ketigapuluhsatu

1.8K 98 3
                                    

Gaby tidak datang.

Kemarin disaat perempuan itu mengutarakan bila ia masih belum tau mengenai kehadirannya nanti diacara, jauh dilubuk hati Aldo, lelaki itu ingin pujaan hatinya tersebut bisa menyempatkan diri untuk menengoknya sebentar saja.

Kenyataan ini membuat Aldo menelan pahit pahit harapannya.

Helaan nafasnya yang keras membuat Raka yang berada disebelahnya bingung, "Kenapa lo?"

"Minta rokok lo Ka."

"Ya lo kenapa dulu?"

"Tiga batang."

Raka mengumpat, "Bangsat, ditanyain bener bener juga. Nih!"

Aldo meraih beberapa batang rokok yang disodorkan oleh Raka. Lalu cowok itu mulai menyalakan rokoknya dengan pemantik.

"Eh Do, lo ngerokok? Abis ini udah waktunya tampil loh." Arif mencoba memperingatinya.

Aldo menghisap kuat kuat batang rokoknya, "Hm."

"Asu, abangmu nih kenapa sih?"

Randy tertawa karena pertanyaan dari Arif, "Biasalah. Paling juga gara gara Gaby gak dateng. Lagian juga.. kenapa coba masih ngarep."

Lelaki yang diejek oleh Randy itu menghembuskan asap rokok yang mulai menyembul keluar melalui hidungnya, ia lalu menatap adiknya itu, "Berisik."

"Udah udah, selesaiin cepet Do sebatnya. Kita udah diarahin buat ke panggung." Raka, salah satu dari mereka yang paling dewasa sikapnya, segera menengahi mereka.

Aldo mengangguk, ia kemudian menjatuhkan rokoknya dan menginjaknya.

Sesampainya dipanggung, sorai sorai  dari pengunjung bahkan tak membuat Aldo merasa moodnya membaik. Padahal biasanya pemandangan seperti ini yang Aldo sukai saat tampil.

Raka berjalan menuju dimana Aldo sedang duduk didepan drumnya, "Do, gue tau lo lagi ada masalah. Tapi usahain konsen lah?" lalu Raka menepuk pelan bahunya membuat Aldo menyunggingkan senyum tipisnya.

Menit hingga menit berlalu, mereka hampir menyelesaikan satu lagu. Aldo masih malas tersenyum, bahkan ia enggan menatap penonton.

Ia kesal dengan fakta dimana Gaby memang benar benar tidak datang untuk melihatnya.

Kepalanya mendongak untuk melepas penat, lalu entah dari mana, ada suatu dorongan dalam dirinya agar lelaki ini segera melihat kearah para penonton.

Tenggorokannya tersedak dengan ludahnya sendiri, Aldo bahkan nyaris menganggap ini hayalannya.

Didepannya persis ada Gaby yang juga tengah memerhatikannya dengan senyuman yang rasanya paling menawan.

Tak lama kemudian, dengan spontan Aldo menjilat bibirnya yang kemudian mulai menerbitkan senyuman lebar hingga deretan giginya terlihat membuat sorak penonton bertambah keras.

Rasanya seperti mimpi saja, baru saja Aldo banyak meratap karena perempuan yang ia inginkan tak bisa melihat penampilannya. Tetapi saat ini, dengan adanya Gaby ditengah tengah keramaian membuat dada Aldo bergemuruh kesenangan, tanpa sadar lelaki itu malah mengumpat. "Shit!"

Jujur saja Aldo sedang lupa diri, tetapi masa bodoh dengan sekelilingnya. Yang ia pentingkan saat ini adalah keberadaan perempuannya.

Aldo masih betah untuk memandang sosok itu dengan senyum yang tak juga hilang. Saling mengamati satu sama lain seperti ini ternyata menyenangkan.

Dua insan ini sadar bahwa untuk mencapai kebahagiaan memang sesederhana ini.

¶¶

Aldo segera berpamitan kepada seluruh team lalu keluar dari backstage. Dengan setengah berlari, ia menajamkan penglihatannya agar dapat mencari dimana keberadaan seseorang itu.

Stingray Affliction Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang