Part 4

228 15 0
                                    

XOXO School Academy

Mobil ayah—Chrysler LeBaron berwarna hijau tahun 1980—berhenti tepat didepan gerbang sekolah. Batas pengantar memang hanya sampai situ. Mau tidak mau, harus masuk ke dalam sekolah itu sendiri. Lagipula semua masalah administrasi sudah diurus sampai selesai berberapa hari yang lalu. Jadi tidak ada alasan ayah Leo bisa masuk mengantar anaknya itu.

Leo segera keluar dari dalam mobil dan langsung mengeluarkan kopernya dari kursi belakang. Untuk hari pertama, tidak mungkin jika Leo tidak gugup. Anak itu sangat gugup. Membayangkan akan ada banyak teman baru sebelum dia bisa mengenal mereka. Masalah yang muncul di setiap otak anak baru adalah masalah adaptasi. Dan hal itu pastiya juga sedang dipikirkan Leo.

"Kau yakin akan baik-baik saja?" Tanya ayah.

"Tentu saja. Aku ini laki-laki. Aku bisa menjaga diri sendiri. Ayah tidak perlu cemas," kata Leo meyakinkan ayahnya dengan mengacungkan jempolnya.

Leo berdiri didepan pintu gerbang tinggi sekolah itu setelah mobil ayahnya melaju meninggalkannya. Dia mengehela nafas panjang sebelum akhirnya menarik koper besarnya masuk kedalam sekolah itu. Dia berjalan memasuki wilayah taman sekolah yang luar biasa luas. Banyak murid yang lalu lalang disana. Mungkin karena sekarang ini masih pagi dan pelajaran belum dimulai.

Dari halamannya saja, Leo sudah bisa merasa nyaman. Pohon-pohon besar tumbuh disekeliling taman sebagai tempat untuk murid bersantai. Air mancur besar didirikan ditengah-tengah halaman menambah kesan mewah meski sebenarnya agak berlebihan. Dari yang bisa dilihat, ada 3 gedung terbesar yang berdiri di sekolah ini. Gedung yag berada ditengah adalah gedung terbesar diantara yang lain. Mungkin itu gedung sekolah.

Kesan pertama tentang sekolah barunya tidak begitu buruk, bahkan justru sangat bagus. Terlihat dari lengkapnya fasilitas untuk para murid. Belum lagi fasilitas-fasilitas lain yang belum dilihatnya. Semoga saja dia bisa betah dengan sekolah ini.

Sepertinya Leo sudah memiliki penggemar dihari pertamanya ini. Berberapa murid perempuan tampak menggumi Leo yang berjalan didepan mereka. Leo memang tampan—harus diakui itu. Tapi untuk sekarang Leo tidak bisa meladeni perempuan-perempuan itu. Karena dia harus bertemu dengan kepala sekolah sekarang. Semoga dia tidak tersesat.

*****

Tok.. Tok.. Tok..

Leo mengetuk pintu ruangan itu berberapa kali. Beruntung dia cepat menemukan ruangan kepala sekolah. Walaupun dia harus bertanya pada hampir setiap orang, tapi itu namanya usaha, kan.

"Silahkan masuk!"

Leo membuka pintu itu perlahan setelah ada izin masuk dari orang yang ada didalam, yaitu Kepala Sekolah. Gugup? Tentu saja.  Ini pertama kali dia bersekolah disini dan pertama kali bertemu kepala sekolah baru. Mungkin rasanya akan berbeda dari kepala sekolah yang ada disekolah lamanya.

Pria paruh baya bertubuh pendek dan gemuk itu berdiri didepan jendela. Rambutnya sudah hampir botak dan beruban semua. Kumisnya tebal dan putih hampir menutupi seluruh bagian  mulutnya. Dia memakai kacamata bulat sebagai alat bantu melihatnya. Keriput sudah dimana-mana. Dia sepertinya memang sudah sangat tua.

"Permisi, Pak. Nama saya—"

Kata-kata Leo langsung dipotong oleh kepala sekolah seperti sudah tahu atau mungkin sok tahu. "Kau pasti Leonardo. Hohoho~ Selamat datang! Silahkan duduk."

Dengan gaya ketawanya, sekarang dia mengingatkan Leo dengan Santa.

Leo duduk dikursi yang ada didepan meja kerja kepala sekolah sesuai perintah—atau mungkin lebih tepat disebut ajakan. Dia meninggalkan kopernya didekat pintu karena tidak mungkin dia bawa-bawa terus.

BEAUTY & BEASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang