Part 24

16 0 0
                                    

****

Sesi latihan bersama Mr. George kembali dimulai dengan bertambahnya murid yang pernah hilang, Edison dan didampingi oleh Pak Jim langsung. Kali ini Mr. George akan melatih kemampuan bertarung kesebelas muridnya. Hal ini untuk mempersiapkan mereka melawan vampire.

Tempat latihannya di hutan. Tepatnya disebuah tanah lapang yang luas di tengah hutan, tempat yang biasa digunakan Pak Jim untuk melatih dulu.

Pak Jim menghempaskan kedua tangannya lurus, mengarah ke tanah hijau yang luas. Cahaya sihir keluar secara spiral dari tangannya. Sebuah pasukan boneka kayu bermunculan di atas tanah hutan membentuk barisan. Boneka-boneka itu akan diibarakan seperti pasukan vampire.

"Waah.. Aku baru pertama kali melihat sihir," gumam Bernard kagum.

"Baiklah! Boneka dengan tanda merah di kepala adalah Boneka Minho. Ingat kata-kataku, berhati-hatilah dengannya! Anggap saja ini permainan. Siapapun yang mendapat sebuah tanda setelah boneka Minho menyerang kalian, kalian harus keluar dari permainan karena kekuatan kalian sudah hilang," instruksi Mr. George jelas. "Mengerti?"

Semua mengangguk tanda mengerti dan tanpa arahan lagi, kesebelah murid itu sudah berubah menjadi 11 serigala raksasa.

Serigala Richard berada di posisi terdepan. Dibelakangnya, sudah berbaris Donald dan Thomas. Dan kemudian sisanya membentuk barisan memanjang sesuai dengan strategi yang telah disusun sebelumnya.

Richard mengentakkan salah satu kakinya ke tanah dan seketika tubuhnya nyala api yang berkobar. Setiap bulunya yang kecoklatan sudah dibalut dengan api merah yang panas. Draco—Mortem Flame—telah menujukkan wujud aslinya sebagai Anjing Neraka yang terkenal dengan apinya yang mematikan.

Richard mulai berlari. Membakar setiap boneka—yang bergerak karena sihir—yang bisa ia bakar. Setelah itu, tibalah tugas Donald dan Thomas. Mereka menghancurkan boneka-boneka kayu yang sudah terbakar dengan kekuatan mereka yang besar. Donald dengan mudah menghancurkan boneka-boneka itu dengan kekuatan petirnya. Thomas dengan kekuatannya dapat menghancurkan boneka dengan sekali injak. Tenaganya yang super kuat mampu menghancurkan musuh dengan mudah.

Yang lain segera menyusul. Menghancurkan setiap boneka yang bisa mereka hancurkan. Tapi mereka harus ingat dengan peraturan permainan ini. Mereka harus berhati-hati dengan boneka kayu yang sudah diberi tanda merah sebagai Minho.

Donald adalah orang pertama yang menghadapi boneka Minho. Dia kurang berhati-hati dengan boneka itu. Baru saja dia ingin menyerang, boneka Minho menembakan cat berwarna merah ke atas bulu Donald. Pada awalnya Donald tidak memperdulikan serangan cat boneka itu sampai...

"DONALD OUT!" Mr. George berteriak. Donald keluar dari permainan.

Serigala Donald berdiri bingung dengan yang apa barusan terjadi. Dia keluar dari permainan begitu saja hanya karena tertembak cat merah.

Proses latihan terus berjalan. Kesebelas serigala itu belum sepenuhnya bisa melewati permainan perang ini. Satu-persatu dari mereka keluar dari permainan.

"RICHARD OUT!"

"THOMAS OUT!"

"KEVIN OUT!"

"WILL OUT!"

"BERNARD OUT!"

"OUT!"

"OUT!"

"OUT!"

"OUT!"

Satu setengah jam setelahnya...

Kesebelas serigala itu duduk lelah di atas tanah hutan yang lembab. Bahkan ada diantara mereka yang sampai tiduran saking lelahnya. Bulu mereka juga kotor oleh tanah dan cat merah. Latihan perang ini sudah berjalan 5 kali ulang. Namun satu-satunya boneka kayu yang masih utuh adalah boneka Minho.

Mr. George menatap 11 serigala didepanya hampir putus asa. Latihan ini tidak berhasil. Dia khawatir jika 11 murid didiknya tidak siap untuk melawan Minho dan pasukannya nanti. Sedangkan dia sendiri tidak tahu kapan Minho akan menyerang. Bisa saja Minho melakukan serangan mendadak. Yang lebih dia takutkan adalah saat hal itu terjadi, Wolf Boys tidak ada yang siap.

"Bagaimana ini, Jim? Mereka tidak siap," ujar Mr. George putus asa kepada Pak Jim yang memberikan tatapan bijak kepada murid-muridnya yang sedang kelelahan.

"Mereka akan siap. Kau belum mengerahkan seluruh kemampuanmu. Aku yakin kau bisa melatih mereka hingga mereka siap," kata Pak Jim bijak.

"Kenapa tidak kau saja yang melawan Minho? Sihirmu cukup untuk mengahancurkan Minho," kata Mr. George yng sudah benar-benar putus asa.

"Aku ini sudah tua, George," kata Pak Jim. "Lagi pula ini bukan pertarunganku lagi. Ini pertarungan mereka... untuk bertahan hidup. Kau hanya perlu percaya pada mereka, seperti Amy yang percaya padamu."

****

Minho telah mengumpulkan vampire-vampire yang bisa ia temui untuk menjadi anggota pasukannya. Dengan imbalan kekuasaan, dia berhasil mendapatkan lebih dari 30 vampire dari berbagai tempat.

Dia bisa tersenyum puas sekarang. Yang perlu ia pikirkan sekarang adalah kapan dia akan meyerang. Pemilihan waktu saat penting bagi penyerangan yang akan dia lakukan.

"Bagaimana jika serangan tiba-tiba? Kita bisa memanfaatkan kelengahan mereka," usul Henry.

Minho menggeleng pelan tanda tidak setuju. "Aku berpikir untuk menyerang saat bulan tak muncul di malam hari."

"Maksudnya?" tanya Sulli yang tidak mengerti.

"Coba pikir! Ada saat dimana bulan yang terlihat penuh dan terang saat cahaya matahari memantulkan cahayanya penuh. Akan ada juga saatnya dimana posisi bulan, bumi dan matahari sejajar yang artinya tidak ada bulan karena bulan tertutup oleh bayangan bumi. Saat itu lah kita menyerang."

****

Langkah pria berusia 47 tahu itu pasti mengarah ke rumahnya yang sederhana di pedesaan yang damai. George kembali ke rumahnya lebih awal dari biasanya. Tugasnya untuk melatih para Wolf Boys sudah selesai untuk hari ini. Jadi, tidak ada salahnya jika dia pulang.

.

"Kau hanya perlu percaya pada mereka, seperti Amy yang percaya padamu."

.

Masih teringat di kepalanya tentang perkataan Jim sebelumnya. Kata-kata itu menggerakkan hatinya. Dia tidak seharusnya menyerah dan putus asa. Dia harus percaya dia bisa melatih para Wolf Boys dan percaya bahwa mereka juga akan siap untuk melawan Minho.

Hal ini lah yang diingan Amy, anaknya. Amy rela mengorbankan nyawanya demi ayahnya karena dia percaya bahwa ayahnya bisa membawa pengaruh yang lebih besar bagi Wolf Boys daripada dirinya sendiri.

Langkah George berhenti didepan sebuah toko roti. Semenjak Amy pergi, tidak ada lagi yang memasak untuknya. Maka dari itu dia harus membeli makanan saat pulang bekerja seperti ini. Lagi pula, dia harus menyediakan makanan lebih untuk orang yang kini sedang ada di rumahnya.


To be continue

BEAUTY & BEASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang