Chapter 29 || Ain't Nobody Got Time

542 48 0
                                    

Sejak pertengkaran kecil semalam, Alex memilih untuk lebih banyak diam ketika di rumah. Tidak ada alasan jelas untuk itu. Ia hanya malas jika kalimat yang keluar dari mulutnya, menjadi pemicu pertengkaran lain. Alex hanya ingin sedikit damai.

"Geser dong," kata Alva mendorong tubuh adiknya yang memenuhi sofa ruang keluarga, "makan tempat amat."

"Bawel."

Mengambil camilan di meja, Alva mendengus. "Sensi amat si bos."

"Eh, gue mau nanya dah." Alex menegakkan tubuhnya. "Kalo abis putus sama cewek, lo langsung cari yang baru nggak?"

"Ya enggaklah. Gila kali lu," jawab Alva mantap sambil geleng-geleng.

"Emang napa?"

Alva menatap adiknya aneh. "Ya—" ia menarik napas sesaat, "gue tanya nih ya. Emangnya, kalo lo langsung punya pacar baru, nggak kasian apa? Dia 'kan jatohnya jadi pelampiasan. Terus, nggak menutup kemungkinan juga kalo lo masih mikirin mantan."

"Tapi 'kan—"

"Lex, lo nggak mau dikatain brengsek sama mantan lo 'kan?"



"Brengsek."

"Anak cewek mulutnya tengil amat."

Milan berjalan ke arah kulkas, mengambil susu kotak, menusuk sedotannya dengan ganas, kemudian duduk di buffet. "Bisa-bisanya ada makhluk hidup kayak gitu."

Garry yang sedang masak scrambled egg, atau bahasa kampungnya telur orak-arik, lantas mendengus geli. "Dulu aja lo puja-puja. Foto doi ada dimana-mana sampe enek gue liatnya."

"Yaudah, sih. Itu 'kan dulu!" balas Milan sengit.

"Dulu sama sekarang, tetep aja galau."

Maira terkekeh melihat adiknya merengut. "Kalo mau bales dendam jangan pake cara kuno, Mil. Buntutin mereka ngedate? So iyuh."

"Padahal udah gue bilangin, Kak," ujar Rere yang ikut berkumpul pada hari Minggu siang itu. "Cara lo nggak banget shay."

Milan yang merasa disudutkan oleh kakak dan sahabatnya, lantas makin cemberut dan memilih untuk memutar playlist lagunya yang berjudul 'Happy Already', sekeras-kerasnya.

"This is a shoutout to my ex,
heard he in love with some other chicks." Milan bernyanyi dengan sendok sebagai mic nya, membayangkan dirinya Perrie Edwards yang waktu itu baru putus dengan Zayn.

Mengambil kursi dan berdiri di atasnya, Milan mulai berpose dan menatap ke depan dengan tajam.

"Yeah, yeah that hurt me i'll admit. forget that boy, i'm over it."

Garry yang masih sibuk memasak, lantas bengong dan menatap adiknya aneh. Ia mengernyit ketika Milan mulai menghentakkan kakinya, kemudian melompat dengan semangat ke lantai, bersiap untuk bagian yang terbaik.

"SHOUT OUT TO MY EX!
You're really quite the man,
You make my heart break
and that made me who i am
Here's to my ex! Hey look at me now
Well I, I'm all the way up I swear you'll never bring me down!"

Milan membayangkan wajah Alex tepat di depannya. Ia berteriak sesuka hati, meluapkan perasaannya yang tertahan selama beberapa minggu. Mencoba mencari kebebasan dalam sebuah lagu, memaknai lirik demi lirik ke dalam hatinya. Mempercayai Alexandro Andromeda tidak akan pernah mengusiknya lagi.

Suasana dapur tetap hening ketika konser mini Milan selesai dan ia duduk dengan napas memburu. Senyum kecil tersungging di bibirnya, merasakan lega menyeruak di dalam dirinya. Milan menoleh ke arah Garry, Maira, dan Rere satu persatu, menertawakan wajah konyol mereka yang bengong menatapnya.

Garry mengerjap kemudian mematikan kompor sebelum rumahnya terbakar, lalu bertepuk tangan heboh. Diikuti Rere dan Maira yang bahkan berteriak 'Milan! Milan! Milan' persis seperti konser-konser besar.

"Gue nggak tau kalo adek gue segila ini. Tsk tsk." Garry geleng-geleng tak percaya.

"Nurun dari kakaknya," jawab Milan lalu mengambil air dingin dari kulkas. "Re, lo udah dapet kabar dari Dega?"

Rere menggeleng lemah. "Dari dua hari yang lalu."

"Fix, cowok lo diculik begal."

"Amit-amit, Kak." Rere bergidik ngeri.

Ketika ingin melanjutkan, bel rumah berbunyi membuat Garry mengedikkan dagunya. "Buka sono, Mil."

"Ogah."

"Yaelah sekalian sih."

"Nggak."

"Buka atau—"

"Iye bawel," gerutu Milan namun tetap berjalan ogah-ogahan mengutuk siapapun yang bertamu di Minggu siang.

"Cari siap—"

Milan melotot ketika tangannya memutar kenop pintu, menatap dalam mata orang di depannya, lalu berusaha menguasai dirinya.

"Ada waktu?"



Lagi lancar.

Sincerely, MilanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang