok orang yang sedang asyik tertawa, dan melempar canda satu sama lain. Mereka terlihat sangat senang, bahagia. Milan tak mampu mengalihkan tatapannya, pada Alex yang dengan nyaman duduk di sebelah Ratu dan mendorong bahu cewek itu ringan. Keduanya tertawa entah karena alasan apa, membuat Milan cepat-cepat keluar dan menutup pintu dengan sekali sentakan.

Langkahnya pelan, mengiringi otaknya yang berpikir keras perihal kejadian tadi. Alex terlihat sangat santai melepas tawanya. Cowok itu juga akrab dengan teman-temannya, penuh dengan humor. Dan Milan menangkap sedikit sinar pada kedua mata Alex, saat ia menatap Ratu yang duduk di sampingnya. Entah baik atau buruk, Milan merasakkan sesuatu yang menyesakkan di dadanya.

"Milan?"

Napasnya tertahan dan matanya terpejam sesaat. Ia membalikkan tubuhnya enggan, lalu tersenyum kecil. "Alex?"

"Abis dari mana?"

Bahkan dia nggak sadar gue abis dari kelasnya.

"Kelas kamu," jawab Milan enteng.

Alex melotot kemudian wajahnya berubah cerah. "Aku anterin ke kelas ya."

Milan mengangguk setuju, membiarkan Alex menuntunnya dari belakang. Tidak banyak percakapan yang terjadi di antara mereka, karena Milan sendiri memilih untuk bungkam tak banyak bicara.

"Kenapa?" tanya Alex ketika sadar pacarnya itu terlihat lebih pendiam dari biasanya. "Kamu sakit? Seseknya kambuh?" Matanya menelusuri Milan baik-baik, khawatir terjadi sesuatu.

Milan menggeleng pelan. "Nggak papa." Kepalanya terangkat dan seketika dirinya dibuat terkekeh melihat wajah Alex yang begitu panik. "Kamu lucu kalo lagi begini."

"Kamu nggak lucu kalo bikin aku begini," tutur Alex kemudian mengelus kepala Milan lembut. "Aku ke kelas ya. Istirahat aku jemput. Dadah."

Milan tersenyum simpul sembari mengeratkan pelukan pada buku-buku di dekapannya. Menatap Alex yang berjalan menjauhinya, lalu menghilang di ujung koridor.

Alex selalu membuatnya terpesona dengan hal-hal kecilnya.

+++

12 Mei 2016 — 11:29 PM

Sincerely, MilanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang