Chapter 14 || Little White Lies

772 75 12
                                    

Milan menunduk kemudian menatap Alex lama. Terdapat kekhawatiran yang terlihat jelas di kedua mata cowok itu. Alex memaksakan seulas senyum lalu berkata,

"Aku pergi dulu ya."

Milan mengangguk. "Kabarin kalo udah sampe," jawabnya, "jangan ngebut. Kasian Ratu."

Usai melambaikan tangan kecil, Milan memperhatikan mobil Alex melaju lalu hilang di ujung jalan. Tubuhnya berbalik dan berjalan gontai masuk ke rumah. Badannya sangat lengket dan air hujan belum sepenuhnya kering dari rambutnya. Kepalanya berat, entah karena flu yang menyerang atau kejadian dua puluh menit yang lalu.

Semuanya terasa ganjil bagi Milan. Cara Alex menatap Ratu, juga ketika cowok itu dengan telaten menyampirkan jaket agar suhu tubuh Ratu berkurang. Segalanya seakan memaksa Milan kembali pada kenyataan, bahwa ternyata ada sesuatu yang belum sempat ia ketahui. Bahwa tidak semua hal yang Alex simpan dibagi bersamanya.

Dan itu sedikit membuat Milan jengah dan merutuki dirinya.

Desahan keras keluar dari mulut Milan. Kakinya melangkah melewati ruang keluarga, dimana ada Garry, kalau kalian lupa dia adalah kakak laki-laki Milan, sedang tidur terlentang di sofa sambil menonton serial TV kesukaannya.

"Dek," panggil Garry tanpa mengalihkan pandangannya. "Sini deh."

Dengan gusar Milan menghampiri Garry dan berdiri di hadapannya. "Apa?"

"Ih, awas." usir Garry. Ia menegakkan tubuhnya agar lebih leluasa. "Gue mau ngomong."

"Ngomong apaansih?"

Garry menarik tangan Milan sampai cewek itu terduduk di sampingnya, lalu mendekap kedua bahunya. "Sabar ya."

"Hah? Sabar apaan?"

"Sabar ya, Mil," ucap Garry sambil terus mengusap lembut kepala adiknya. "Gue turut berduka."

Milan mendecak sebal. "Apasih, Bang?"

"Cheesecake lo gue abisin tadi," ujar Garry polos.

Milan membelalakkan matanya. "Abang! Itu mahal!"

"Ya, maap." Garry terkekeh sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Gue laper banget."

"Tau, ah." Milan melepaskan diri dari dekapan Garry kemudian berbalik menuju kamarnya di lantai dua.

"Milan."

"Apa lagi?!"

"I know you're not okay." Suara Garry melembut seiring dengan Milan yang menghentikan langkahnya. "I'm right nexr to your door if you need anything."

Milan melanjutkan langkahnya sambil tersenyum kecil dan bersyukur dalam hati. Setidaknya ia memiliki seseorang yang bisa menjadi tempatnya bergantung.

+++

"Ya, gue gak tau, Re."

Milan mengubah posisinya menjadi telungkup dan tetap menempelkan ponselnya di pipi. Bibirnya menggerutu sebal sambil mencurahkan isi hatinya dengan menggebu. Dua puluh menit sudah cewek itu bercerita panjang lebar mengenai kejadian hari ini. Termasuk saat Alex dengan heroik menyelamatkan Ratu –yang mana membuatnya kesal setengah mati, dan memilih untuk berusaha meredam amarahnya.

"Emang Alex gak cerita apa-apa?" tanya Renita sambil terus mengunyah keripik kentangnya. "Tentang dia sama Ratu gitu?"

Sincerely, MilanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang