Bab 29. His Sadness

1.3K 140 12
                                    



Setengah jam setelah kepergian Arumi dengan amarahnya, masih saja Rizal bertahan duduk di sofa. Hanya saja lampu ruangan yang sudah ia matikan sehingga ia duduk merenung dalam kegelapan. Hanya sedikit cahaya remang-remang yang berasal dari kamar Hitam yang pintunya sedikit terbuka.



Berulang kali sejak setengah jam lalu Rizal menghela napas berat, membuangnya dengan lambat dan melakukannya berulang kali. Sesekali tangannya yang terbentang di punggung sofa mengusap rambutnya hingga kini semakin kusut. Mempertegas bahwa pikirannya sama berantakan dengan rambutnya saat ini.



Rizal menatap kosong pada meja kaca dihadapannya. Pikirannya ia larikan ke beberapa tahun yang lalu. Tepatnya setahun setelah kepergian Marissa ke Aussie dan meninggalkan Hitam dalam keterpurukan yang tak tertolong.



Sejak saat itu sudah berbulan-bulan Hitam habiskan untuk mabuk-mabukan di diskotik. Tidak aneh-aneh memang kecuali menghabiskan waktu sepanjang malam untuk minum-minum, hingga hampir setiap malam bodyguard disana selalu menghubunginya untuk menjemput Hitam. Bukannya Rizal tidak melarang, hanya saja dia tidak bisa 24 jam memantau kegiatan Hitam, apalagi saat itu istrinya tengah hamil tua. Diperkirakan persalinannya akan berlangsung tak lebih dari dua minggu lagi. Mau tak mau Rizal harus bisa membagi waktu, tidak bisa memilih dan meninggalkan salah satu dari mereka begitu saja.



Hingga pada satu malam beberapa hari menjelang hari persalinan Kayla.



Beberapa detik Rizal memejamkan matanya mengingat malam bersejarah itu.







Dirinya dan Kayla sudah bersiap-siap untuk tidur ketika handphonenya berbunyi pertanda adanya panggilan masuk. Dengan tubuh yang masih berbaring di atas ranjang Rizal menjawab panggilan yang berasal dari bodyguard diskotik tempat Hitam biasa mabuk-mabukan.



Biasanya Rizal hanya akan mendapat panggilan untuk membawa Hitam pulang karena sudah terlalu mabuk. Namun malam itu berbeda, Rizal diminta segera datang kesana karena Hitam terlibat perkelahian dengan pengunjung lainnya. Rizal terkejut bukan main karena selama ini Hitam tidak pernah terlibat perkelahian apapun, bahkan disaat tengah mabuk. Tanpa sempat bertanya lebih lanjut apa yang sebenarnya terjadi Rizal bergegas turun dari ranjang dan meninggalkan Kayla yang tak diberi kesempatan untuk bertanya mengenai apa yang tengah terjadi.



Menyadari kecemasan yang melingkupi suaminya, otomatis Kayla pun ikut menyusul Rizal yang sayangnya sama sekali tidak disadari oleh laki-laki itu. Siapa yang pernah menyangka kalau ternyata Kayla menyusul menggunakan taksi.



Rizal yang tengah fokus menyetir dengan kecepatan penuh pun mengabaikan panggilan masuk yang berasal dari Kayla berulang kali. Hingga dirinya tiba di diskotik tempat biasa Hitam minum-minum handphonenya tidak lagi berbunyi.

The DregsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang