Sesampainya dirumah sakit,
"Oppa"Panggil Lyra.
"Hyung"
"Kau sudah datang? Hoseok?"Balas Yoongi yang duduk di sisi Eommanya.
"Ne Hyung, aku ingn mengjenguk Eommonim"Jawab Hoseok.
"Oppa kau makan dulu"Ucap Lyra sambil menaruh rantang itu di meja.
"Aniyo...."
"Kau harus makan. Aku tahu kau belum makan. Jangan sampai kau sakit juga"Potong Lyra.
Lalu Lyra membuka satu rantang dan memberikannya pada Yoongi.
"Gomawo Lyra-ya"Ucap Yoongi.
"Cheonmaneyo"Balas Lyra.
Yoongi pun memakan makanannya. Setelah itu ia dan Hoseok segera bergegas karena mereka ada jadwal.
"Kau tak perlu khawatir aku akan menunggu Eommamu dengan Pengawal Hwang"Ucap Lyra.
"Aku percaya padamu"Jawab Yoongi.
Lalu Yoongi pergi bersama Hoseok setelah mencium kening Lyra. Lyra menunggu di sofa yang ada di kamar rawat Min Ahjumma.
"Pengawal Hwang, kau duduk saja. Tak perlu berdiri seperti itu terus"Ucap Lyra.
"Nde, Agasshi"Jawab Chansung.
Lalu ia membuka jasnya yang ia pakai dan duduk di sofa yang berbeda dengan yang Lyra duduki.
Lyra memandangi Min Ahjumma yang terbaring. Pikirannya jadi mengunjungi kenangan sewaktu Ibunya sakit dulu. Bagaimana ia merasakan sesak saat Ibunya harus bolak-balik dirawat dirumah sakit karena penyakit Paru-paru yang diderita Ibunya. Hanya ada ia yang selalu menjaga Ibunya, bahkan ia rela menempuh Home Schooling. Ayahnya sebenarnya berniat mengundurkan diri sebagai Duta Besar Indonesia untuk Perancis saat itu. Tapi Ibunya melarang dan Lyra juga tak mau karena itu cita-cita Ayahnya.
Alhasil Lyra lah yang selalu ada untuk Ibunya dua tahun terakhir. Hingga ia menemukan Ibunya tak sadarkan diri saat dia ingin menyuapi makan pagi untuk Ibunya, dan situlah Ibunya koma, terbaring lemas seperti saat ini. Lyra dibantu keluarganya di Indonesia menunggu Ibunya walaupun Lyra tak dekat dengan keluarganya di Indonesia. Sampai ia menyadari betapa sulitnya hidup jika tak bersosialisasi. Makanya sejak itu ia ingin sekali mempunyai banyak teman. Itulah alasannya.
Chansung yang sedari tadi memperhatikan Lyra yang melamun, menyadari perubahan ekspresi Lyra. Bahkan cairan bening sudah menumpuk di pelupuk mata indahnya.
"Agasshi gwenchanayo? Apa kau sakit? Atau terluka?"Tanya Chansung.
"Pengawal Hwang"Panggil Lyra sambil menahan tangisnya.
Chansung berpindah posisi menjai duduk disebelah Lyra dan berhadapan dengannya.
"Bolehkah aku memelukmu? Aku butuh sandaran"Ucap Lyra.
Chansung awalnya bingung. Tapi ia mengangguk mengiyakan. Dan dalam satu gerakan Lyra memeluk Chansung. Membenamkan kepalanya di dada bidang Chansung yang saat ini hanya mengenakan kemeja putih.
Menangis, menangis, Lyra menumpahkan air matanya.
"Aku mengingat Ibuku, saat ia terbaring seperti itu. Saat ia koma, saat ia pergi, aku yang pertama kali mengetahuinya"Ucap Lyra
Isakannya sangat menyedihkan. Chansung membalas pelukan Lyra. Tangan kanannya menepuk-nepuk kecil punggung Lyra dan sesekali membelai kepala Lyra.
Chansung menenangkan Lyra tanpa sepatah katapun. Tapi ia seperti berada di posisi Lyra karena ia juga meneteskan air mata. Ia tak tega dengan Lyra. Seandainya kebahagian bisa ditukar. Mungkin ia rela melakukannya saat ini. Yang ia bisa lakukan sekarang hanyalah mendekap erat Lyra dengan menghilangkan segala status yang menghalangi.
Setengah jam berlalu, Lyra lambat laun menghentikan isak tangisnya. Ia juga tak tahu, biasanya ia bisa menahan tangisnya. Namun, kali ini ia bisa menangis dengan sebuah sandaran yang menurutnya amat nyaman seperti Ibunya. Lyra bisa merasakan pelukan hangat dari Chansung. Lyra melepas pelukannya.
"Mianhae, kemejamu basah"Ucap Lyra.
"Aniyo, Gwenchana. Asal Nona sudah merasa lebih baik tidak apa-apa"Jawab Chansung.
Lalu ia menghapus sisa air mata Lyra dengan ibu jarinya. Hingga menyisakan senyuman di bibir Lyra.
"Gomawo"Ucap Lyra.
"Sebaiknya kau tidur Agasshi"Ucap Chansung.
Lyra mengangguk, lalu tanpa meminta izin ia menyandarkan diri di bahu Chansung dan memejamkan mata. Chansung tak bisa membantah, ia tak mau membuat Lyra menangis atau moodnya buruk.
Melihat Lyra yang sudah tertidur pulas, Chansung membawa Lyra untuk tertidur disofa dengan bantal sofa. Ia tak mau Lyra mengalami sakit di tubuhnya dengan posisi tidur yang menyandarkan kepala ke bahunya. Lalu ia keluar ruangan dan kembali dengan selimut cokelat ditangannya.
Chansung menyelimuti Lyra dengan hati-hati. Ia tak ingin Lyra menggeliat dan terbangun. Setelah itu ia memandangi Lyra, lebih tepatnya bibir mungil Lyra. Ia teringat percakapan itu.*Flashback*
"Kau ingin bertanya apa Chansung-ssi?"Tanya Yaejin.
"Apa kau tahu penyebab Nona Lyra murung?"Tanya Chansung.
Yaejin diam. Ia memikirkan jawaban yang tepat.
"Apa karena seseorang menciumnya?"Tanya Chansung.
Yaejin sontak terkejut dengan pertanyaan keramat itu. Melihat reaksi Yaejin, Chansung sudah mendapatkan jawabannya.
"Gomawo, aku sudah tahu"Ucap Chansung.
"Tapi, bagaimana jika Lyra bertanya padaku?"Tanya Yaejin sambil melirik ke Lyra yang memperhatikannya dari dalam mobil.
"Katakan saja aku memintamu menjaganya"Jawab Chansung.
"Sekali lagi, gomawo"Ucap Chansung.
"Cheonmaneyo"Jawab Yaejin.
Lalu Chansung berbalik setelah membungkuk.
Mianhae Lyra-ya, dia sudah tahu lebih dahulu. Dan maaf aku tak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutku. Gumam Yaejin dalam hati.
*Flashback End*************
Hoseok dan Yoongi dalam perjalanan menuju Dorm di antar Lee Ahjussi. Lyra yang meminta mereka diantar supir pribadinya itu. Karena tak mungkin merekamenggunakan Taxi.
"Hyung sepertinya kau sangat menyayanginya"Ucap hoseok.
"Tentu saja. Jika dia bukan adikku, mungkin aku sudah mengajaknya menikah"Jawab Yoongi.
"Sebegitukah?"Tanya Hoseok.
"Dia itu sempurna, baik, polos, pintar, cantik, siapa yang tak menyukainya. Aku juga yakin kau menyukainya. Hanya saja kau hobi menjahilinya"Ucap Yoongi.
"Aishh Hyung"Balas Hoseok.
"Wae? Aku benar bukan?"Tanya Yoongi.
"Ne ne. tapi rasa sukaku tak sebesar rasa suka Jin Hyung"Jawab Hoseok.
Yoongi tertawa.*********
"Daebak Lyra Sunbae!, Daebak! Dia bahkan mengalahkan Minah Sunbae yang suaranya bagus"Ucap Sang Hyuk yang langsung ditoyor Jae Hwan.
"Ya! Hyung"Protesnya.
"Jadi dia benar-benar penampil utama? Hanya karena dia bisa mengaransemen lagu dengan baik?"Tanya Hak Yeon.
"Sepertinya ia memang menyanyi dengan baik. Bagaimanapun Park Seonsaengnim selalu bijak dalam mengambil keputusan. Maka dari itu juri yang lain menyetujuinya"Jawab Hongbin.
"Aku jadi penasaran melihatnya perform solo. Aku ikut ne?"Ucap Won Sik.
"Ne, tapi kau harus memberikan bunga padaku nanti"Balas Sang Hyuk.
"Ya! kau cukup menampilkan sesuatu yang bagus saja dengan Kim Jong In itu"Ucap Won Sik.
"Kau akan liat ku dan Jong In Sunbae akan menampilkan sesuatu yang wow!"Balas Sang Hyuk dengan semangat.
"Tapi sepertinya ia tak tampil solo"Ucap Hongbin.
Leo yang sibuk dengan dunianya sendiri dari tadi menghentikan aktivitasnya dan menatap Hongbin.
"Maksudmu Hyung?"Tanya Sang Hyuk.
"Tadi aku mendengar Kyumin berbicara dengan Seung Yun dan Seung Jun untuk membantu Lyra di Arts Show nanti"Jawab Hongbin.
"Mereka bukankah anak-anak yang seharusnya terpilih tapi gagal karena masalah absen?"Tanya Sang Hyuk.
Hongbin mengangguk.
"Jadi menurutmu Lyra Sunbae tidak melakukan solo? Tadi aku juga lihat di Cafetaria Kyumin Sunbae berbicara dengan Bahasa Perancis dengan Lyra Sunbae sama seperti kemarin"Ucap Sang Hyuk.
"Jeongmal?"Tanya Hongbin.
"Ne, aku jadi penasaran sebenarnya apa yang mereka rencanakan. Mereka seperti terlihat dekat saat berbicara"Jawab Sang Hyuk.
"Hyung apa kau tak menyukainya?"Tanya Hongbin pada Taek Woon.
"Apa maksudmu?"Tanya Taek Woon.
"Hyung ayolah, dia terang-terangan memanggilmu tampan. Biasanya dia hanya memuji para Hoobae yang imut"Jawab Sang Hyuk.
"ANI. Aku tidak menyukainya"Balas Taek Woon.
"Aku yakin nanti kau pasti menyukainya"Jawab Hongbin.
"Tapi sayangnya aku tidak mau"Balas Taek Woon lalu pergi masuk ke kamarnya.
Sang Hyuk dan Hongbin tertawa melihat kelakuan Taek Woon.
"Bilang saja suka tapi malu"Ucap Sang Hyuk.
"Memangnya dia suka?"Tanya Won Sik.
"Kau tidak lihat? Walaupun dia tidak ikut berbicara tapi dia mendengarkan dengan seksama"Jawab Hongbin.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm (not) A Princess
FanficTentang seorang gadis berumur 17 tahun, yang hidupnya tidak pernah menetap di suatu Negara. Namun, kehilangan ibu membuat ia harus menuruti permintaan Ayahnya untuk tinggal satu Negara dengan Ayahnya yang seorang Duta Besar di Korea Selatan. Mulai...