Happy reading, maaf kalo bab awal agak nganu/? jangan lupa vomment eaps :"*
'Seberapapun bagusnya cangkir, tidak akan merubah rasa dan kenikmatan kopi.'-Anon.
Sedan mewah itu berhenti tepat ditepi jalan, dimana kawasan khusus butik dan toko perhiasan berada disana. Tapi sang pengendara bukannya langsung turun, melainkan menatap kepada seorang anak laki-laki yang berusia sekitar 5 tahun yang terduduk di kursi penumpang. Anak kecil yang sebenarnya terlihat terlalu tampan bagi anak seusianya. Mata bersinarnya menatap laki-laki dewasa itu.
"Nanti kalo ketemu cewek cantik panggil Ayah apa?" tanya laki-laki dewasa itu.
"Om Hitam." Jawabnya begitu mantap dan benar-benar polos. Tapi kemudian dahinya berkerut ketika mengingat satu hal. "Tapi Bunda bilang Sam nggak boleh bohong."
"Tenang aja, Bunda juga nggak bakalan tau." Anak laki-laki yang menyebut dirinya Sam itu bergeming, hanya kelopak matanya saja yang beberapa kali berkedip. "Ready big boy?"
"Yes, sir."
Tangan Hitam terangkat, mengacak rambut anak kecil itu sebelum melepas sabuk pengaman yang melindungi tubuh kecilnya. Sam menyambut uluran tangannya ketika mereka berjalan keluar dari mobil. Sesekali Sam juga bersenandung riang, menyanyikan lagu anak-anak yang selalu ia dengarkan bersama Bundanya.
"Nanti jangan kabur kalo dicium sama tante cantik." Hitam mewanti-wanti.
"Tapi Sam nggak suka dicium sama tante bibir tebal."
Hitam tergelak ketika Sam mengerucutkan bibirnya kesal. "Kali ini nggak ada tante bibir tebal."
"Bibirnya ada darahnya nggak?" tanya Sam, mengacu kepada lipstik bewarna merah yang sering ia temui ketika Ayahnya mengatakan tentang tante cantik.
"Yang ini jinak kok." Yakin Hitam.
Wajar saja jika kini Sam terlihat sedikit trauma dengan 'tante cantik dengan bibir tebal yang berlumuran darah alias lisptik' karena beberapa hari yang lalu, ia dan Ayahnya tengah makan siang disebuah restoran. Kebetulan disana ada beberapa orang ibu-ibu sosialita yang tengah mengadakan arisan. Dan semuanya terjadi begitu saja, ibu-ibu sosialita itu tidak bisa menahan pesona Sam kecil karena terlalu imut dan menggemaskan. Sam yang ketakutan memilih kabur dan bersembunyi dibawah salah satu meja, ia hampir saja menangis kalau Hitam tidak bertindak cepat dan memilih mengajaknya meninggalkan restoran itu. Benar-benar pengalaman buruk bagi Sam kecil.
"Selamat siang Pak, ada yang bisa saya bantu?"
Sesaat setelah mereka berdua memasuki sebuah outlet Armani, seorang pegawai perempuan cantik langsung menghampiri mereka. Perempuan itu tersenyum ramah.
"Saya mau ambil pesanan jas saya." Jawab Hitam, begitu berwibawa. Seolah-olah menunjukkan betapa berkharismanya seorang Hitam. Meskipun kenyataannya sikapnya tidak berubah jauh dengan Hitam beberapa tahun yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dregs
RomanceSEQUEL MATCHA BLACK COFFEE (COMPLETE-PRIVATE ON) "Jika kopi bisa menggambarkan kehidupan ini, maka hidupku adalah kopi hitam tanpa sentuhan gula. Pahit dari tegukan pertama hingga hanya menyisa ampas." Empat tahun sudah berlalu sejak Hitam memilih l...