Empat Puluh Tiga

235 4 4
                                        

Jangan pergi

***

Pepohonan rindang menyambut kedatangan Luna yang terduduk di atas kursi Roda yang di dorong Raka. Tanah yang masih basah, rerumputan yang masih terlibat lembab membuat suasana sendu semakin terasa.

"Dimana pa?" Raka menunjuk kuburan kecil yang terlihat begitu mungil. Terlihat begitu asing diantara yang lain. Luna menangis dalam diam, disana Elissa tertidur bahkan sebelum sempat melihat dunia. Dia bahkan tidak bisa melihat saat-saat terakhir Elissa di makamkan. Dia tertidur begitu lama, sampai putrinya pergi sendirian dan kesepian tanpa bisa dia temani.

Katakan dia jahat, Beberapa kali dia menyalahkan kehadiran Elissa dalam hidupnya, yang membuat Alfa bisa mengekangnya selama ini.

Tapi itu hanya amarah sesaat. Nyatanya dia sangat menyayangi Bayi nya.

Luna turun_

Kakinya melangkah pelan dengan sekeranjang kelopak bunga mawar di tangannya. Berjongkok di depan undukan tanah lembab Tempat Elissa tertidur. Luna menaburkan bunga itu, berusaha tersenyum manis tapi air matanya bahkan tidak bisa dia hentikan.

"Ini bayi ku" ucapnya sedih, melihat batu nisan bayinya bahkan belum tertulis nama. Hanya tanggal kematian, dan nama akhir keluarga mereka.

"Bahkan aku belum sempat memberikannya nama" lagi, Luna semakin terisak sendu. Ana yang melihat itu memeluk Luna erat, putrinya benar-benar malang, terjebak dengan putranya dan sekarang kehilangan bayi mereka.

"Sayang, kamu mau memberikan nama untuk baby" Luna mengangkat pandangannya, menatap Ana hampa. Bukti nyata bahwa separuh hidupnya benar-benar hilang dengan kepergian Elissa.

Ana menghapus air mata Luna dengan sapu tangan di tangannya.

"Boleh ma?"

"Tentu sayang, nanti disini_" ana menunjuk batu nisan Baby Luna.

"Akan diukir nama pemberian kamu" tapi seharusnya dia memberikan nama itu saat Elissa lahir. Bukan saat Elissa meninggal

Luna semakin terisak pilu. Dia benar-benar hancur.

"Elissa Manu Herminton" Dia akan menyematkan nama Alfa disana. Sebagai hukuman nyata untuk Alfa, Elissa pergi meninggalkan mereka dan semua itu karena Alfa. Alfa sudah membunuh putrinya. Luna menghapus air matanya, rasa sakit di dadanya semakin membuatnya kesulitan bernapas. Mencoba mengatur detak jantungnya, Luna mencoba kembali menampilkan senyumnya dan mengusap pelan batu nisan Elissa putri nya.

"Elissa sayang?" Luna mengangguk sebagai jawaban. Ana mengangguk paham. Tapi saat mendengar Luna meletakkan nama Alfa di belakang nama Elissa entah kenapa hatinya ikut berdenyut sakit.

Apa ini bukti, bahwa Alfa yang membuat Elissa tidak terlahir kedunia ini.

"Mama akan selalu sayang sama kamu, mama tidak akan pernah melupakan kamu. Kamu kesayangan mama, Elissa putri mama" Ana menatap sedih putrinya. Luka Luna terlihat semakin nyata di matanya.

Raka menepuk pelan bahu Luna. Semakin lama Luna disini, Semakin pula luka putrinya akan terbuka lebar.

Luna yang paham maksud Raka mengangguk pelan. Dan berpamitan pada Elissa.

"Mama akan kembali sayang, mama akan kembali" ucapnya, sebelum kembali duduk di kursi Roda dan berlalu pergi dari sana.

Tubuhnya yang belum bisa dia ajak berjalan lama, membuatnya semakin terlihat menyedihkan.

Sampai jumpa lagi Elissa, putri mama.

***

Bent berlari cepat keruangan Alfa, setelah mendengar kabar dari Dimas yang berjaga disana.

Alfa & Luna (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang