Jangan lupa berdo'a sebelum beraktivitas semuanya! Have a great day.
••
••
••
••Berita kandasnya hubungan Alex dan Juni seketika merebak di udara. Desas-desus mengatakan bahwa Alex bosan dengan Juni, dan memilih untuk memutuskan cewek itu. Sedangkan Juni yang sudah kepalang terbius dengan pesona dan perhatian Alex, hanya bisa memperhatikan cowok itu dari jauh, dan mencoba untuk move on.
Alexandro memang terkenal di kalangan perempuan sekolah. Alex yang anak baseball, Alex yang selalu tampan dengan rambut berponinya, juga Alex yang player. Menurut gosip-gosip yang ia dengar, pangeran sekolah itu cepat berganti pasangan, dan cepat melupakan seseorang. Alex akan bersikap seakan tidak pernah terjadi apa-apa ketika dirinya berpapasan dengan salah satu mantannya. Lalu beberapa saat kemudian, Alex akan menggandeng pacar baru. Dan Milan sangat membenci laki-laki seperti itu.
Milan berjalan lunglai menuju kantin tanpa ditemani Rere maupun Ratu. Kedua perempuan itu sedang marathon drama Korea terbaru, Descendants of the Sun yang membuat mereka histeris di setiap episode nya. Entah faktor apa yang menjadikan keduanya sangat fanatik dengan cowok Korea, Milan tidak tahu.
Perempuan yang selalu menguncir kuda rambutnya ini, kontan mendesah lega saat melihat situasi kantin yang tidak terlalu ramai. Hanya segelintir anak kelas 10, dan cowok-cowok kelas 11 yang bergerombol membicarakan sesuatu. Milan dapat melihat Alex dan Dega diantaranya. Sekuat mungkin ia menjaga agar tidak tergoda untuk melirik mereka barang sedikitpun. Namun sepertinya nasib berkata lain. Karena selanjutnya, seseorang membuatnya melewati jalan yang seharusnya tak ia lewati.
"Milan! Sini deh!" panggil Dega sambil melambai-lambaikan tangannya semangat. Dengan gontai, Milan menghampiri cowok itu setengah hati. Karena satu; terlalu banyak laki-laki. Dua; ada Alex disana. Dua faktor yang sangat cewek itu hindari di sekolah.
Milan menatap Dega malas. "Apa?"
"Jutek banget," decak Dega sebal. "Rere mana? Tumben dia gak bareng lo."
Senyum sinis terukir di bibir Milan ketika ia berkata, "Apa urusannya sama lo?"
"Bantuin dikit sih, Mil. Jahat lu," kata Dega memelas.
"Bantuin apa sih? Nggak mau ah gue kalo disuruh jodoh-jodohin," tolak Milan mentah-mentah. "Anti sama begituan."
Dega mendesah pelan. "Pelit banget lu."
"Bodo."
"Gue kasih Alex deh."
Milan kontan melotot ketika mendengar nama Alex keluar dari mulut Dega. Sudut matanya melirik Alex yang masih duduk tenang memainkan ponselnya. Beruntung cowok itu fokus pada ponselnya.
"Boleh."
atau tidak.
Dega terkekeh melihat wajah Milan yang mulai memerah. Cewek itu terlihat menahan diri untuk tidak memukulnya sekarang juga. "Alex mau tuh, Mil."
"Gue ogah," kata Milan galak kemudian berlalu meninggalkan keduanya. Selera makannya menguap seketika. Kakinya menghentak seiring ia berjalan keluar kantin, tanpa menyadari sepasang mata memperhatikannya dan tersenyum kecil.
+++
"Ih, gue sebel banget deh," gerutu Milan sesampainya ia di kelas Rere. Kedua cewek itu, Rere dan Ratu, masih anteng dengan tontonannya.
Rere memasukkan segenggam kacang ke dalam mulutnya. "Apaan?"
"Itu, Dega." Milan menyandarkan punggungnya di kursi dan melipat kedua tangannya sebal.
Mengetahui Dega yang menjadi topik pembicaraan, lantas Rere mempause drama Korea yang sedang ia tonton, tanpa tahu Ratu mendecih sebal karena terganggu.
"Apa, apa?"
Milan berdeham pelan. "Nanyain lo tadi." Namun cewek itu buru-buru melanjutkan perkataannya ketika melihat sahabatnya melotot. "Terus gangguin gue. Disuruh sama Alex. Terus Alex nya iya-iya. 'Kan sebel."
"Apanya yang harus di sebelin?" tanya Ratu.
"Ya, sebel. Gue 'kan nggak suka cowok macem Alex," jawab Milan membela dirinya.
Rere yang masih dalam keterkejutannya karena Dega yang menanyakan tentang dirinya, mencoba menguasai diri. "Awas suka sama dia. Benci sama cinta 'kan, beda tipis."
"Ogah banget," tukas Milan yakin.
Sementara kedua sahabatnya melanjutkan aktivitasnya, Milan justru tenggelam dalam pikirannya. Ia kembali memikirkan omongan Rere, tentang begitu dekatnya jarak benci dan cinta. Milan sering mendengar pepatah-pepatah tentang benci dan cinta. Namun ia yakin, hal itu tidak akan menimpanya suatu saat nanti. Karena ia bertekad, tidak akan jatuh cinta kepada seorang Alexandro Andromeda. Setidaknya ia berharap begitu.
Tepat saat ia ingin kembali ke kelas, Milan melihat orang yang sedari tadi menjadi pusat pikirannya dari kejauhan. Alex, sedang berjalan bersama Dega menuju kelas, dengan pesona seperti biasanya.
Sialnya, ketika mencoba mengalihkan pandangan dari Alex, cowok itu justru menatapnya dalam, dan melemparkan senyum yang membuat dirinya kelimpungan seketika.
"There will always be another see you next time," bisik Alex tepat di telinganya ketika mereka berpapasan. Sejak itulah, ia menolak bertemu Alex dimanapun.
+++
11 April 2016— 11:05 PM
hai semua. saya datang membawa update. semoga memuaskan. dan sebenernya, gue nulis ini ketika besok ulangan fisika, dan udah males belajar, jadi ya pasrah aja. fisika gak menentukan jodoh, menurut gue. hahaha.
dadah semua,
andien.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincerely, Milan
Teen FictionHai, mungkin aku tidak pantas untuk menulis seperti ini. Tetapi aku masih mencintaimu. Sama seperti tigapuluh menit yang lalu, tigapuluh menit yang akan datang, dan seterusnya. Hatiku terus memantapkan jejaknya kepadamu. Meraung-raung memanggil nama...