****
Hari terasa begitu cepat berlalu. Langit sudah berubah menjadi merah seperti bunga mawar. Angin berhembus sejuk mengiringi berakhirnya hari. Suara burung yang berterbangan menjadi lagu pengiring terbenamnya matahari.
Leo berdiri didepan sebuah nisan batu pualam putih dengan kepala yang tertutup oleh tudung jaketnya. Dia belum pernah ziarah ke makam Amy, bahkan di hari pemakamannya. Ini adalah kali pertamanya Leo berdiri di depan nisan Amy yang berdiri kokoh di tengah-tengah sebuah pemakaman lokal.
.
Amelia Rebecca Katterhart
1965-1983
.
Tulisan nama lengkap Amy terukir di atas batu pualam putih. Sebenarnya, Leo baru tahu kalau nama tengah Amy adalah Rebecca. Dia tidak pernah tahu sebelumnya. Mungkin karena dia tidak pernah bertanya.
Leo menyesali karena tidak bisa membawa apa-apa sekarang. Dia tidak sempat membeli bunga untuk ia letakkan di makam gadis yang pernah ia cintai. Dia ingin sekali membawakan bunga lily putih. Karena dia tidak akan pernah lupa dengan bunga langka yang menjadi kesukaan Amy.
Matahari semakin turun dan mulai terbenam di balik awan. Namun Leo masih betah dengan posisinya yang berdiri diam menatap makam Amy. Udara juga semakin dingin seiring berhembusnya angin. Tapi Leo sama sekali tidak memperdulikannya. Dia masih ingin tetap berada diposisinya sekarang ini. Entah sampai kapan.
.
"Kerabatmu?" Tanya seorang perempuan. Perempuan itu berdiri tidak jauh dari Leo, mengenakan jubah merah marun dan tudung yang menutupi kepalanya. Dia sangat cantik dengan kulitnya yang putih seperti salju dengan pipi yang kemerahan. Rambutnya– yang meskipun tidak sepenuhnya terlihat– pirang dan diikat rendah.
"Ah.. Bukan. Dia temanku," jawab Leo cepat. Dia kaget, sebenarnya saat melihat seorang perempuan tiba-tiba muncul.
Perempuan itu membuka tudung mantelnya. Menunjukkan seluruh wajahnya yang sebelumnya tertutup sebagian. Bulu matanya lentik. Warna matanya kehijauan seperti batu emerald, terlihat indah saat warna langit yang semerah mawar terpantul dimatanya. Dia tersenyum, membuat bibirnya yang tipis semakin terlihat sipit.
"Teman biasa? Teman dekat? Atau pacar?" Kata wanita itu terdengar ramah.
"Teman dekat," jawab Leo singkat.
Perempuan itu menaikan dagunya seolah paham. Jika dilihat dari penampilannya, dia terkesan sangat old fashion. Dia mengenakan dress hitam berlengan panjang dengan rok pendek lebar yang sangat kontras dengan warna kulitnya dan sepatu berheels 4 senti berwarna hitam seperti orang zaman dulu.
"Jangan terlalu larut dalam kesedihan," ucap perempuan itu menasihati.
Dari mana dia tahu kalau Leo sedang sedih?
"Aku pernah merasakan kehilangan yang lebih parah dari rasa kehilanganmu pada gadis ini."
Leo masih tidak mengerti kenapa perempuan itu berbicara seperti itu padanya. Bagaimana dia tahu kalau Leo sedang merasa kehilangan.
"Apa penyebab kematiannya?" Tanya perempuan itu.
Sebenarnya, Leo tidak ingin bilang apapun pada perempuan asing ini. "Dia... mengorbankan nyawanya demi ayahnya dan aku."
"Dia meninggalkan amanat, bukan?" Kata perempuan itu.
"Eh?" Ucap Leo spontan.
"Jika dia tidak meninggalkan amanat apapun, dia tidak mungkin rela mengorbankan nyawanya," ujar perempuan itu seakan tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAUTY & BEAST
WerewolfINGAT INGAT NAMANYA BIAR GAK LINGLUNG NTAR!!! CAST Luhan EXO as Leonardo Hougwich Kris EXO as Kevin Wu Lay EXO as William Boltzmen Tao EXO as Edison Huang Sehun EXO as Stephan McCalee Xiumin EXO as Michaelangelo Porst Suho EXO as Francis Kelt Kai EX...