"DO, AH PANAS! GAMAUUU! MINGGIR GAK LO SETAN?!" rengekanku menggema diruangan keluarga.
Bunyi cekikikan langsung terdengar setelah aku memprotes akan kaki Aldo yang sedang bergelung berusaha mengait kedua pergelangan kakiku.
Aku tipikal manusia yang tidak menyukai skinship sebab aku tidak senang jika kulitku terasa panas, lebih tepatnya lagi aku lebih suka suhu yang dingin.
Tak lama kemudian Aldo menjauh beberapa jengkal, namun mendadak aku malah mendapat kecupan dipipiku. Aku menoleh dan mendapati wajahnya yang menyeringai penuh kemenangan.
Gapernah waras, tai.
"Geli sumpah. Lo kenapa sih? Abis makan kemenyan?"
Ia kembali tertawa. Aku hanya melengos menanggapinya dan kembali menatap televisi yang menampilkan acara netflix.
"Kenapa sih gasuka kalo kulit lo ngena kulit gue?" Aldo masih berusaha mengaitkan kakinya pada pergelangan kakiku jika saja aku tidak cepat menghindar dan mencubit pahanya.
"Kulit lo panas dodol." jawabku dengan jengkel.
Ia buru buru menutup mulutku sembari menggeleng, "Ya Allah istrik.. Mulutnya minta di diklat."
Kadang aku bingung menanggapinya yang bersikap seperti ini, lebih tepatnya capek menghadapi tingkah bedebahnya.
Cepat cepat kutepis telapak tangannya dan spontan memutarkan bola mata, "Istri apaan, lo nikahin aja belom."
"Ini serius minta diajakin ke KUA ya?" Aldo mengerling nakal membuatku semakin jengah.
"Kagak. Yang mau nikah sama elu tuh sapa hah?!" ujarku galak.
"Lah terus mau nikah sama siapa?"
"Terserah sama siapa aja, yang penting cogan dan mapan."
"Wetseh. Gausah nyari dah kalo gitu, nih didepan lo aja udah memenuhi kriteria banget buat nyalon."
Aku mengarahkan pandangan padanya lalu tersenyum sinis, "Mikir mikir dulu kalo kandidat calon suaminya maceman elu."
Aldo tiba tiba menarikku agar bisa duduk tegap dan segera merangkulku dengan erat membuatku kelabakan sendiri. "Lo pokoknya nikah sama gue." ucapnya tegas seperti tak ingin dibantah.
"Hah???? Kalo misalnya nih ya.. Misal jodoh gue bukan lo gimana tuh?"
Wajah kami berdua yang hanya berjarak sejengkal ini membuat aku dan Aldo dapat melihat dengan jelas ekspresi masing masing. "Oh ya tidak bisa. Lo udah gue nodai."
"Di nodai gima--"
Aku bahkan tidak dapat menyangka bahwa Aldo akan kembali menciumku, namun kali ini dibagian bibir.
"--na.. anjing."
Aldo melepas rangkulannya dan mulai terbahak dengan kencang membuatku menggerutu dalam hati.
Anak sialan.
"Minggiran gue mau nonton tipi!" aku menyentak tangannya yang baru saja akan mengelus elus perutku.
"Jangan geser geser terus bege, gue tar jatoh." ucap Aldo sembari mendekatkan badannya padaku.
Posisi kami saat ini sedang berada disofa yang sebenarnya lumayan sempit untuk ditiduri oleh dua orang.
"Yang nyuruh gue bubuk disofa nih siapa?" ujarku dengan ketus.
"Yang nyuruh gue ikut nonton nih siapa?" balas Aldo tak ingin mengalah.
Aku mencoba menarik nafas lalu menghembuskannya perlahan. "Gue geseran, tapi awas aja lo kalo ndusel ndusel ke gue."
Ia menggigit mulut bagian dalamnya, terlihat seperti menahan senyuman. "Yaaaa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stingray Affliction
Novela JuvenilFyi; sedang ditake down karena perbaikan. Soon akan dipublish ulang. "Kenapa baru sekarang?" Bukan perkara mudah bagi Gaby untuk terus bersama Aldo yang lelaki itu sendiri bahkan tidak tau hatinya untuk siapa.