Part 5

194 13 4
                                    




Leo berlari mengejar waktu. Tak jarang dia menabrak murid-murid lain yang masih lalu-lalang disepanjang koridor. Sekarang sudah lewat 5 menit sejak bell pelajaran pertama berdering. Jika dia tidak sampai di kelas lukis setidaknya 2 menit lagi, dia benar-benar akan terlambat. Bagaimana bisa dia terlambat dihari kedua sekolah? Itu memalukan.

Dia bangun kesiangan dan Stephan tidak membangunkannya. Teman sekamar macam apa Stephan itu? Ingin rasanya memukul kepala Stephan yang tidak membangunkannya. Tapi Leo tidak bisa menyalahkan Stephan sepenuhnya. Dia juga harus menyalahkan jam wekernya yang tidak berbunyi pagi ini.

Leo langsung menyambar kenop pintu kelas lukis tanpa berpikir untuk mengetuk pintu dulu. Pintu terbuka begitu saja saat dia memutar kenop dan mendorong pintu kedalam. Semua mata tertuju pada Leo yang masuk begitu saja—dengan nafas tidak teratur dan wajah yang berkeringat.

"Maaf—saya terlambat," ucapnya terengah.

Seorang wanita bertubuh jangkung dengan wajah lonjong dan dagu lancip menatap Leo dari balik kacamata besarnya. Matanya terus bergerak naik-turun, memandangi Leo dari ujung kaki sampai ujung kepala. Sesekali dia juga melirik ke arah jam dinding, memeriksa waktu kedatangan anak itu yang nyaris terlambat.

"Kau datang tepat waktu, nak. Pelajaran baru saja akan dimulai," ujarnya. "Kau pasti murid baru. Silahkan tempati tempatmu!"

Leo tak mau membuat masalah yang lebih besar dengan hanya berdiri saja. Dia langsung berjalan cepat menuju ke sebuah bangku yang di depannya sudah ada kanvas kosong yang sepertinya sudah disediakan untuknya. Dan bagusnya, ada Stephan disebelahnya.

BUKKK..

"AWW!! Kenapa kau memukulku??" pekik Stephan kesal sambil mengelus-elus lengannya yang sakit akibat dipukul Leo dengan buku setebal 179 halaman.

"Kenapa kau tidak membangunkanku, hah??" tanya balik Leo yang tidak kalah kesalnya.

"Aku ini juga kesiangan. Aku tidak sempat membangunkanmu. Kau sendiri kenapa bangun kesiangan?" balas Stephan.

Mereka berdua mulai marahan. Mereka sama-sama tidak mau disalahkan. Seperti anak kecil saja. Bahkan disepanjang pelajaran lukis, mereka akan nyaris tidak berbicara satu-sama lain jika guru tidak memberikan tugas melukis yang membuat mereka sering pinjam-meminjamkan cat.

Guru menugaskan mereka melukis secara profesional apa yang ada dipikiran mereka atau yang sedang mereka pikirkan. Walaupun ditugaskan melukis secara profesional, mungkin sebagian anak tetap mengunakan sisi amatir mereka dalam melukis.

Melukis apa yang sedang dipikirkan? Yang dipikirkan Leo sekarang adalah...

______

Waktu menunjukkan pukul 15.30 sore. Seharusnya semua siswa sekarang dalamfree time dan bebas berkeliaran didalam lingkungan sekolah sebelum jam 18.00 sore. Tapi sepertinya tidak semua siswa menggunakan jatah free time mereka. Seperti Leo dan Stephan yang menghabiskan waktu mereka di taman sekolah.

"Come on, Leo! Kau bisa melanjutkannya besok," keluh Stephan pada Leo yang tengah asyik menyelesaikan tugas melukisnya. Entah apa yang Leo lukis sehingga tidak mau berhenti.

"Sebentar lagi juga selesai," balas Leo singkat.

Stephan memutar bola matanya tidak perduli dan memutuskan kembali beralih ke buku yang dari tadi dibacanya.

Leo terus melanjutkan kegiatannya saat ini. Dia terlihat bersemangat dalam menyelesaikan tugasnya itu. Dia seakan tidak mau berhenti bahkan untuk sekedar merenggangkan otot-ototnya. Dia sama sekali tidak ingin melepaskan kuas dari genggamannya.

Lama-kelamaan Leo merasa gerah. Udara terasa panas baginya. Bahkan dia berkeringat.

"Hari ini panas ya?" gumam Leo yang mengelap keringatnya dengan sapu tangannya.

BEAUTY & BEASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang