Berada didrummer tidak pernah membuatku kebosanan. Nyatanya aku malah sangat ketagihan untuk kemari. Awalnya memang hanya untuk sekedar menengok Aldo yang akan main drum atau berlatih bersama yang lain. Namun lambat laun aku jadi suka juga untuk bermain drum.
"Do ajarin dong yang lagu medicine."
"Oh yang bring me the horizon?"
"Iya. Enak banget sumpah lagunya."
Aldo tertawa mencemooh, "Hadeh, lo tau lagu itu dari gue kan?"
"Apaan.. enggak tau!" padahal iya.
"Tau darimana? Lo aja tau issues dari gue."
"Ya kalo issues emang, tapi yang medicine tau dari mtv." sanggahku membuat Aldo mengangkat bahunya.
"Ayo sini cepet, mau diajarin kagak?"
Aku pun duduk dikursi yang didepannya sudah lengkap dengan drum mulai dari ukuran terkecil hingga besar.
Aldo berdiri membungkuk di belakangku pas, lalu meraih tanganku yabg memegang stik drum hingga berada di genggamannya, "Jadi ntar pukul ini dulu, trus ini, ini------"
Aku tidak fokus pada apa yang ia bicarakan. Ini semua gara gara wangi dari tubuhnya yang dengan bajingannya membuatku terlena.
Njir, rendeman di aer molto apa ya nih a anak?
Aldo melepas pegangannya pada tanganku, "Woy lo paham gak? Gue dari tadi jelasin malah bengong."
Aku meringis, "Hehehe ampun, barusan kurang fokus, ada laler."
"Mana lalernya?"
Mampus kau. Mana ya lalatnya ya? Ini lalat mengapa pada saat dibutuhkan kok tidak ada?
"Udah pulang kampung kali, kangen sama ibunya." ucapku asal membuat Aldo mendengus.
"Lo kalo ngarang iya bener. Dah skuy belajar yang bener. Cewek gue tuh harus pinter maen drum juga kaya gue."
Aku terpaku pada perkataannya. Apa katamu tadi marimar?
Cewek gue?
"Ngelamon lagi." Aldo menyentil dahiku membuatku mengaduh. "Aduh! Sakit tau!"
"Ya lo tuh ga fokus. Mikirin apa hah?"
Mikirin kamu.
Ea.
"Ga mikirin apa apa. Udah ayo lanjut."
Setelahnya Aldo membimbingku untuk bermain drum dengan lagu yang aku ingin tadi. Kurang lebih selama satu jam aku sudah mulai paham dan bisa bermain dengan lancar.
"Mantab. Lo pinter juga ya, baru diajarin sekali udah pecah."
Senyuman Aldo menular padaku. Bahkan sepertinya senyumanku tampak lebih lebar hingga menampakkan deretan gigiku.
"Makasih ya Do. Gue jajanin deh abis ini, itung itung imbalan karna udah ngajarin gue."
Aldo tampak sedang berfikir, rambutnya ia tata kebelakang menggunakan jemarinya.
"Ehm, gue lagi mau makan makanan mahal nih. Lo beneran bisa bayarinnya?"
Sial, lupa aku bila ia seleranya sangat tinggi.
Melihatku yang tampak gelisah, Aldo tiba tiba tertawa. Aku menatapnya bingung.
"Bercanda kali. Muka lo kaya orang yang paling susah didunia perasaan."
Ya emang iya dodol. Ah sedih, lo tuh mikir gak sih kalo sebenernya elu yang bikin gue jadi susah?
"Yaudah, jadi mau makan dimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Stingray Affliction
Teen FictionFyi; sedang ditake down karena perbaikan. Soon akan dipublish ulang. "Kenapa baru sekarang?" Bukan perkara mudah bagi Gaby untuk terus bersama Aldo yang lelaki itu sendiri bahkan tidak tau hatinya untuk siapa.