Bab 7. Sorry

1.5K 143 13
                                    

Ini bakalan lebih pendek dr yg lain, tapi yg penting gue update dulu ya biar alur sesuai rencana 😂








Pintu pembatas itu bergeser, memutus akses balkon tempat mereka berada dengan hiruk pikuk pesta didalam. Tidak terburu-buru Hitam mendekat. Mengikis dengan perlahan jarak antara dirinya dan Marissa. Ketika langkahnya semakin mendekat, dapat ia tangkap gerakkan mata Marissa yang terlihat gelisah. Sepertinya perempuan itu khawatir akan apa yang ingin dilakukan Hitam. Dan apa yang ia lihat itu terasa sedikit menghibur.



Dulu, perempuan ini tidak pernah merasa terintimidasi akan kehadirannya. Tapi sekarang, tidak sulit untuk mengerti kalau Marissa sedikit merasa was-was. Dan itu benar-benar terlihat menggemaskan.



"Cha—"



"Marissa, aku udah nggak pake nama itu lagi." Perempuan itu mengoreksi dengan cepat.



Hitam berhenti, kalau ia maju selangkah lagi maka tubuh mereka akan berdempetan. Hitam akan memenjarakan Marissa diantara tubuhnya dan pagar balkon. Walaupun ia benar-benar ingin melakukannya, tapi akal sehatnya masih berfungsi. Sehingga ia memilih mengambil jarak aman.



Dari tempatnya ia menatap Marissa, sedikit menurunkan pandangannya untuk mendapati perempuan itu yang sudah lebih dulu mendongak kearahnya.



"Kamu udah jauh lebih tinggi sekarang."



Marissa tertawa pelan, tangannya terangkat untuk merapikan rambutnya yang untuk kesekian kali diterpa angin malam. Tapi tanpa diduga, Hitam sudah terlebih dahulu melakukan hal itu. Ia menyelipkan sejumput anak rambut Marissa kebalik telinga. Membuat tangan perempuan itu menggantung di udara.



Sedikit anak rambut itu terasa begitu lembut ditangannya. Membuat angan-angan Hitam ingin merasakan bagaimana jika ia mengelus rambut halus itu lebih sering.



"Coffee doesn't ask silly question, right?"



"That was silly when I asked 'how are you?' when actually I know that you're not ok."



"That was silly when I can't hate you after all."



"Is it too late now to say sorry?"



"Sorry not changed anything. We still can't be together, destiny doesn't condones."



"We must tried it first."



"And broke up to twice? We started nothing, but it's broke everything." Marissa menggeleng, membuang pandangannya kearah samping. Ia tidak ingin menatap wajah itu untuk saat ini. Tidak bisa ketika kenangan-kenangan itu kembali berkunjung kebenaknya.



"Look at me," Hitam menangkup wajah Marissa, mengarahkannya agar membalas tatapannya. Tanpa mereka sadari jarak aman mereka sebelumnya sudah menghilang. Hitam sudah berdiri dengan sangat dekat dengan Marissa. "kita cuman terlalu takut untuk memulai—"



"I'm not, I said that I love you but you can't love me yet."



"We can trying it first. Never too late to loved." Katanya bersikeras. Masih memandang perempuan itu yang menggelengkan kepala dalam tangkupan tangannya.



"You've been got engaged." Lirih Marissa.



Dan seketika tubuh Hitam dihantam palu raksasa yang tidak terlihat. Ia melangkah mundur dan tangannya yang semula membungkus wajah perempuan itu terlepas. Hal itu tidak luput dari perhatian Marissa. Ketika Hitam menyadari apa saja yang baru saja ia lakukan. Padahal statusnya tidak lagi sendiri.



Bagaimana bisa Hitam melupakan fakta bahwa dia baru saja bertunangan dengan perempuan lain? Dan perempuan itu bukanlah Marissa, perempuan yang baru saja ia minta untuk memulai hubungan baru dengannya.



Dan kini laki-laki itu menyadari betapa brengseknya ia. Laki-laki mana yang bisa melupakan tunangannya dan malah menawarkan sebuah hubungan kepada perempuan lain? Mungkin hanya si brengsek yang bernama Hitam.



Matanya memejam beberapa detik, menarik napas panjang dan menggeleng dalam matanya yang terpejam. Detik selanjutnya ia membuka matanya, mendekat kembali kearah Marissa. Memberikan sebuah kecupan didahi perempuan itu dan dengan cepat berbalik masuk kembali kedalam ballroom. Meninggalkan Marissa yang terkejut akan sikap Hitam barusan.



Setelah tubuh Hitam menghilang diantara kerumunan tamu undangan, ditempatnya Marissa masih memandangi kekejauhan. Lalu sebuah senyuman tertarik dari sudut bibirnya. Dengan gerakan similar ia kembali menyelipkan anak rambutnya kebelakang telinga. Menggumamkan satu kalimat yang diterbangkan oleh angin malam.



"It'll be so easy."




Iya tau ini pendek 😂
Setidaknya gue update lah ya dr pada nggak goyang sama sekali 😂

27 Mei 2015

The DregsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang