keduapuluhlima

1.6K 92 7
                                    

Pertama kalinya dalam hidup Aldo merasa menyesal luar biasa. Sebab ia pernah mengatakan alasan yang sebenarnya tentang bagaimana kejelasan hubungannya dan Gaby kepada temannya. Sial, mengapa mulut Revan bisa selamis itu?

Harusnya Aldo tidak terlalu cepat untuk bisa percaya kepada orang yang baru saja dekat dengannya.

"Bangsat banget nih tai." Aldo mendengus dan mengusap kasar wajahnya menggunakan telapak tangan.

Gaby tidak bisa dihubungi mulai kemarin, sejak perempuan itu minta untuk segera dipulangkan dari villa. Namun bukan dengan dirinya, Gaby lebih memilih untuk diantar pulang oleh Arif. Double sialan memang.

Dan dari situ Aldo mulai menagkap ada sesuatu yang aneh dengan sikap Gaby, tidak biasanya perempuan itu mendiaminya lama lama.

Mengapa tiba tiba menjadi begitu?

Lalu saat ia mulai mencari cari tau apa akar masalahnya, Aldo mulai kesal.

Revan memang perlu untuk diberi pelajaran. Tak taukah cowok itu bila Aldo juga sebenarnya sedang berusaha untuk membangun hubungan yang serius dengan Gaby?!

Rivaldo; dmn?

Revan; tempat biasa sih

Revan; napa wei?

Tanpa menjawab Aldo segera mengendarai sepeda motornya menuju tempat Revan berada.

Sesampainya disana, Aldo membuka helmnya dengan tidak sabaran dan bergegas masuk ke warung yang biasa menjadi tempat tongkrongan muda mudi. Disana ia menemukan Revan yang sedang bercanda gurau dengan temannya yang lain.

Bisa bisanya ia bergembira saat hubungannya dan Gaby berada diambang kehancuran?

Tanpa aba aba Aldo melangkah mendekati sekumpulan anak laki laki sebayanya dan segera melayangkan pukulannya pada wajah Revan membuat cowok itu terhuyung kebelakang. Teman teman Revan yang lain hanya bisa melongo saat akhirnya Aldo kembali menghantam perut Revan.

"Bangsat lo! Ngaku sekarang, lo kan yang udah cerita semuanya ke Gaby?!" nafas laki laki itu tak beraturan karena merasa amarahnya tak dapat ia bendung lagi.

Saat Revan bangkit, ia menatap Aldo bengis. "Iya kenapa? Ada yang salah?"

"Anjing!"

Aldo memukul Revan lagi bertubi tubi, namun kali ini Revan tidak tinggal diam. Cowok itu ikut membalas pukulan Aldo membuat teman temannya yang tadi hanya menonton mereka lantas berhamburan untuk melerai mereka berdua.

¶¶

Dengan wajah penuh lebam kebiruan dan bercak darah yang terlihat disekitar bibirnya, Aldo berjalan dengan sempoyongan meraih gagang pintu kontrakan Gaby.

Lalu cowok itu mengetuknya dengan sisa sisa tenaga yang ada. Karena terlalu lemas Aldo pun jatuh terduduk menyender pada pintu, hingga tak lama kemudian pintunya dibuka dari dalam.

Gaby terkesiap karena melihat wujud Aldo yang sedang babak belur berada dihadapannya.

"Gab.." suara Aldo terdengar sangat lemah, wajahnya yang juga sayu membuat perempuan itu mengeluarkan sorot panik pada manik matanya.

Membopoh Aldo dengan terseok seok kedalam kontrakannya, setelahnya Gaby membaringkan cowok itu disofa ruang tamunya.

Saat akan berdiri mengambil peralatan p3k untuk mengobati luka, mendadak Aldo menahan pergelangan tangannya.

"Dont leave me.." mendengar bagaimana Aldo berkata dengan nafas yang tersendat, rasanya Gaby ingin menangis saja.

"Bentaran Do.. Ambil obat doang ya." Gaby langsung membuang muka, tak sanggup untuk melihat keadaan Aldo sekarang. Lalu dengan segera mengambil kotak p3k pada kamarnya.

Gaby kembali ke sisi Aldo yang sedang memejamkan matanya, terlihat seperti sedang menahan ringisan. Perempuan itu lalu bergidik ngeri, sakit banget pasti ya Do?

Tanpa membangunkan lelaki itu, Gaby membersihkan dengan pelan luka luka yang ada disekitaran bibir Aldo. Lalu disusul dengan mengompres bagian wajah yang lebam dengan es batu.

"Sama Revan kan?" tanya Gaby dalam keheningan.

Dalam sekejap mata Aldo terbuka, ia lalu menatap lurus Gaby.

"Hm?"

"Sama Revan berantemnya?"

Aldo diam, tidak menjawab pertanyaannya. Namun cowok itu masih tetap memandangi Gaby dengan lekat .

"Kenapa harus berantem?"

"...."

Saat ini Gaby mewanti wanti dirinya untuk tidak meneteskan air mata.

"Lo bodoh kalo mikir apa yang dilakuin Revan salah. Dia cerita apa adanya dan gue beruntung karena bisa segera tau. Gue berhak untuk tau gimana perasaan pasangan gue Do.. Meskipun sakit rasanya karena gue taunya bukan dari mulut lo langsung, melainkan dari mulut orang lain. Dan lagi, beneran akan lebih rumit kalo gue baru tau masalah ini dikemudian hari. Gue sedih Do waktu tau lo malah nutupin ini dari gue."

"Sekarang gimana kabarnya perasaan itu.. Apa masih tertahan di Tita?"

"Enggak." Aldo dengan cepat menyanggah ucapan Gaby, ia lalu mencoba untuk duduk.

"Do.. Lo kan masih--"

"Gue udah engga ada perasaan lagi sama Tita kalo lo mau tau. Setelah semua yang udah kita lewatin ini, lo percaya kan kalo gue sudah benar benar menganggap hubungan kita ini ga main main?"

Cukup sudah, air mata perempuan itu kembali berderai. "Tapi lo ga jujur sama gue.." Aldo mencoba untuk meraih Gaby jika saja perempuan itu tidak segera menghindar. "Dengan adanya lo yang gamau cerita sama gue, bikin gue jadi ragu sendiri Do. Bukannya dengan adanya komitmen ini, harusnya gaada lagi hal yang kita tutup tutupin? Apa gunanya komunikasi sih?"

Gaby mencoba meluapkan segala hal yang ada dalam benaknya.

Aldo mendongakkan kepalanya lalu mendesah lirih. "I know, i know.. Its my fault. Sorry."

"Maaf karena gue terlalu pengecut sehingga ga berani untuk ngomong yang sebenarnya waktu itu. Gue beneran setakut itu Gab, membayangkan gimana lo jadi gamau melanjutkan hubungan ini bareng gue itu nyeremin.. Gue gabisa. Lagian setelah bertanya tanya sendiri, gue dengan cepet bisa langsung memastikan jawaban dari perasaan gue itu."

Matanya semakin memanas mendengar penuturan Aldo, omong kosong macam apa lagi ini?

Gaby meletakkan baskom berisi air es dimeja. Lalu duduk dikursi yang menghadap kearah Aldo.

"Terus apa? Apa setelah memastikan perasaan lo sendiri, perasaan itu beneran keluar jujur dari hati nurani lo? Susah buat gue percaya karena lo udah bohongin gue Do."

Mata milik lelaki itu menyorot tajam objek didepannya. "Gue bisa benar benar paham dengan perasaan gue sendiri Gab. Gue tau gue egois karena saat itu mengajak lo komitmen padahal saat itu gue gatau benar bagaimana perasaan gue ke Tita. Tapi sekarang sudah beda, gue udah ga setolol itu sampe sampe gabisa membedakan mana cinta dan mana yang hanya sekedar angin lalu. Gue sadar kalo misalnya gue udah sepenuhnya jatuh cinta sama lo."

"Masih sulit untuk percaya?" pertanyaan yang dilontarkan oleh Aldo itu diiyakan dalam hati oleh Gaby. Mana ada perempuan yang mudah untuk percaya lagi setelah ia dikhianati?

Respon Gaby yang hanya berdiam diri itu membuat Aldo paham bila perempuan itu masih tidak percaya akan ucapan panjang lebarnya tadi. Tidak apa apa, itu wajar.

Lagi pula rasa kecewa yang dirasakan oleh Aldo saat ini tidak sebanding dengan yang dirasakan oleh Gaby selama ini.

"Thats okay. I'll give u time then."

Gaby mengangguk menyetujui omongan Aldo, "Ya. Mungkin yang kita butuhkan memang waktu untuk memperbaiki diri masing masing."

"Deal. Nanti kalo udah mau ngomong sama gue, harus cepet kabarin. Janji ya?" Gaby lagi lagi mengangguk untuk merespon ucapan Aldo.

Padahal dalam hatinya ia sedang merencanakan sesuatu yang tidak akan Aldo duga.

Stingray Affliction Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang