ketiga

3.1K 132 3
                                    

"Berisik banget huahh." aku segera meraih handphone yang berada di meja sebelah tempat tidur.

Saat menyalakan, terdapat banyak sekali notif dari Aldo. Memang bajingan.

Rivaldo; p

Rivaldo; p

Rivaldo; hei

Rivaldo; adek bangun dong

Rivaldo; woe gigit juga lu ntar kaga bangun ya

Rivaldo; kemaren kan udah janji mau anter gue;'((

Aku tertawa membaca pesan yang terakhir ia kirim, iuh sok manis. Ya padahal emang manis beneran anjink ksl bat.

Gby; eak ku dah bangun nih😴

Cuma diread. Ahahahasu.

"Awas aja kalo ketemu gabakal gue sapa lo." ucapku penuh drama.

Rivaldo; dah di depan nih

Ya nabi paket kilat b g t.

Gby; ya allah barusan bangun:(

Rivaldo; ya seenggaknya bukain pintu dulu kek

Aku pun bangkit dari tempat paripurna lalu berjalan hingga akhirnya membuka pintu kontrakan.

Rivaldo yang awalnya memunggungi pintu langsung menghadapku sebab mendengar bunyi pintu terbuka.

"Lama dah nyet."

Aku merengut, "Bilangnya berangkat sore tapi jemputnya pagi, ancene koe asuw tenan."

Dan Aldo tertawa mendengarku berkata seperti itu. "Kurang medhok deh, mau diajarin ga?"

"Bacot aseli. Masuk dulu deh gue mau siap siap."

Setelahnya kami berdua masuk, aku menyuruh Aldo untuk duduk lalu aku segera bersiap.

Beberapa menit kemudian setelah selesai berpakaian dan merias wajah, aku melanjutkan langkahku berjalan ke arah Aldo yang sedang memainkan handphonenya.

"Ayo berangkat deh, keburu kesiangan."

"Kalo kesiangan emang kenapa?"

"Panas lah."

Aldo tersenyum meremehkan, "Gue bawa mobil kali."

"Apa banget show off." ucapku dengan suara yang kecil namun sepertinya ia masih dapat mendengar sebab sekarang ia tertawa.

¶¶

Aku lelah juga, anak kampang yang satu ini herannya dari tadi belum mendapat sepatu yang sekiranya akan dibeli.

"Mas Aldo buruan dong."

Sengaja memakai embel embel mas, siapa tahu ia terlena jadi akan lebih cepat memutuskan pilihan.

Bohong. Sengaja pake embel embel mas biar bisa tptp dikit atuh.

Aldo melirikku, lalu kembali memandang sepatu yang sedang ia pegang.

"Ini bagus gasih?"

Aku mengangguk mengiyakan.

"Beneran?"

"Iya, berapa harga sih?"

Setelah menyebutkan nominal harga dari sepatu tersebut, aku mengelus dada. Sungguh.. dari pada menghabiskan uang untuk membeli barang yang dipakai pada kaki itu, lebih baik kugunakan untuk membeli seperangkat skinker saja.

Tapi mau bagaimana lagi, Aldo tipikal manusia yang lebih memerhatikan style ketimbang wajahnya. Dan lagi lagi, tanpa memakai skinker pun wajahnya tetap tampan. Kesal.

Stingray Affliction Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang